Babak 2 – Tengah, Kompilasi Masalah dan Konflik

2 Suasana gelap tanpa cahaya, Terdengar suara jatuhnya grumunan tanah. Menunjukan peti mati sudah terkubur. 3 Menampilkan sebuah kondisi usaha yang keras dari seorang anak yang mengetahui dirinya terkubur. 4 Menunjukan mimik muka yang terkesan lega, setelah menemukan sumber cahaya dari korek api. 5 Memperlihatkan sesosok mayat ayahnya, akibat dinyalakannya korek api. 6 Memperlihatkan mayat sang ayah yang terbangun, dengan mimik muka bingung. 7 Menunjukan Kondisi ketakutan setelah melihat mayat ayahnya terbangun. 8 Sebuah kondisi dimana mayat sang ayah ingin meminta tolong kepada sang anak. 9 Memperlihatkan mayat sang ayah akan ditarik kedalam tempat penyiksaan. 10 Mempelihatkan mayat sang ayah yang sedang ditarik kedalam tempat penyiksaan. 11 memvisualisasikan peti mati yang sudah kosong, terdengar suara jeritan jeritan dari tempat penyiksaan. Pada shot pertama terlihat sebuah tangan yang menutup peti mati tanpa mengetahui keberadaan sang anak didalamnya. Dengan menggunakan jarak kamera closeup memberikan gambaran sutradara tidak ingin mengetahui kepada penonton milik siapa tangan tersebut. Membiarkan penonton menafsikan sendiri. Shot ke-2, sutradara memberikan visual black screen ditambah effect sound tanah yang terjatuh, meberikan gambaran peti mati tersebut sedang di kubur. Pada adegan ketiga, sang anak terbangun dan meronta-ronta ingin membuka peti mati yang sudah terkubur. Anak tersebut berusaha keras dengan terus memukul-mukul dan berteriak, berharap ada seseorang yang mendengarkan. Namun usaha itu sia-sia, pada akhirnya anak tersebut kebingungan dan merasa takut Dalam adegan ke-4, dikebingungan sang anak dan rasa ketakutannya dia menyalakan korek yang dibawanya. Jarak kamera menggunakan closeup, sangat terlihat sang anak merasa tenang ketika menyalakan korek api sebagai sumber cahaya. Di adegan ke-5, akibat sang anak menyalakan korek api dia melihat mayat ayahnya. Disini DOP menggunakan medium close up dan back shoulder dari korek api. Memperlihatkan sosok ayahnya dari cahaya korek tersebut. Dalam adegan ke-6, D.O.P mendekatkan jarak kamera menjadi big close up memperlihatkan mayat sang ayah terbangun dengan sorot mata yang terbuka. Pada adegan ke-7 kamera kembali mengarahkan kepada sang anak dengan menggunakan jarak kamera medium close up sang anak terlihat kaget melihat ayahnya terbangun dan merasa ketakutan. Adegan ke-8, sang ayah meronta ronta kepada sang anak.peneliti melihat sang ayah ingin meminta tolong kepada sang anak, akan tetapi sang ayah tidak bisa mengeluarkan kata-kata sedikitpun. Dengan pengambil jarak kamera medium close up. Pada adegan ke-9 dan ke-10, terlihat sosok tangan yang keluar dari kegelapan dan memegang kepala sang ayah lalu menariknya keluar dari peti mati. Di adegan ke-11 memperlihatkan bentuk dari peti mati. Menggunakan pergerakan kamera zoom in ke dalam peti mati dan diiringi dengan suara suara jeritan manusia yang sedang disiksa. Dari aspek sinematografi teknis pada babak 2 ini banyak perubahan dari babak 1, adegan lebih didominasi dengan latar atau setting di suatu tempat menyerupai peti mati dan kuburan yang gelap, menggunakan sebuah tempat untuk membangun cerita, agar mood yang muncul berkesan seram dan kamera dapat mengambil gambar pada adegan babak ini. Setting property peti mati yang digunakan sangat baik, terlihat dari pengambilan jarak kamera dan tata cahaya yang dapat memperlihatkan wajah dari sang anak dan mayat sang ayah. Perubahan juga terdapat pada tata cahaya yang mendominasi warna Tungsten dengan temperatur cahaya 1.500 kelvin pencahayaan yang digunakan cenderung menggunakan key lighting, di mana penonton melihat adegan ini berasal dari cahaya korek api, memberikan kesan situasi saat itu adalah di dalam peti mati yang tidak ada cahaya sedikitpun. Tata cahaya pada adegan terakhir sangat terang menyorot pada sang anak, berkesan tempat penyiksaan sangat panas, seperti api yang berkobar. Tata letak kamera dan jarak kamera yang mendominasi di dalam adegan ini adalah close up dengan tata letak kamera sesekali berada di back shoulder talent, dimana sutradara ingin menunjukan dalam adegan ini hanya ada dua orang di tempat yang sempit. Angle kamera low angle juga diberikan oleh D.O.P Director of Photograp ketika sang anak melihat tempat penyiksaan seperti berada di bawah tanah. Dalam babak 2 berdurasi 3 menit 6 detik dari menit 03:41 sampai dengan 06:47, lebih lama dari babak 1. Sebuah permasalahan yang muncul pada tokoh utama ketika anak tertidur dalam pangkuan ayahnya, seseorang menutup rapat dan menguburkan peti mati tanpa ada yang tahu seorang anak didalamnya gambar 12. Anak pun panik ketika mengetahui peti mati sudah terkubur dan berusaha keras untuk membuka peti mati, usahanya sia-sia karena peti mati sudah benar-benar terkubur gambar 3. Ketika anak tersebut takut dan pasrah dia teringat dengan sebuah korek api pemberian ayahnya yang selalu dia bawa gambar 4. Cahaya dari korek api memperlihatkan jelas bagaimana situasi didalam peti mati dan kondisi mayat sang ayah gambar 5. Ketakutan sang anak pun bertambah ketika mayat sang ayah bangun dan meronta-ronta menahan kesakitan. Lalu muncul sebuah tangan menarik mayat sang ayah kedalam tempat penyiksaan. Anak pun hanya bisa terdiam, bingung apa yang harus dia lakukan.

