Babak 1- Awal, Perkenalan Tokoh dan Konflik Grave Torture

berkeinginan melihat ayahnya hidup kembali, namun anak itu menyadari ayahnya tidak bisa hidup kembali karena meninggal dunia. Pada akhirnya anak tersebut memberanikan diri untuk memeluk terakhir kalinya sang ayah sebagai tanda rasa kasih sayang. Tabel 4.1 Visualisasi Babak 1 NO Visualisasi Verbal dan Non Verbal Visual Penjelasan 1 Pengantar film melalui tulisan, agar penonton mengetahui terlebih dahulu maksud grave torture. Betuliskan “when a person dies, heshe will wake up inside the grave, to recieve punishment for bad deeds they did when they where alive.” --local religious belief in Indonesia. 2 Menunjukan seorang anak sedang berjalan secara perlahan didalam rumahnya dengan raut wajah sedih. 3 Terlihat 3 orang pelayat sedang berbincang di depan pintu rumah. 4 Menampilkan koran harian dengann headline pembunuh berantai tewas tertembak polisi. 5 Menunjukan seorang anak yang sedang sedih, sembari menyalakan satu lilin yang mati. 6 Memvisualisasikan sebuah korek api dari ayahnya dengan bertuliskan “untuk anak ku”. 7 Terlihat keakraban ayah dengan anak yang diabadikan dalam satu bingkai foto. 8 Memperlihatkan gambar siluet anak kecil sedang brjalan menuju sebuah benda. 9 Terlihat sebuah peti mati dengan satu sisi sedang terbuka, berada di ruang tamu rumah. 10 Menunjukan seorang anak kecil sedang melihat sesuatu di dalam sebuah peti mati. yang didalamnya ada mayat sang ayah Ismail Masbeth. 11 Menujukan anak kecil memasuki peti mati mayat sang ayah dari sisi yang tadi ia buka. 12 Memperlihatkan anak kecil ini sedang tertidur di pangkuan mayat sang ayah. Secara teknis, adegan-adegan diatas memiliki beberapa unsur sinematografi. Pada potongan adegan pertama, sutradara memberikan informasi tentang cerita yang akan di bawakan melalui sebuah tulisan, dengan bermaksud untuk mempercepat cerita dan memberikan informasi kepada penonton. Adegan selanjutnya, terlihat seorang anak sedang murung. Divisualisasikan dengan menggunakan jarak kamera medium close up dan follow object, memberikan gambaran sutradara ingin memperkenalkan kondisi anak dan memperlihatkan apa saja yang dilihat anak kecil tersebut dengan latar belakang sebuah ruangan rumah. Pada adegan ke tiga, memperlihatkan tiga orang sedang bercerita secara serius. Dengan jarak kamera medium shot dan gerakan tubuh yang menandakan ada suatu pembicaaraan serius, sutradara ingin menginformasikan ada suatu keanehan yang terjadi di dalam rumah. Potongan adegan keempat, menunjukan sebuah koran tergelatak di atas meja. dengan jarak kamera close up dan high angle, sutradara ingin menjelaskan berita tewasnya pembunuh berantai di dalam koran. Tertulis pembunuh itu bernama Ismail Masbeth yang sudah menjadi TO Target Opration polisi selama 6 tahun, sudah menewaskan 4 orang dengan aksi pembunuhan secara keji. Polisi akhirnya dapat melumpuhan pembunuh dengan cara di tembak mati dalam sebuah pengejaran. Adegan kelima, visual menampakan seorang anak yang sedang menyalakan lilin yang mati. jarak kamera menggunakan medium close up, sutradara ingin memperlihatkan adegan sang anak dan raut muka yang sedih. Shot selanjutnya kamera close up kepada korek api yang dipegang anaknya. Korek api tersebut terdapat sebuah tulisan “untuk anak ku”. Sutradara memberikan gambaran korek api tersebut adalah pemberian dari ayahnya sebelum meninggal. Selanjutnya, sebuah foto keakraban ayah dengan anak. Dalam adegan ini sutradara ingin menjelaskan siapa pembunuh itu sebenarnya dan kaitanya dengan kesedihan anak serta tiga orang yang sedang bercerita di luar rumah. Dalam adegan ini sutradara menggunakan jarak kamera close up sebagai penjelas foto tersebut. Dalam shot delapan, sebuah adegan siluet anak kecil sedang berjalan menuju sebuah benda. Teknik gambar menggunkan teknik siluet dengan kamera high angle. Sutradara ingin membuat pertanya kepada penonton benda apa yang dituju oleh anak itu. Gambar selanjutnya, terlihat sebuah peti mati yang di buka berada di ruang tamu rumah. Jarak kamera yang digunakan adalah long shot, dimana sutradara menunjukan benda yang dituju oleh