Peranan Masyarakat Lokal Terhadap Perkembangan Objek Wisata Di Kota Medan

(1)

PERANAN MASYARAKAT LOKAL TERHADAP PERKEMBANGAN OBJEK WISATA DI KOTA MEDAN

KERTAS KARYA

DIKERJAKAN

O L E H

RIZKY AGUSRIANI HAKIM DAULAY NIM : 072204056

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN


(2)

PERANAN MASYARAKAT LOKAL TERHADAP PERKEMBANGAN OBJEK WISATA DI KOTA MEDAN

KERTAS KARYA

DIKERJAKAN

O L E H

RIZKY AGUSRIANI HAKIM DAULAY NIM : 072204056

Pembimbing,

Drs. Gustanto, M. Hum

Kertas Karya ini diajukan kepada Panitia Ujian

Program Pendidikan Nongelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma-III Dalam Program Studi Pariwisata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN


(3)

2010

Disetujui oleh :

PROGRAM PENDIDIKAN SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Medan, 2010

PROGRAM STUDI PARIWISATA Ketua Jurusan,

Drs.Ridwan Azhar , M.Hum. NIP . 1955 0923 1982 03.1.001


(4)

PENGESAHAN

Diterima oleh :

PANITIA UJIAN PROGRAM PENDIDIKAN NONGELAR SASTRA DAN BUDAYA

FAKULTAS SASTRA USU MEDAN

UNTUK MELENGKAPI SALAH SATU SYARAT UJIAN DIPLOMA III DALAM BIDANG STUDI PARIWISATA

Pada : Tanggal :

Hari :

PROGRAM PENDIDIKAN SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Prof. Syaifuddin M.A.Ph.D NIP. 196509091994031004

Panitia Ujian :

No. Nama

1. Drs.Ridwan Azhar , M.Hum. ( )

2. Drs. Muchtar Madjid. S.sos.,S.Par.,MA. ( )


(5)

ABSTRAK

Pariwisata Sumatera Utara

Pariwisata adalah suatu aset daerah pada khususnya dan bagi negara pada umumnya memiliki sumber pnghasilan yang sangat besar dibanding dengan sektor sektor lainnya. Namun, kita tidak pernah tahu sejauh mana kepedulian kita terhadap dunia pariwisata sumatera utara khususnya. Sumatera utara pada dasarnya banyak menyimpan potensi dan juga kesempatan untuk bisa bersaing dengan daerah lainnya yang ada di seluruh di Indonesia namun, kita melihat masih banyak tempat pariwisata yang belum dikelola dengan baik dan terorganisir oleh pemerintah daerahnya sendiri. Devisa yang dapat dihasilkan dari sektor pariwisata itu sendiri jauh lebih besar dibanding dengan yang lainnya jika benar benar dikelola dengan baik.

Sumatera utara sendiri memiliki banyak tempat objek wisata yang bisa di nikmati oleh wisman dan juga para wisatawan manca negara. Kota Medan banyak menyimpan tempat tempat bersejarah merupakan aset dari para nenek moyang daerah sumatera utara yang dapat dijadikan aset pendapatan asli daerah sumatera utara. Kita juga dapat menyaksikan megahnya Istana Mimun dengan singgahsananya dan juga Mesjid Raya Medan yang agung akan kubah dan ceritanya yang meriwayatkan cerita para pemuka pemuka terkenal asal daerah sumatera utara.

Hal itu semua dapat memberikan nilai masuk bagi dunia pariwisata sumut. Devisa yang dihasilkan oleh dunia pariwisata sumatera utara sebenarnya lebih besar bila benar benar di kelola oleh tangan tangan ahli dibidangnya. namun, para petinggi sumatera utara sendiri kurang memperhatikan akan keberadaan tersebut sehingga agak mengurangi pendapatan daerah Sumatera Utara.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan kertas karya dengan judul “ Peranan Masyarakat Lokal Terhadap Perkembangan Objek Wisata di Kota Medan”. Untuk memenuhi syarat mendapatkan Diploma-III Program Studi Pariwisata, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

Proses panjang dan penuh suka duka ini tidak bisa dilalui tanpa dukungan doa, semangat, pengorbanan dan perhatian yang tiada henti dari keluargaku yang kusayangi Ayahanda Lukman Hakim Daulay dan Ibunda Juliani Lubis juga Abangku tersayang Rully Affandy Daulay, ST.

Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu saya selama ini. Dan yang paling terutama ucapan terima kasih penulis persembahkan untuk:

1. Bapak Drs. Syaifuddin, MA, ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra USU.

2. Bapak Drs.Ridwan Azhar , M.Hum. selaku pelaksana Program Studi Pariwisata Fakultas Sastra, USU.

3. Bapak Solahuddin Nasution, SE. MSP selaku coordinator Praktek Bidang Keahlian Usaha Wisata Program Studi Pariwisata Fakultas Sastra USU.

4. Bapak Drs. Gustanto, M. Hum selaku dosen pembimbing saya yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang membuka pikiran serta yang selalu memberikan yang terbaik dari awal hingga akhir dalam menyelesaikan kertas karya ini.


(7)

6. Para Staff Pengajar dan Pegawai Program Studi Pariwisata, Fakultas Sastra USU atas segala kemudahannya.

7. Seluruh teman-teman Stambuk 2007 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan moral dan semangat serta kebersamaannya, khususnya anak-anak Usaha Wisata terima kasih atas 3 tahunnya yang indah.

8. Sahabat-sahabat terbaikku Pawen, Widya, Bulan, terima kasih buat kalian semua atas dukungan, tenaga juga buat kebersamaan yang telah kita lalui, banyak hal indah yang dirasakan saat bersama kalian.

9. Orang yang sangat spesial Fahrin Jumali Siregar, Amd, orang yang selalu memberikan semangat, doa, dan dukungan serta yang selalu ada disaat suka dan duka.

10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan waktunya selama perkuliahan dan dalam penyusunan kertas karya ini dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan karunia kepada pihak-pihak yang telah membantu.

