Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest
dan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No.
Pemusatan dan Penyebaran Data
Nilai Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
1 Nilai Terendah
45,00 45,00
2 Nilai Tertinggi
85,00 85,00
3 Rata-rata
70,43 64,43
4 Median
72,85 63,46
5 Modus
77,17 62,00
6 Standar Deviasi
9,73 10,34
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai terendah pada hasil posttest yang diperoleh oleh kelas eksperimen sebesar 45,00, sementara kelas kontrol
sebesar 45,00. Selanjutnya untuk nilai tertinggi yang diperoleh kelas eksperimen sebesar 85,00 dan kelas kontrol sebesar 85,00. Selain itu, perolehan nilai rata-rata
untuk kelas eksperimen sebesar 70,43, sedangkan nilai rata-rata untuk kelas kontrol sebesar 64,43. Selanjutnya, median atau nilai tengah yang dihasilkan kelas
eksperimen sebesar 72,85 sementara kelas kontrol sebesar 63,46. Nilai yang paling banyak muncul atau modus pada kelas eksperimen adalah 77,17 sedangkan
modus pada kelas kontrol adalah 62,00. Standar deviasi yang diperoleh kelas eksperimen adalah 9,73, sementara kelas kontrol adalah 10,34.
3. Pekapitulasi Data Hasil
Pretest dan Posttest a.
Hasil Pretest dan Posttest
Berdasarkan hasil perhitungan Pretest dan Posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol yang terdiri dari 35 siswa, diperoleh rekapitulasi data sebagai
berikut.
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Pretest dan Posttest Kelas Ekperimen
dan Kelas Kontrol No.
Pemusatan dan Penyebaran
data Pretest
Posttest Kelas
Eksperimen Kelas
Kontrol Kelas
Eksperimen Kelas
Kontrol
1 Nilai Terendah
10,00 10,00
45,00 45,00
2 Nilai Tertinggi
45,00 50,00
85,00 85,00
3 Rata-rata
27,29 30,43
70,43 64,43
4 Median
25 35
75,00 65,00
5 Modus
20 35
75,00 60,00
6 Standar Deviasi
9,65 10,67
9,73 10,34
Sebelum melakukan penelitian pada kelas eksperimen dankelas kontrol dilakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Berdasarkan tabel di
atas terlihat bahwa nilai rata-rata mean kelas eksperimen pada saat pretest sebesar 27,29, sementara kelas kontrol sebesar 30,43. Hal ini menunjukkan bahwa
kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang hampir sama sebelum diberikan perlakuan.
Setelah melakukan penelitian terhadap kelas eksperimen dengan memberikan perlakuan berupa penggunaan media pembelajaran hypermedia dan
kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional, dilakukan posttest untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat perlakuan. Berdasarkan hasil
posttest, terjadi peningkatan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Namun peningkatan pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan
pada kelas kontrol. Peningkatan nilai dapat terlihat dari nilai rata-rata pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata mean kelas eksperimen meningkat
sebesar 43,14 sementara nilai rata-rata mean kelas kontrol meningkat sebesar 34.
b. Kemampuan Berpikir Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan jenjang kognitif dapat dilihat pada diagram berikut.
Gambar 4.3 Diagram Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol Berdasarkan Jenjang Kognitif
Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa persentase posttest untuk setiap jenjang kognitif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami
peningkatan dari persentase pretest. Hasil pretest dan posttest yang persentasenya meningkat jauh yaitu pada tingkat kognitif C
4
kemampuan menganalisis dan C
3
kemampuan menerapkan. Pada ranah kognitif tingkat C
4
kemampuan menganalisis, perolehan persentase pretest untuk kelas eksperimen sebesar
24,3, sedangkan persentase di kelas kontrol sebesar 21,4. Pada saat posttest, persentase kemampuan menganalisis C
4
untuk kelas eksperimen sebesar 67,1, sedangkan persentase di kelas kontrol sebesar 51,0.
Selanjutnya, pada ranah kognitif tingkat C
3
kemampuan menerapkan, perolehan persentase pada saat pretest untuk kelas eksperimen sebesar 15,7,
sedangkan persentase di kelas kontrol sebesar 20,0. Pada saat posttest, persentase kemampuan menerapkan C
3
untuk kelas eksperimen sebesar 77,1, sedangkan persentase di kelas kontrol sebesar 70,7.
Peningkatan tiap jenjang kognitif di kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut ini.