sang anak adalah sebuah peti mati dengan situasi berada di dalam ruang tamu. Dalam adegan kesepuluh merupakan satu buah shot dengan angle high dan long shot memberikan jelas apa yang dilakukan oleh anak tersebut. Sang anak yang terdiam melihat mayat ayahnya didalam peti mati karena tewas akibat tertembak pihak polisi. Adegan kesebelas sang anak memasuki peti mati dan menutup penutupnya. teknik kamera yang digunakan low angle dengan jarak long shot. disini terlihat sutradara ingin memvisualisasikan anak tersebut masuk ke dalam peti mati yang didalamnya berada mayat sang ayah. Dalam adegan terakhir, sutradara ingin memperlihatkan sang anak sedang memeluk dengan nyaman hingga dia tertidur dipangkuan ayahnya. Jarak kamera yang digunakan dalam adegan ini menggunakan big close up. Memvisualisasikan bagaimana sang anak sangat sayang terhadap ayahnnya. Secara keseluruhan plotline babak pertama diatas memperkenalkan seorang tokoh anak kecil yang sedang sedih gambar 2, dengan tujuan dia ingin melihat ayahnya kembali hidup gambar 5. Karena pada gambar 5 terdapat adegan anak sedang menyalakan satu lilin yang mati. lilin tersebut di ibaratkan ayah dan anak, sang anak ingin cahaya hatinya semangat hidup kembali dengan kehadiran sang ayah 2 gambar 7. Akan tetapi hambatan anak tersebut sang ayah sudah meninggal dunia gambar 34 dan tak akan hidup kembali. Anak itu pun tersadar bahwa dia tidak bisa megembalikan ayahnya yang sudah meninggal gambar 10 dia pun masuk kedalam peti memberikan pelukan terakhir dipangkuan mayat ayahnya gambar 1112. Dalam plotline ini waktu yang digunakan cukup singkat, memakan durasi kurang lebih 2 menit 36 detik dari menit 01:05 sampai dengan 03:41. Aktor yang mendominasi diperlihatkan adalah tokoh utama anak kecil sebagai pengantar dalam film ini dan para pelayat sebagai pemeran pembantu yang saat itu sedang mengobrol dengan beberapa gestur tubuh. Memiliki beberapa karakter sinematografi, medium shot, medium close up dan close up. Untuk pencahayaan karena berada didalam ruangan Lightingman menggunaan tiga pencahayaan key light, fill light dan back light. Terlihat dari tatanan objek yang natural seperti di dalam ruangan dan menghindari noise pada gambar. Dalam babak pertama temperatur warna mengunkan daylight atau setara dengan 5500 kelvin. Peneliti melihat dalam babak ini atmosfer atau 2 Wawan cara pribadi dengan Joko Anwar, pada 8 Agustus 2014. suasana yang dibangun oleh sutradara adalah pagi atau sore hari, terlihat dari jatuhnya bayangan membentuk sudut 90 derajat. Dari segi setting tempat terlihat kondisi seperti rumah hampir jadi, seperti tembok, properti masih ada yang kosong dan diluar rumah terlihat beberapa penyangga kayu. Merepresentasikan keluarga yang menempati rumah tersebut seperti kekurangan pendanan dalam membangun rumah. Selain itu countinity dalam babak ini sangat baik. Aspek suara dalam adegan ini terdengar suara warga sedang membacakan tahlil diruangan yang berbeda. Sangatlah membantu untuk membangun mood penonton karena menggunakan efeck sound yang tegang dan menggunakan suara natural dari objek tanpa adanya dialog dan editing didominasi oleh cut inout dan saling berkesinambungan.

2. Babak 2 – Tengah, Kompilasi Masalah dan Konflik

Pada babak ini peneliti melihat masalah yang timbul secara tidak sengaja, memberikan konflik batin kepada sang anak. Masalah timbul karena terkuburnya sang anak dan melihat penyiksaan ayahnya dikubur dan konflik batin sang anak saat melihat ayahnya merasa kesakitan. Tabel 4.2 Visualisasi Babak 2 NO Visualisasi Adegan Verbal dan Non Verbal Visual Penjelasan 1 Menunjukan seorang yang akan menutup petimati, waktunya mayat akan dikebumikan. 2 Suasana gelap tanpa cahaya, Terdengar suara jatuhnya grumunan tanah. Menunjukan peti mati sudah terkubur. 3 Menampilkan sebuah kondisi usaha yang keras dari seorang anak yang mengetahui dirinya terkubur. 4 Menunjukan mimik muka yang terkesan lega, setelah menemukan sumber cahaya dari korek api. 5 Memperlihatkan sesosok mayat ayahnya, akibat dinyalakannya korek api. 6 Memperlihatkan mayat sang ayah yang terbangun, dengan mimik muka bingung.