Saya menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya menerima dengan tangan terbuka saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Medan, 15 Juni 2010

Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………..i

KATA PENGANTAR………..ii

DAFTAR ISI………iv

BAB I PENDAHULUAN……….1

1.1 Alasan Pemilihan Judul……….……1

1.2 Pembatasan Masalah……….……3

1.3 Tujuan Penulisan……….…..3

1.4 Metode Penelitian……….4

1.5 Sistematika Penulisan………...5

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN………..7

2.1. Sejarah Pariwisata……….7

2.2 Pengertian Tentang Kepariwisataan……….8

2.3 Pengertian Objek dan Atraksi Wisata……….17

2.4. Pengertian Produk Industri Pariwisata……….………..….20

2.5. Manfaat pariwisata………..…………23

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN………26

3.1. Kota Medan Dalam Dimensi Sejarah……….26

3.2. Potensi Wisata Kota Medan……….…..40

BAB IV PERANAN MASYARAKAT LOKAL TERHADAP OBJEK WISATA DI KOTA MEDAN MEDAN...………..50


(9)

4.1. Potensi Kota Medan………50

4.2. Daya Tarik Wisata yang dimiliki kota Medan………..………..54

4.3. Permasalahan yang dihadapi………..……….56

4.4. Peran Pemerintah, dan Masyarakat………..……...56

BAB V KESIMPULAN………...………….59 DAFTAR PUSTAKA


(10)

ABSTRAK

Pariwisata Sumatera Utara

Pariwisata adalah suatu aset daerah pada khususnya dan bagi negara pada umumnya memiliki sumber pnghasilan yang sangat besar dibanding dengan sektor sektor lainnya. Namun, kita tidak pernah tahu sejauh mana kepedulian kita terhadap dunia pariwisata sumatera utara khususnya. Sumatera utara pada dasarnya banyak menyimpan potensi dan juga kesempatan untuk bisa bersaing dengan daerah lainnya yang ada di seluruh di Indonesia namun, kita melihat masih banyak tempat pariwisata yang belum dikelola dengan baik dan terorganisir oleh pemerintah daerahnya sendiri. Devisa yang dapat dihasilkan dari sektor pariwisata itu sendiri jauh lebih besar dibanding dengan yang lainnya jika benar benar dikelola dengan baik.

Sumatera utara sendiri memiliki banyak tempat objek wisata yang bisa di nikmati oleh wisman dan juga para wisatawan manca negara. Kota Medan banyak menyimpan tempat tempat bersejarah merupakan aset dari para nenek moyang daerah sumatera utara yang dapat dijadikan aset pendapatan asli daerah sumatera utara. Kita juga dapat menyaksikan megahnya Istana Mimun dengan singgahsananya dan juga Mesjid Raya Medan yang agung akan kubah dan ceritanya yang meriwayatkan cerita para pemuka pemuka terkenal asal daerah sumatera utara.

Hal itu semua dapat memberikan nilai masuk bagi dunia pariwisata sumut. Devisa yang dihasilkan oleh dunia pariwisata sumatera utara sebenarnya lebih besar bila benar benar di kelola oleh tangan tangan ahli dibidangnya. namun, para petinggi sumatera utara sendiri kurang memperhatikan akan keberadaan tersebut sehingga agak mengurangi pendapatan daerah Sumatera Utara.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Alasan Pemilihan Judul

Pemerintah Indonesia telah mencanangkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan di Indonesia. Hal ini dirasakan sangat tepat karena Indonesia memiliki potensi wisata yang sangat baik. Dikatakan sangat baik karena sekarang ini kegiatan pariwisata dan usaha-usaha yang ada di dalam telah terkoordinir sedemikian rupa, atau telah memiliki lembaga-lembaga yang khusus untuk menangani masalah-masalah yang timbul dalam berbagai usaha yang ada di dalamnya.

Propinsi Sumatera Utara yang terletak di kawasan Utara Bumi Nusantara ini merupakan salah satu pintu gerbang masuknya wisatawan mancanegara ke Indonesia, termasuk salah satu daerah tujuan wisata Nasional kita. Dalam pengembangan pariwisata daerah, pandangan pariwisata dilakukan sejalan dengan program pengembangan dari berbagai macam industri pariwisata, sehingga tidak hanya industri dalam skala kecil dan menengah saja tetapi juga industri pariwisata dalam skala besar akan dapat memperoleh manfaat.

Keadaan alam dengan flora dan faunanya yang indah, didukung oleh banyaknya peninggalan sejarah dan budaya serta aneka budaya yang ada, merupakan modal yang cukup untuk dijadikan objek dan daya tarik wisata dalam menunjang pengembangan industri pariwisata di Indonesia, khususnya Sumatera Utara.


(12)

Kota Medan memiliki Bandar udara Polonia dan pelabuhan laut Belawan yang merupakan pintu utama masuknya wisatawan mancanegara yang dating melalui laut maupun udara untuk mengunjungi tempat-tempat tujuan wisata yang ada di berbagai wilayah Sumatera Utara. Objek dan daya tarik wisata yang ada di Medan sangat banyak sekali, seperti Istana Maimoon, Penakaran Buaya Asam Kumbang, Mesjid Raya, Museum Rahmad shah yang bertempat di kota Medan. Objek wisata di kota Medan respon yang sangat sedikit, terutama pada masyarakat lokal. Hal inilah yang mendorong penulis mengangkat kertas karya dengan judul “Peranan Masyarakat Lokal Terhadap Perkembangan Objek Wisata di Kota Medan”, dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

a. Kota Medan sebagai pintu gerbang untuk ke berbagai wilayah objek dan daya tarik wisata di Sumatera Utara.

b. Meningkatkan kepariwisataan kota Medan dengan menambah dan memperkenalkan objek wisata yang baru dan unik.

c. Berbagai Objek wisata ini dapat lebih ditonjolkan keberadaannya jika ada peran serta dari masyarakat, pihak swasta, dan pemerintah.

d. Berbagai objek wisata ini memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawannya, sehingga sangat menarik untuk di kunjungi.

Uraian-uraian di atas merupakan alasan pemilihan judul ini yang menjadi topik pembahasan dalam kertas karya.


(13)

1.2Pembatasan Masalah

Penulisan kertas karya ini akan dibatasi permasalahannya sesuai dengan kemampuan penulisan serta data-data yang ada pada penulis. Adapun masalah yang akan dibahas dalam kertas karya ini adalah :

a. Latar Belakang sejarah kota medan b. Daya tarik yang dimiliki kota Medan

c. Permasalahan yang dihadapi oleh pihak-pihak pemerintah, dan masyarakat

d. Upaya pelestarian dan pengembangan yang dilakukan dalam rangka salah satu objek wisata yang ada di kota Medan.

1.3Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menmperoleh Gelar Ahli Madya Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

2. Untuk mengetahui sejarah dari objek wisata yang ada di kota Medan

3. Untuk mengetahui upaya pelestarian dan pengembangan yang telah dilakukan terhadap objek wisata ini.

4. Untuk membangkitkan kecintaan dan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian bangunan tua ini.


(14)

1.4Metode Penelitian

Untuk menyelesaikan penulisan kertas karya ini, penulis mengumpulkan data serta keterangan-keterangan berupa informasi yang dapat dijadikan bahan untuk penyusunan kertas karya ini.