0,0 10,0
20,0 30,0
40,0 50,0
60,0 70,0
80,0 90,0
100,0
C1 C2
C3 C4
33,8 33,6
15, 7
24,3 38,1
41,9 20,0
21,4 70,0
69,3 77,1
67,1 64,8
77 ,9
70,7 51,0
Per sen
tase
Jenjang Kognitif
Pretest eksperimen Pretest kontrol
Posttest eksperimen Posttest kontrol
Gambar 4.4 Diagram peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada ranah kognitif
Berdasarkan gambar 4.4 terlihat bahwa kemampuan kognitif siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol pada jenjang kognitif C
1
kemampuan mengingat, C
2
kemampuan memahami, C
3
kemampuan menerapkan, dan C
4
kemampuan menganalisis mengalami peningkatan. Pada jenjang kognitif C
1
terlihat jelas kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan kelas kontrol. Pada jenjang kognitif C
2,
kelas kontrol mengalami peningkatan lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen, yaitu 35,7 untuk kelas eksperimen dan 36,0
untuk kelas kontrol. Peningkatan terbesar terjadi pada kelas eksperimen untuk kemampuan mengingat C
3
, yaitu 61,4. Peningkatan terkecil terjadi pada kelas eksperimen untuk kemampuan menerapkan C
1
, yaitu 26,7.
4. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan terhadap dua buah data, yaitu hasil pretest dan posttest pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Untuk menguji
normalitas kedua data digunakan rumus uji kai kuadrat chi square pada taraf signifikan α 5. Kriteria pengujian menggunakan rumus uji kai kuadrat chi
square adalah jika , maka distribusi data tidak normal,
0,0 10,0
20,0 30,0
40,0 50,0
60,0 70,0
C1 C2
C3 C4
36 ,2
35,7 61,4
42,8 26,7
36,0 50,7
29,6
Per sen
tase
Jenjang Kognitif
kelas eksperimen kelas kontrol
sedangkan jika , maka distribusi data normal. Berikut ini
adalah hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut.
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kai Kuadrat Pretest dan
Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Statistik
Pretest Posttest
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Nilai X
2 hitung
6,90 1,72
6,75 9,04
Nilai X
2 tabel
11,07
Keputusan
Data terdistribusi
normal Data
terdistribusi normal
Data terdistribusi
normal Data
terdistribusi normal
Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai semua data lebih kecil
dibandingkan nilai , sehingga dinyatakan bahwa data pretest maupun
posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi dengan normal.
b. Uji Homogenitas
Sama halnya seperti uji normalitas, pengujian homogenitas juga dilakukan pada kedua data pretest dan posttest baik dari kelas eksperimen maupun kelas
kontrol. Hasil perhitungan uji homogenitas dengan menggunakan rumus uji Fisher taraf signifikan α 5. Kriteria pengujian menggunakan rumus uji uji Fisher
adalah jika , maka distribusi data tidak homogen, sedangkan jika
, maka distribusi data homogen. Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut.
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Statistik
Pretest Posttest
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Nilai Varians
93,14 113,79
94,65 107,02
Nilai F
hitung
1,22 1,13
Nilai F
table
1,82
Keputusan
Kedua data homogen Kedua data homogeny
Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai semua data lebih kecil
dibandingkan nilai , sehingga dinyatakan bahwa data pretest maupun
posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi dengan homogen.
5. Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh bahwa kedua data terdistribusi normal dan dan kedua kelas dinyatakan homogen. Oleh karena itu,
pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan uji t dengan kriteria pengujian, yaitu jika
ℎ l
, maka dinyatakan hipotesis alternatif H
a
diterima dan hipotesis nol H
o
ditolak. Jika
ℎ l,
maka dinyatakan hipotesis alternatif H
a
ditolak dan hipotesis nol H
o
diterima. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Statistik
Pretest Posttest
1,31 2,49
��
2,00
Keputusan H
a
ditolak H
a
diterima Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai
ℎ
pada hasil pretest lebih kecil dibandingkan nilai
, sehingga hipotesis nol H
o
diterima dan hipotesis alternatif H
a
ditolak. Artinya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Berbeda dengan hasil uji hipotesis pretest, pada uji hipotesis posttest tampak bahwa nilai kedua kelompok setelah diberi perlakuan yang berbeda menghasilkan
nilai
ℎ
lebih besar dibandingkan nilai , sehingga hipotesis nol H
o
ditolak dan hipotesis alternatif H
a
diterima. Dengan diterimanya H
a
pada pengujian hipotesis tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
hypermedia terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI pada konsep keseimbangan benda tegar. Hal tersebut juga didukung dari rata-rata hasil belajar
siswa pada kelas eksperimen yang lebih tinggi dibanding rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol.