3. Babak 3-Akhir, Resolusi Masalah

Tabel 4.3 Visualisasi Babak 3 NO Visualisasi Adegan Verbal dan Non Verbal Visual Penjelasan 1 Memperlihatkan anak yang sedang takut dengan kejadian yang dialami ditambah suara suara jeritan dari tempat penyiksaan. 2 Anak yang kaget dengan apa yang dilihat dia lihat di tempat penyiksaan. 3 Memvisualisasikan mayat sehabis disiksa. 4 Menunjukan visualisasi sososk wajah yang seram sedang menatap sang anak. 5 Kuburan yang dibongkar kembali untuk mencari sang anak di dalam peti mati. Memperlihatkan mayat sehabisa disiksa. 6 Seseorang menemukan sang anak. 7 Mimik muka sang anak berubah menjadi tua,sehabis melihat siksaaan sang ayah. Plotline babak akhir di film Grave torture berdurasi dari menit 06:48 sampai 08:20. Pada bagian ini tokoh utama menyadari bahwa untuk menyelesaikan masalahnya tidak akan bisa, dikarnakan peti mati mati sudah terkubur. Tokoh utama Sang Anak memilih untuk memberanikan diri melihat apa yang terjadi, telihat dari gambar 1 sang anak merasa ketakutan setelah melihat mayat sang ayah dan sang anak memberanikan diri melihat lorong yang terdengar suara jeritan jeritan menakutkan. Dia pun terkejut melihat tempat penyiksaan yang sangat mengerikan. Setelah itu pembongkaran kuburan di lakukan pihak keluarga untuk mencari sang anak, dan anak terebut di temukan dalam kondisi sudah tua.