Di dalam penulisan kertas karya ini, penulis mengumpulkan data dengan dua cara yaitu :

1. Library Research (penelitian pustaka)

Suatu cara untuk mengumpulkan data-data dengan menggunakan penelitian buku-buku, majalah, surat kabar, brosur, dan bookleat serta media cetak lainnya yang masih mempunyai hubungan dengan judul yang dimaksud.

2. Field Research (penelitian lapangan)

Penelitian yang langsung dilakukan di lapangan dengan melakukan observasi oleh pihak DIPARDA TK II.


(15)

1.5Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan kertas karya ini adalah : BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan terdiri dari alas an pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

Bab dua ini terdiri dari sejarah pariwisata, pengertian kepariwisataan, pengertian objek dan atraksi wisata, manfaat pariwisata.

BAB III : GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN

Meliputi gambaran umum Kota Medan, sejarah Kota Medan, potensi wisata Kota Medan.

BAB IV : PERANAN MASYARAKAT TERHADAP OBJEK WISATA

YANG BERADA DI MEDAN

Bab ini merupakan inti dari penulisan kertas karya ini, karena terdiri dari, daya tarik yang dimiliki yang dimiliki kota Medan, permasalahan yang dihadapi, serta peran dari pemerintah, dan masyarakat.


(16)

Merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan.


(17)

BAB II

URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

2.1. Sejarah Pariwisata

Manusia selalu bergerak, berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Ciri itu menandai pola kehidupan manusi, baik pada bangsa primitif maupun modern. Mobilitas merupakan salah satu sifat hakiki manusia itu sendiri yang tidak pernah merasa puas terpaku pasa suatu tempat untuk memenuhi tuntutan kelangsungan hidupnya.

Digerakkan oleh perasaan lapar, haus, ingin tahu, takut, gila kehormatan, dan kekuasaan, akhirnya manusia tersebar ke seluruh dunia sebelum mereka dapat membaca dan menulis. Dengan makanan dan persediaan yang minim, dengan roda-roda yang digerakkan oleh binatang-binatang, lambat laun perjalanan yang mereka lakukan cukup berarti. Sering berpergian dan sering juga tidak kembali ke tempat asalnya.

Ciri khas manusia yang selalu bergerak inilah yang merupakan embrio yang melahirkan kebutuhan manusia untuk berpergian, mengadakan perjalanan dengan segala ragam keperluan sarana dan prasarananya. Dewasa ini kebutuhan tersebut begitu mendesak, seiring dengan kemajuan zaman.

Dalam zaman modern, pertambahan penduduk dan perkembangan sosial ekonomi yang ditunjang oleh kemajuan teknologi, mendorong manusia menjadi lebih banyak bergerak dengan jarak yang semakin jauh daripada sebelumnya. Faktor jarak, waktu dan sarana tidak lagi merupakan masalah besar.


(18)

2.2 Pengertian Tentang Kepariwisataan 2.2.1 Pengertian Pariwisata

Istilah kata “Pariwisata” secara etimologi berasal dari bahasa sangsekerta, yang terdiri dari dua suku kata yaitu “pari” yang berari banyak, berputar-putar, atau berkeliling dan “wisata” yang berarti berpergian. Jadi dari kata tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai pariwisata yaitu sebagai suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat yang lain.

Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli pariwisata mengenai pengertian kata pariwisata, walaupun intinya sama saja yaitu perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, sebagai berikut :

1. Menurut Drs. Oka A. Yoeti dalam bukubya “Pengantar Ilmu Pariwisata” menyatakan :

“Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam”.

2. Hermann V. Schulalard, seorang ahli ekonomi Australia, dalam tahun 1910 telah memberikan batasan pariwisata sebagai berikut :

“yang dimaksud dengan kepariwisataan adalah sejumlah kegiatan, terutama ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu kota, daerah atau Negara.”


(19)

Karena batasan ini diberikan oleh seorang ahli ekonomi, maka batasan ini lebih banyak ditekankan pada aspek-aspek ekonomi, tetapi tidak secara tegas menunjukan aspek-aspek sosiologi, psikologi, seni-budaya maupun aspek geografis kepariwisataan.

3. E. Guyer Freuler merumuskan pengertian pariwisata dengan memberikan batasan sebagai berikut :

“pariwisata dalam artian modern adalah merupakan fenomena dari zaman sekarang yang di dasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alan dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri perdagangan serta penyempurnaan daripada alat-alat pengankutan.”

4. Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapf dalam tahun 1942, mengemikakan batasan yang bersifat teknis, yaitu :

“kepariwisataan adalah keseluruhan daripada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan oendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak diam menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktifitas yang bersifat sementara itu.”

Batasan ini merupakan batasan yang diterima secara official oleh The association Internationale des Experts Scientifique du Tourisme (AIEST).

5. Menurut Prof. Salah Wahab Seorang ahli pariwisata bangsa Mesir dalam bukunya :An Itrodiction on Theory” menyatakan :


(20)

“pariwisata adalah suatu aktifitas manusia yang dilakukan secara sadar dan mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu Negara yang meliputi penetapan orang dari daerah lain untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialami ditempat dia memperoleh pekerjaan yang tetap.”

Menurut Jhon A. Thomas dalam bukunya principle and procedures of tour management, yang ditulis oleh Patrick J.T. Curran (1978:17), mengatakan sebab-sebab mengapa orang melakukan perjalanan adalah :

1. Ingin melihat bangsa-bangsa lain, bagaimana tata cara hidup mereka sehari-sehari, cara mereka bekerja dan bermain.

2. Ingin melihat dan menyaksikan sesuatu yang istimewa, unik, berbeda dengan yang lain.

3. Untuk memperoleh wawasan yang lebih luas, meningkatkan saling pengertian dan apa yang sedang terjadi di tempat atau Negara lain.

4. Untuk mengikuti suatu event tertentu dan ingin berpartisipasi dalam kegiatan event yang dimaksud.

5. Untuk menghindari kegiatan rutin yang sangat membosankan.

6. Menggunakan kesempatan uang ada, karena ada waktu, punya uang tabungan atau ketika kondisi kesehatan memungkinkan.

7. Untuk mengunjungi tanah leluhur nenek-moyang atau orang tua atau kota dimana suatu keluarga pernah tinggal di masa lalu.


(21)

8. Karena pengaruh cuaca, karena ada factor musim dingin (winter) dan musim panas (summer), seperti di Eropa dan Amerika.

9. Untuk tujuan kesehatan, berobat atau olah raga di tempat yang dikunjungi.

10. Ingin melihat perkembangan ekonomi dan teknologi yang sudah dicapai oleh Negara lain.

11. Ingin melakukan petualangan, mencari sensasi, atau menemukan sesuatu yang baru serta belum pernah dilakukan orang lain.