6. Hasil Analisis Data Angket
Data nontes berupa angket respon siswa terhadap media pembelajaran hypermedia pada konsep keseimbangan benda tegar diperoleh dari kelas
eksperimen.Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil Angket Penggunaan Hypermedia
Indikator Angket Kelas Eksperimen
Persentase Kesimpulan
Penggunaan hypermedia dalam proses pembelajaran
77 Baik
Penyajian konsep materi 75
Baik Penyajian gambar dan animasi
78 Baik
Kesesuaian warna dan background hypermedia
80 Baik
Penjelasan rumus dalam hypermedia 76
Baik
Rata-rata 77,2
Baik
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, terlihat bahwa secara keseluruhan penggunaan hypermedia pada konsep keseimbangan benda tegar mendapatkan
rata-rata persentase keseluruhan indikator sebesar 77,2. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan hypermedia mendapat respon yang baik dari siswa dalam
mempelajari konsep keseimbangan benda tegar.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pretest, diketahui bahwa hasil belajar siswa sangat rendah. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol ketika
pretest tidak jauh berbeda. Hal tersebut terjadi karena kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama belum diberikan perlakuan. Namun, setelah diberikan
perlakuan, terdapat perbedaan di antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan perhitungan uji t test pada
taraf signifikansi α = 0.05 terhadap data posttest, diperoleh nilai sebesar
2,49 dan nilai sebesar 2,00. Terlihat bahwa nilai
lebih besar dibandingkan nilai
, artinya terdapat pengaruh penggunaan hypermedia terhadap hasil belajar siswa pada konsep keseimbangan benda tegar. Selain itu
terlihat juga nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih unggul dari pada kelas kontrol.
Kondisi ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Ansori dkk dan Erlin Montu dkk. Penelitian Ansori menunjukan bahwa pembelajaran yang
menggunakan hypermedia menghasilkan prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan media slide powerpoint.
1
Sementara, penelitian yang dilakukan Erlin Montu menunjukkan bahwa pembelajaran yang
menggunakan hypermedia menghasilkan prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan media riil pada materi pokok hukum
newton dan gesekan.
2
Menurut Supardi peningkatan prestasi belajar tersebut dikarenakan pembelajaran yang menggunakan hypermedia dapat membangkitkan
keinginan, minat, dan motivasi siswa dalam kegiatan belajar.
3
Hal ini sejalan dengan pendapat Dimyati yang menyatakan bahwa motivasi mempunyai peranan
penting dalam kegiatan belajar, motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi juga mempunyai kaitan yang erat
1
M Iksan Ansori, Budiyono, Nunuk Suryani, Efektifitas Pembelajaran Hypermedia dan Slide Powerpoint Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Kemampuan Visuospasial, Jurnal
Teknologi Pendidikan Vol.1 No.3, 2013, h. 334.
2
Erlin Montu, Widha Sunarno, Suparmi, Pembelajaran Fisika Dengan Inkuiri Terbimbing Menggunakan Hypermedia dan Media Riil Ditinjau Gaya Belajar dan Kemampuan Awal, Jurnal
Inkuiri Vol.1 No.1 September, 2012, h. 15.
3
Supardi, Leonard, Huri Suhendri, Pengaruh Media Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika, Jurnal Formatif , 2011, h. 75.
dengan minat. Siswa yang memilki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk
mempelajari bidang studi tersebut.
4
Pembelajaran konsep keseimbangan benda tegar menjadi lebih menarik ketika menggunakan hypermedia. Hal ini didukung oleh hasil angket respon siswa
terhadap penggunaan hypermedia dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil angket, keseluruhan penggunaan hypermedia dalam pembelajaran fisika pada konsep
keseimbangan benda tegar mendapatkan respon yang baik. Hal ini dikarenakan dalam hypermedia ditampilkan beberapa gambar, animasi dan penjelasan
mengenai konsep keseimbangan benda tegar. Siswa dengan mudah dapat membedakan arah gerak torsi melalui tampilan animasi pada hypermedia. Siswa
juga dapat melihat perbedaan jenis-jenis keseimbangan melalui beberapa tampilan animasi pada hypermedia, sehingga siswa dapat mengingat dan memahami
konsep tersebut dengan mudah. Selain itu melalui hypermedia siswa dapat mengulang sendiri materi yang belum mereka pahami di rumah.
Dalam penelitian ini, hasil belajar yang diteliti hanya pada ranah kognitif jenjang mengingat C1, memahami C2, menerapkan C3 dan menganalisis
C4. Jika dilihat dari setiap jenjang pada ranah kognitif, hasil posttest kelas kontrol maupun kelas eksperimen mengalami peningkatan untuk setiap
jenjangnya. Namun, terlihat bahwa kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan kelas kontrol dalam meningkatkan jenjang kognitif mengingat C1, menerapkan
C3, menganalisis C4. Untuk jenjang kognitif memahami C2 persentase peningkatan kelas kontrol lebih tinggi dari pada kelas eksperimen.
Kemampuan mengingat C1 merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja
didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan.
5
Pada jenjang kognitif mengingat C1, kelas eksperimen mengalami peningkatan lebih tinggi dari pada
kelas kontrol. Hal tersebut terjadi karena siswa diajak untuk mengenali informasi
4
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, h. 42.