12. Untuk Ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan bersejarah ubtuk dikenang oleh orang di waktu yang akan datang.

13. Ingin menyenangkan seseorang (Compassionate) atau mencari pengalaman yang romantis selama dalam perjalanan.

2.2.2. Motivasi Perjalan Wisata

Wisatawan mengadakan perjalanan wisata mempunyai berbagai macam motivasi dan tujuan tertentu. Motivasi perjalanan wisata sangat tergantung pada diri pribadi wisatawan yang berkaitan dengan umur, pengalaman, pendidikan, emosi, kondisi fisik dan psikis. Menurut Robert MacIntosh, (1972:61) motivasi mengapa orang melakukan perjalanan wisata disebabkan oleh 4 hal, yaitu :

1. Physical Motivations

Orang-orang melakukan perjalanan, tujuannya untuk mengembalikan keadaan fisik yang sudah lelah karena bekerja terus, perlu istrahat dan bersantai, melakukan kegiatan olah raga, agar sekembali dari perjalanan wisata bias bergairah kembali waktu masuk kerja.


(22)

2. Cultural Motivations

Orang tergerak hatinya untuk melakukan perjalanan wisata disebabkan ingin melihat dan menyaksikan tingkat kemajuan kebudayaan suatu bangsa, baik di masa lalu maupun apa yang sudah di capai di masa sekarang. Ingin melihat Adat-Istiadat dan kebiasaan hidupnya yang berbeda dengan bangsa lainnya.

3. Interpersonal Motivasions

Disini, orang-orang ingin melakukan perjalanan wisata karena adanya dorongan untuk mengunjungi sanak-keluarga yang sudah lama tidak bertemu atau ingin mencari teman yand sudah lama tidak bertemu.

4. Status dan prestige Motivations

Ada orang tertentu yang ingin memperlihatkan kepada orang lain tentang siapa dia diantara orang banyak yang ada dilingkungannya. Dengan melakukan perjalanan wisata seakan-akan statusnya lebih dari orang lain, atau semakin banyak ia bepergian ke luar negri prestisenya akan naik.


(23)

2.2.3. Jenis-jenis Pariwisata

Sesuai dengan potensi yang dimiliki atau warisan yang ditinggalkan nenek moyang pada suatu Negara, maka timbullah bermacam-macam jenis dan macam pariwisata yang dikembangkan sebagai kegiatan, yang lama kelamaan mempunyai ciri tersendiri.

Untuk keperluan perencanaan dan pengembangan kepariwisataan itu sendiri, perlu pula dibedakan antara pariwisata dengan jenis pariwisata lainnya, karena dengan demikian akan dapat ditentukan kebijaksanaan apa yang perlu mendukung, sehingga jenis dan macam pariwisata yang dikembangkan akan dapat berwujud sepertyi yang diharapkan dari kepariwisataan itu.

Hingga sekarang jenis dan macam pariwisata yang kita kenal diantaranya adalah: 1) Menurut letak Geografis

a. Pariwisata Lokal ( Local Tourism)

Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah pariwisata setempat, yang mempunyai ruang lingkup relative sempit dan terbatas dalam tempat-tempat tertentu saja.

b. Pariwisata Regional ( Regional Tourism)

Yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di suatu tempat atau daerah yang ruang lingkupnya lebih luas bila dibandingkan dengan “Lokal Tourism”, tetapi lebih sempit jika dibandingkan dengan “kepariwisataan nasional (National Tourism).


(24)

c. Kepariwisataan Nasional (National Tourism)  Kepariwisataan dalam arti sempit

Yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang dalam wilayah suatu Negara.

 Kepariwisataan nasional dalam arti luas

Yaitu kegiatan pariwisata yang berkembang dalam suatu wilayah suatu daerah, selain kegiatan “ domestic tourism” juga dikembangkan “foreign tourism” dimana didalamnya termasuk “in bound tourism” dan “out going Tourism”.

d. Regional-international Tourism

Yaitu kegiatan pariwisata yang berkembang di suati wilayah internasional yang terbatas, tetapi melewati batas-batas lebih dari dua atau tiga Negara dalam wilayah tersebut.

e. International Tourism

Pengertian ini sinonim dengan kepariwisataan dunia (world tourism), yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di seluruh Negara di dunia, termasuk di dalamnya, selai “regional international tourism” juga kegiatan “national tourism”.

2) Menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran a. In Coming Tourism ( Pariwisata Aktif)

Masuknya wisatawan asing di suatu negara tertentu dimana Negara yang dikunjungi akan mendapatkan devisa.


(25)

b. Out going Tourism (Pariwisata Pasif )

Keluarnya warga Negara sendiri berpergian ke luar negri sebagai wisatawan danini akan menghabiskan devisa.

3) Menurut alasan/ Tujuan Perjalanan a. Bussines Tourism

Pengunjung dating untuk tujuan dinas, usaha dagang, kongres, seminar, convention, atau yang berhubungan dengan pekerjaannya.

b. Vocation Tourism

Pengunjungnya terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur, cuti atau pakansi.

c. Educational Tourism

Perjalanan wisata untuk tujuan studi atau mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan.

4) Menurut Objeknya a. Cultural Tourism

Pariwisata karena adanya daya tarik seni-budaya suatu daerah maupun untuk mengambil bagian dalam suatu kegiatan kebudaaan itu sendiri. b. Recuperational Tourism

Pariwisata kesehatan yang tujuannya untuk menyembuhkan suatu penyakit, misalnya : mandi sumber air panas.

c. Commercial Tourism

Pariwisata yang dikaitkan dengan kegiatan perdagangan internasional atau nasional, seperti : Fair Exibition.


(26)

d. Sport Tourism

Perjalanan orang-orang yang bertujuan untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta olah raga di suatu tempat atau Negara tertentu.

e. Political Tourism

Suatu perjalanan yang tujuannya untuk melihat atau menyaksikan suatu peristiwa atau kejadian yang brhubungan dengan kegiatan suatu Negara, seperti Hari Angkatan Perang di Indonesia.

f. Social tourism

Pengrtian ini hanya dilihat dari segi penyelenggaraannya saja yang tidak menekankan untuk mencari keuntungan. Misalnya : Study Tour.

g. Region Tourism

Yaitu jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah untuk melihat atau menyaksikan upacara keagamaan. Seperti : naik Haji / Umroh bagi orang Islam.

5) Menurut saat atau waktu berkunjung a. Seasional Tourism

Pariwisata musiman. Seperti musim panas, dingin, dan lainnya. b. Occasional Tourism

Pariwisata yang berkaitan dengan adanya suatu peristiwa atau suatu event. Misalnya : Galungan dan kuningan di Bali.


(27)

6) Menurut Umur yang melakukan perjalanan a. Youth Tourism

Pariwisata yang dikembangkan bagi remaja yang suka melakukan perjalanan wisata dengan harga yang relative murah.

b. Adult Tourism

Pariwisata yang diikuti oleh orang-orang yang berusia lanjut.

2.3. Pengertian Objek dan Atraksi Wisata 2.3.1.Pengertian Objek Wisata

Objek wisata merupakan suatu kawasan yang dipilih oleh seorang pengunjung dimana dia dapat tinggal dan menikmati liburannya selama waktu tertentu. Objek wisata adalah kawasan terencana yang dilengkapi dengan pelayanan produk wisata,fasilitas rekreasi,restoran,hotel,atraksi hiburan serta jalur transportasi yang memadai,dan berbagai fasilitas lainnya yang di butuhkan oleh penggunjung.

Hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu tempat daerah tujuan wisata, diantaranya adalah :

1. benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang dalam isilah pariwisata disebut dengan istilah Natural Amenities. Yang termasuk kelompok ini adalah :

a. Iklim, misalnya : cuaca cerah ( clean air), banyak cahaya matahari (sunny day), sejuk (mild), kering (dry), panas (hot), hujan (wet), dan sebagainya.


(28)

b. Bentuk tanah dan pemandangan (Land configuration and landscape). Tanah yang datar (plains), lembah pegunungan (scenic mountain), danau (lakes), sungai (river), pantai (beaches), air terjun (water-fall), gunung berapi (volcano), dan pemandangan yang menarik (panoramic views).

c. Hutan belukar (The Sylvan Elements). Misalnya hutan yang luas, banyak pepohonan.

d. Flora dan Fauna.

e. Pusat-pusat kesehatan (Health Center).

2. Hasil ciptaan manusia (man-made supply). Kelompok ini dapat dibagi dalam empat bagian, yaitu :

Benda-benda yang bersejarah (histirical), kebudayaan (cultural) dan keagamaan (religious).

3. Tata cara hidup masyarakat (the way of life).

Tata cara hidup tradisional dari suatu masyarakat merupakan salah satu sumber yang sangat penting untuk ditawarkan kepada para wisatawan.

Yang penting diperhatikan dalam pengembangn suatu daerah untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata, agar ia dapat menarik dikunjungi oleh wisatawan potensial dalam macam-macam pasar, ia harus memenuhi tiga syarat yaitu :


(29)

1) Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai “ something to see”. Artinya di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata, yang berbeda apa yang dimiliki oleh daerah lain.

2) Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to do”. Artinya, di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihatdan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi atau amusements yang dapat membuat mereka betah tinggal lebih lama di tempat itu.

3) Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to buy”. Artinya, ditempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (shopping), terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa ke tempat asal masing-masing.

2.3.2Pengertian Atraksi Wisata

Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di suatu dareah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang semakin memiliki minat yang lebih besar untuk berkunjung ke suatu DTW.

Agar suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik maka suatu DTW juga harus mempunyai beberapa syarat yang harus dimiliki yaitu:

1. Adanya sesuatu yang dapat di lihat

2. Adanya suatu aktifitas yang akan di lakukan 3. Adanya sesuatu yang dapat di beli


(30)

a. Pengertian Produk Industri Pariwisata.

Burkart dan Medlik memberikan rumusan “tourist product” atau hasil industri pariwisata sebagai berikut :

Produk industri pariwisata dapat merupakan suatu susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari objek wisata, atraksi wisata, transportasi (jasa angkutan), akomodasi dan hiburan, dimana tiap unsur dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan dan ditawarkan secara terpisah.

Menurut Medlik dan Middleton dalam tulisannya, The Product Formulation in tourism yang diterbitkan oleh Assosiation Internationale d’Experts du Tourism (AIEST) pada tahun 1973, yang dimaksud dengan produk industri pariwisata diuraikan sebagai berikut :

“Semua jasa-jasa (service) yang dibutuhkan wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan rumah sampai di daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya, sampai ia kembali kerumah dimana biasanya ia tinggal. ”

Mereka berpendapat ada tiga unsur yang membentuk produk tersebut, yaitu :

1. Attractions of the destination including is image in the tourist’s mind. 2. Facilities at the destination which include accommodation, catering,

entertainment and recreation. 3. Accessability of the destination.

Bila ketiga unsur tersebut diatas dikembangkan sesuai dengan urutannya, yaitu semenjak seorang wisatawan meninggalkan tempat kediamannya, sampai ke tempat tujuan dan kembali lagi ke rumah dimana ia biasanya tinggal, maka ada delapan macam unsur pokok yang membentuk produk tersebut sehingga merupakan suatu paket, yaitu :


(31)

1) Jasa-jasa travel agent atau tour operator, yang memberikan informasi, advis, pengurusan dokumen perjalanan, perencanaan perjalan itu sendiri pada waktu akan berangkat.

2) Jasa-jasa perusahaan angkutan (darat, laut dan udara) yang akan membawa wisatan dari dan ke daerah tujuan wisata yang telah ditentukan.

3) Jasa-jasa pelayanan dari perusahaan : akomodasi perhotelan, bar dan restoran, fasilitas rekreasi, entertainment dan hiburan lainnya.

4) Jasa-jasaRentail Travel Agent atau Tour Operator local yang menyelenggarakan City Sightseeing, tours atau excursion tersebut, berikut jasa pramuwisatanya.

5) Jasa-jasa transport lokal.

6) Objek wisata dan atraksi wisata, yang terdapat di daerah tujuan wisata, yang menjadi daya tarik orang untuk dating berkunjung ke daerah tersebut.

7) Jasa-jasa souvenirshop dan Handicraft serta shopping center dimana wisatawan dapat berbelanja untuk membeli oleh-oleh dan barang-barang lainnya.

8) Jasa-jasa perusahaan pendukung, seperti penjual postcart, perangko, penjualan kamera dan film, penukaran uang.

b. Ciri-ciri Produk Industri Pariwisata

dibawah ini dikemukakan beberapa ciri hasil atau produk industri pariwisata yang terpenting, diantaranya ialah :

Hasil atau Produk industri pariwisata itu tidak dapat dipindahkan, karena itu dalam penjualannya tidak mungkin produk itu sendiri dibawa kepada konsumen,


(32)

sebaliknya konsumen ( dalam hal ini wisatawan) yang harus dibawa ketempat produk tersebut dihasilkan.