5
Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom Cet.1 Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2010, hal. 99.
berbagai arah gerak torsi, momen kopel dan jenis-jenis kondisi benda yang berada dalam keseimbangan. Pada kelas eksperimen pembelajaran yang menggunakan
hypermedia berisi penjelasan berupa beberapa gambar dan animasi terkait dengan torsi, momen kopel dan jenis-jenis keseimbangan. Pada hypermedia torsi
dijelaskan dengan animasi sehingga siswa dapat membedakan bagaimana arah gerak torsi bila searah atau berlawanan arah jarum jam. Kemudian pada
hypermedia juga ditampilkan animasi dan gambar untuk menjelaskan momen kopel, sehingga siswa mengetahui pengertian momen kopel yaitu pasangan dua
buah gaya sejajar dan berlawanan arah yang terpisah sejauh d dan menyebabkan benda berotasi pada sumbu putarnya. Dengan penjelasan beberapa gambar dan
animasi maka pemahaman siswa pada konsep keseimbangan benda tegar akan terkonstruk. Pada saat siswa menemukan permasalahan terkait konsep
keseimbangan benda tegar maka siswa dapat dengan mudah mengingat kembali informasi yang telah didapatkannya melalui melihat beberapa animasi dan
gambar. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indra Sakti 2012. Penelitian Indra Sakti menunjukan bahwa pembelajaran dengan model
pembelajaran langsung direct instruction yang menggunakan media animasi berbasis Macromedia Flash lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang
mengikuti pembelajaran secara konvensional.
6
Menurut Azhar Arsyad media gambar dan animasi dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan.
7
Hal ini juga didukung dengan perolehan hasil angket siswa pada indikator penyajian gambar dalam hypermedia menambah pemahaman dalam mempelajari
konsep keseimbangan benda tegar memperoleh persentase dengan kategori baik. Kemudian pada kelas kontrol juga diberikan penjelasan keseimbangan benda
melalui pembelajaran konvensional. Pada jenjang kognitif memahami C2, kelas eksperimen mengalami
peningkatan tidak lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini terjadi karena pada
6
Indra Sakti, Yuniar Mega Puspasari, Eko Risdianto, Pengaruh Model Pembelajaran Langsung Direct Instruction Melalui Media Animasi Berbasis Macromedia Flash Terhadap
Minat Belajar Dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Di SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu, Jurnal Exacta Vol. X No.1, 2012, h. 9.
7
Azhar Arsyad: Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo, h. 91.
kelas eksperimen siswa kurang memahami contoh aplikasi konsep keseimbangan benda tegar dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga terlalu fokus dengan
hypermedia sehingga mereka lupa untuk bertanya mengenai contoh aplikasi konsep tersebut yang belum mereka pahami. Pada kelas eksperimen pengetahuan
siswa terkait konsep keseimbangan benda tegar hanya terbatas pada materi yang ada pada hypermedia. Ketika siswa mengalami permasalahan terkait contoh
aplikasi konsep keseimbangan benda tegar, maka siswa mengatasi permasalahan tersebut berdasarkan apa yang telah didapatkannya dari hypermedia. Pada kelas
kontrol selain diberikan penjelasan, siswa juga menggali sendiri pengetahuan dan contoh aplikasi keseimbangan benda tegar dengan cara bertanya kepada guru
mengenai konsep yang belum dipahami siswa. Menurut winkel siswa yang banyak bertanya akan memilki pemahaman lebih baik diabandingkan siswa yang
tidak bertanya.
8
Pada saat bertanya maka pengetahuan siswa terkait konsep dan contoh aplikasi dari konsep keseimbangan benda tegar akan bertambah.
Akibatnya pemahaman siswa terkait konsep keseimbangan benda tegar pada kelas kontrol lebih meningkat dibandingkan dengan kelas eksperimen.
Pada jenjang kognitif menerapkan C3, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol sama-sama mengalami peningkatan. Namun, peningkatan yang
dialami kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena pada hypermedia selain ditampilkan gambar dan animasi juga diberikan
contoh soal dan latihan soal disertai dengan pembahasan yang menggunakan persamaan-persamaan fisika, sehingga siswa dapat memahami contoh soal dan
latihan soal dengan baik. Ketika contoh soal, latihan soal dan pembahasannya sudah tersaji dalam hypermedia, maka tidak banyak waktu yang diperlukan guru
untuk menjelaskan contoh soal dan soal latihan tersebut sehingga pembelajaran menjadi lebih efisien. Menurut Lorin soal latihan yang menggunakan persamaan-
persamaan fisika melatih siswa dalam menerapkan persamaan tersebut ketika mengerjakan soal.
9
Hal ini juga didukung oleh hasil angket siswa yang tidak
8
Winkel, Psikologi Pendidikan Yogyakarta: Grasindo, 1991, h. 309.
9
Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom Cet.1 Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2010, hal. 117.