Pada umumnya peranan perantara (middlemen) tidak diperlukan, karena proses produksi terjadi pada saat bersamaan dengan konsumsi.

Hasil atau produk industri pariwisata tidak dapat ditimbun, seperti halnya terjadi pada industri barang lainnya, dimana penimbunan hanya merupakan kebiasaan untuk meningkatkan permintaan.

Permintaan (demand) terhadap hasil atau produk industri pariwisata tidak tepat dan sangat dipengaruhi oleh factor-faktor ekonomis.

Calon konsumen tidak dapat mencoba atau mencicipi produk yang akan dibelinya.

Hasil atau produk industri pariwisata itu banyak tergantung pada tenaga manusia dan sedikit sekali yang dapat digantikan dengan mesin.

Dari segi pemilikan usaha, penyediaan produk industri pariwisata dengan membangun sarana kepariwisataan yang memakan biaya besar, mempunyai tingkat resiko yang tinggi, karena perubahan elastis permintaan sangat peka sekali.

2.5. Manfaat Pariwisata

Dalam pengembangannya pariwisata akan membawa manfaat yang terbagi dalam beberapa bidang, yaitu :


(33)

Pariwisata akan menanbah pendapatan Negara dan memperkuat neraca pembayaran, bertambahnya pendapatan dari sector pajak, merangsang pertumbuhan sector-sektor ekonomi lain, seperti pertanian, peternakan, industri ringan, dekorasi, kerajinan dan kreasi seni yang semuanya saling menunjang dan saling terkait.

2) Memperluas nilai-nilai pergaulan hidup dan pengetahuan.

Media pariwisata dimana terjalinnya hubungan antara para wisatawan dengan masyarakat, baik dalam hubungan pariwisata dalam negri maupun pariwisata internasional akan membawa pandangan hidup baru dan memupuk nila-nilai pribadi sendiri. Dengan demikian akan tumbuh rasa persahabatan, toleransi, saling menghargai, persatuan dan kesatuan sehingga kea rah pergaulan nasional yang penuh kedamaian dan ketertiban.

3) Seni Budaya.

Umumnya para wisatawan yang akan dating mengunjungi daerah atau wilayah dengan maksud untuk menikmati, mengagumi suatu kreasi budaya yang asli, maka pariwisata mendorong pengembangan kreasi, penggalian, pemeliharaan atau pagelaran seni yang baik. Disamping hal ini ada kaitannya dengan bertambahnya pencaharian rakyat setempat, namun kemudian timbulnya usaha-usaha untuk meningkatkan mutu dari hasil budaya tersebut.

4) Pariwisata turut menunjang politik Negara.

Pariwisata dalam negri menumbuhkan persatuan dan kesatuan nasional karena tumbuhnya rasa cinta pada tanah air dan bangsa sendiri. Dan pengenalan terhadap


(34)

budaya bangsa akan menumbuhkan rasa kebanggaan pribadi terhadap bangsa sendiri.

5) Pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan hidup.

Wisatawan senantiasa ingin mengunjungi tempat-tempat yang mereka anggap nyaman, sejuk, pemandangan yang indah dan asli. Hal ini mendorong pemeliharaan lingkungan alam yang sekitarnya dapat memenuhi selera para wisatawan itu. Selain itu, pada akhirnya kita harus berusaha membangun kembali lingkungan alam yang selama ini terlantar dan kemudian dimanfaatkan sebagai tourist object.

6) Memperluas kesempatan kerja.

Konsekuensi ligis dari pengembangn pariwisata ialah berkembangnya kebutuhan sarana pariwisata dan industri pariwisata. Industri pariwisata ini berintikan pada pemberian pelayanan sebaik mungkin. Karena itu berkembangnya industri pariwisata akan menyerap banyak tenaga kerja dalam semua tingkatan untuk mengisi kesempatan-kesempatan kerja yang tersedia dalam industri itu.

7) Menunjang perbaikan kesehatan dan prestasi kerja.

Kegiatan pariwisata akan melepaskan ketegangan bagi jasmani dan rohani. Dengan demikian akan menumbuhkan kesehatan yang baik bagi seseorang. Pelepasan ketegangan ini akan memberikan pengaruh dalam bentuk menghimpun kembali tenaga dan sekaligus turut meningkatkan prestasi kerja dan kehidupan yang baik dalam masyarakat.


(35)

BAB III

GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN


(36)

Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi

historis yang panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan

Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus, berkembang menjadi

Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan oleh Tuanku

Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Perkembangan

Kota Medan selanjutanya ditandai dengan perpindahan ibukota

Residen Sumatera Timur dari Bengkalis Ke Medan, tahun 1887,

sebelum akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernemen yang

dipimpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915. Secara historis,

perkembangan kota medan sejak awal memposisikan nya menjadi

jalur lalu lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat

pertemuan Sungai Deli dan Babura, serta adanya Kebijakan Sultan

Deli yang mengembangkan perkebunan tembakau dalam awal

perkembanganya, telah mendorong berkembangnya Kota Medan

sebagai Pusat Perdagangan (ekspor-impor) sejak masa lalu.

Sumatera Utara adalah sebuah Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.


(37)

Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduk nya yang relatif besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional/nasional.

Provinsi ini dihuni oleh banyak suku bangsa yang tergolong dari Melayu Tua dan Melayu Muda. Penduduk asli provinsi ini terdiri dari Suku Melayu, Suku Batak, Suku Nias, dan Suku Aceh. Daerah pesisir Sumatera Utara, yaitu timur dan barat pada

umumnya didiami oleh

beragama

sebagian besarnya beragama barat. Kaum pendatang yang turut menjadi penduduk provinsi ini didominasi oleh


(38)

Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan kota, (1) faktor geografis, (2) faktor demografis dan (3) faktor sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk pilihan-pilihan penanaman modal (investasi).

Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan.

Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administrative ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.

Secara administratif , wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung


(39)

Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km².

Sumatra Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:

Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya.


(40)

Di daerah tengah provinsi berjajar beberapa dataran tinggi yang merupakan kantong-kantong konsentrasi penduduk. Tetapi jumlah hunian penduduk paling padat berada di daerah Timur provinsi ini. Daerah di

sekitar

menggantungkan hidupnya kepada danau ini.

Pesisir barat biasa dikenal sebagai daerah

3.1.2.Kota Medan Secara Demografis

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adapt istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut

menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin

menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian. Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak factor, antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial


(41)

akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun.

Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.

Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika social yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas),

meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.

Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun cultural.

Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas),

meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

Tabel Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Di Kota Medan Tahun 2005 – 2007


(42)

Penduduk Pertumbuhan Penduduk

(KM²) Penduduk (Jiwa/KM²)

[1] [2] [3] [4] [5]

2005 2.036.185 1,50 265,10 7.681

2006 2.067.288 1,53 265,10 7.798

2007* 2.083.156 0,77 265,10 7.858

Sumber BPS Kota Medan

Keterangan : * Angka Sementara Pertengahan Tahun 2007

Melalui data tabel diatas diketahui, jumlah penduduk Kota Medan mengalami peningkatan dari 2,036 juta jiwa pada tahun 2005 menjadi 2,067 juta jiwa pada tahun 2006 dan 2,083 juta jiwa pada tahun 2007. Dari tahun ke tahun laju pertumbuhan mengalami peningkatan dari 1,50 persen pada tahun 2005 meningkta menjadi 1,53 persen pada tahun 2006, dan menurun kembali menjadi 0,77 persen pada tahun 2007.

3.1.3.Penduduk

Sumatera Utara merupakan provinsi yang keempat terbesar jumlah penduduknya

di Indonesia setela

pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara pada tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada tahun 2002, jumlah penduduk Sumatera Utara adalah seramai 11,85 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera


(43)

165 jiwa per km², sedangkan kadar peningkatan pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun

tetap. Pada tahun 2000 TPAK di daerah ini sebesar 57,34 persen, tahun 2001 naik menjadi 57,70 persen, tahun 2002 naik lagi menjadi 69,45 persen.

3.1.4. Suku bangsa

Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis denga sebagai penduduk asli wilayah ini. Sejak dibukanya perkebunan Timur, pemerintah kolonia dipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis

1.

Bedagai, dan Langkat

2.

3.

4.

5.

dan Mandailing Natal

6.


(44)

8.

9.

10.

11.

12.

3.1.5. Bahasa

Pada dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan bahasa Indonesia karena kedekatan Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu Dialek "O" begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Di kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu Dialek "E" yang sering juga disebut bahasa Maya-maya. Masih banyak keturunan Jawa Kontrak (Jadel - Jawa Deli) yang menuturkan

Di kawasan perkotaan, suku Tionghoa lazim menuturkan bahasa Indonesia. Di pegunungan, suku Batak menuturkan atas 4 logat (Silindung-Samosir-Humbang-Toba). Bahasa Nias dituturkan di Kepulauan Nias oleh suku Nias. Sedangkan orang-orang Pesisir Pantai Barat Sumut, seperti Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah serta Aceh Singkil dan Natal Madina menggunakan Bahasa Pesisir.


(45)

Agama utama di Sumatra Utara adalah:

Mandailing, sebagian Batak Karo, Simalungun dan Pakpak

Simalungun, Pakpak, Mandailing dan Nias

kepercayaan sejenisnya

3.1.7. Sarana dan prasarana

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatra Utara juga sudah membangun berbagai prasarana dan infrastruktur untuk memperlancar perdagangan baik antarkabupaten maupun antarprovinsi. Sektor swasta juga terlibat dengan mendirikan berbagai properti untuk perdagangan, perkantoran, hotel dan lain-lain. Tentu saja sektor lain, seperti memudahkan koordinasi pembangunan, maka Sumatra Utara dibagi ke dalam empat wilayah pembangunan.


(46)

Kinerja ekspor Sumatera Utara cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada

tahun

tahun sebelumnya dari sektor ini.

Ekspor

negara tujuan ekspor utam tercatat sebagai 10 besar produk ekspor tertinggi dengan nilai US$3,25 juta atau 47.200,8 ton periode Januari hingga Oktober

Dari sektor garmen, ekspor garmen cenderung turun pada Januari 2006. Hasil industri khusus pakaian jadi turun 42,59 persen dari US$ 1.066.124 pada tahun 2005, menjadi US$ 2.053 pada tahun 2006 pada bulan yang sama.

Kinerja ekspor impor beberapa hasil industri menunjukkan penurunan. Yakni furniture turun 22,83 persen dari US$ 558.363 (2005) menjadi US$ 202.630 (2006), plywood turun 24,07 persen dari US$ 19.771 menjadi US$ 8.237, misteric acid turun 27,89 persen yakni dari US$ 115.362 menjadi US$ 291.201, stearic acid turun 27,04 persen dari US$ 792.910 menjadi US$ 308.020, dan sabun noodles turun 26 persen dari AS.689.025 menjadi US$ 248.053.

Kinerja ekspor impor hasil pertanian juga mengalami penurunan yakni minyak atsiri turun 18 persen dari US$ 162.234 menjadi US$ 773.023, hasil laut/udang, minyak kelapa dan kopi robusta juga mengalami penurunan cukup drastis hingga mencapai 97 persen. Beberapa komoditi yang mengalami kenaikan (nilai di atas US$ Juta) adalah biji


(47)

kakao, hortikultura, kopi arabica, CPO, karet alam, hasil laut (non udang). Untuk hasil industri yakni moulding, ban kendaraan dan sarung tangan karet.

3.1.9. Seni dan budaya

a. Musik

Musik yang biasa dimainkan,cenderung tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan, tetapi lebih dominan dengan genderangnya. Seperti pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik yang dinamakan Sikambang.

b. Arsitektur

Dalam bidan merupakan perpaduan dari has Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai bentuk ornamen.Pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat batak melambangkan "kerbau berdiri tegak". Hal ini lebih jelas lagi dengan menghias pucuk atap dengan kepala

Rumah adat masih banyak ditemui d


(48)

lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan "tersek". Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki bentuk khas dibanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis atap di Sumatera Utara.

Bentuk rumah adat di daerah Simalungun cukup memikat. Kompleks rumah adat di desa Pematang Purba terdiri dari beberapa bangunan yaitu rumah bolon,balai bolon,jemur,pantangan balai butuh dan lesung.

Bangunan khas Mandailing yang menonjol adalah yang disebut "Bagas Gadang" (rumah Namora Natoras) dan "Sopo Godang" (balai musyawarah adat).

Rumah adat rumah adat lainnya. Rumah adat ini masih berdiri kokoh di halaman Gedung Nasional Sibolga.

c. Tarian

Perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan. Di samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.

Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan pada pesta gembira. Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para muda-mudi. Tari muda-mudi ini, misalnya


(49)

morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan. Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhusukan.

Selain tarian Batak terdapat pula tarian

d. Kerajinan

Selain arsitektur,tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau rami. Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan.

Pada adalah hitam kecokelatan atau putih.

Pada

adalah biru tua dan kemerahan.

Pada dasar kerajinan ini adalah Merah Tua atau Kuning Emas.


(50)

Di awal pemerintahannya tahun 1975, PM Singapura Lee Kwan Yen mengimbau agar wilayah Sumatera Utara (Sumut) dipersiapkan sebagai daerah tujuan wisata (DTW). Wilayah ini diproyeksikan akan menampung limpahan arus wisatawan mancanegara (wisman) yang membanjiri Singapura, kota yang luasnya tidak lebih 300 km².

Pada saat itu, Singapura baru dikunjungi wisman 2 juta orang. Tapi di awal dasawarsa pertama milenium ke-3, negara kota ini dikunjungi hampir 15 juta orang per tahun.

Jumlah kunjungan yang melonjak jauh ini, bisa tercapai karena setiap tahun Singapura berbenah dan mengembangkan semua infrastruktur yang diperlukan. Ini untuk memberi kesenangan serta kenyamanan bagi setiap pengunjung. Singapura memang berkembang signifikan sebagai kota jasa perdagangan dan pariwisata dunia dan memberi kesejahteraan bagi penduduknya.

Imbauan Lee Kwan Yen untuk Sumut ini sudah 35 tahun dicetuskan. Lau, diperkuat lagi dengan hasil pertemuan Nort Growth Triangle NGT Tiga Negara, yaitu Indonesia dalam hal ini Sumut, Thailand dan Malaysia. Pertemuan tahun 1991 ini menetapkan Sumut dan dua negara lain sangat potensial untuk pengembangan tujuan wisata dan pertanian.

Pertanian khususnya perkebunan, utamanya kelapa sawit, memang sangat berkembang dengan pesat. Keberadaan perkebunan kelapa sawit memberi dampak ekonomi yang besar bagi penduduk.


(51)

Padahal ilmunya berasal dari kita. Bahkan buruhnya juga dari kita, yakni TKI asal Sumut. Sedangkan perkebunan dan pariwisata di Sumut selama ini jalannya maju mundur. Sebab jumlah kunjungan wismannya saja masih minimal. Tak heran, bila devisa dari sektor ini masih sangat terbatas. Tentu berbeda jauh dengan Singapura.

Hal inilah yang patut menjadi perhatian kita semua. Karena dari segi potensi, Sumut memiliki berbagai aspek wisata yang eksotik untuk dikunjungi para wisman jauh melebihi Singapura. Keindahan alam, budaya serta adat istiadat, berburu penangkaran orang hutan, buaya dan burung, arung jeram. Mendaki gunung, desa tradisional, wisata air atau danau serta surfing di Pulau Nias, dan tak kalah pentingnya agrowisata serta banyak hal lainnya merupakan potensi wisata yang layak dijual bila dikemas dan ditata baik disertai pembangunan infrastruktur penunjang wisata.

Di luar potensi bisnisnya, Kota Medan sangatlah layak menjadi tujuan wisata. Selain untuk mengunjungi lokasi seperti Danau Toba atau Berastagi yang sejuk, Kota Medan sendiri sarat dengan objek wisata. Tujuan wisata di Kota Medan diantarnya adalah Taman Buaya di kawasan Sunggal, berisikan 3000 ekor buaya aneka jenis. Namun wisata yang paling menarik di Kota Medan adalah bangunan tuanya yang dibangun dari pertengahan abad XX di Medan. Dan sebagian besar bangunan tua itu masih ada sampai kini, indah dan memberi gambaran utuh pada Kota Medan masa lalu.

Medan adalah pintu gerbang menyusuri potensi-potensi wisata di Sumatera Utara. Posisinya yang strategis karena berdekatan dengan Singapura, Thailand dan Malaysia, adalah jaminan kalau Kota Medan sebenarnya menyimpan potensi besar dalam menyedot


(52)

Medan dapat diandalkan tak hanya di pentas nasional saja tapi juga berkelas internasional. Ketertinggalan yang dirasakan selama ini terkait dengan minimnya sarana, prasarana pendukung dan sumber daya manusianya masih bisa dibenahi. Karena begitu banyak potensi yang dapat diandalkan dari kota ini. Sebagai catatan, ada beberapa objek wisata yang terdapat dan berpotensi untuk dikembangkan di kota Medan antara lain : 3.2.1. Peternakan Buaya (Asam Kumbang)

Terletak di Desa Asam Kumbang, kecamatan Medan Selayang, Medan dan menempati lahan seluas 2 hektar yang dipenuhi pepohonan besar dan sebuah kolam rawa yang cukup luas. Penangkaran ini awalnya hanya memiliki 12 ekor buaya di tahun 1959 yang bertambah terus sehingga mencapai 2000-an ekor saat ini. Buaya yang ditangkarkan di tempat ini ada dua jenis, yaitu Buaya Muara (Crocodilus Porosus) yang punya reputasi sebagai buaya terganas di dunia dan Buaya Sinyulong (Tomistomas Schelegelii). Keduanya merupakan buaya yang dilindungi oleh undang-undang sebagai spesies langka. Yang paling banyak disini berasal dari jenis buaya muara. Buat pakan buaya, pengelola harus menyediakan 1 ton daging ayam setiap harinya. Koleksi utama penangkaran ini adalah buaya tentu saja, namun untuk lebih spesifik lagi, koleksi yang terutama adalah Buaya Muara atau Crocodyllus porosus. Umur buaya yang bervariasi antara 5 tahun hingga 32 tahun ditunjukkan dengan papan-papan petunjuk sederhana dan ukuran bobot badan mereka. Semakin tua pula, semakin bau kondisi kandang mereka.

Buaya muara atau buaya bekatak (Crocodylus porosus) adalah sejenis buaya yang terutama hidup di sungai-sungai dan di laut dekat muara. Daerah penyebarannya dapat ditemukan di seluruh perairan Indonesia. Moncong spesies ini cukup lebar dan


(53)

tidak punya sisik lebar pada tengkuknya. Sedang panjang tubuh termasuk ekor bisa mencapai 12 meter seperti yang pernah ditemukan di Sangatta, Kalimantan Timur.

Buaya muara dikenal sebagai buaya terbesar di dunia, jauh lebih besar dari Buaya Nil (Crocodylus niloticus) dan Alligator Amerika (Alligator mississipiensis). Penyebarannya pun juga “terluas” di dunia; buaya muara memiliki wilayah perantauan mulai dari perairan Teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India) hingga perairan Polinesia (Kepulauan Fiji dan Vanuatu). Sedangkan habitat favorit untuk mereka tentu saja perairan Indonesia dan Australia.

Buaya muara mampu melompat keluar dari air untuk menyerang mangsanya. Bahkan bilamana kedalaman air melebihi panjang tubuhnya, buaya muara mampu melompat serta menerkam secara vertikal mencapai ketinggian yang sama dengan panjang tubuhnya. Buaya muara menyukai air payau/asin, oleh sebab itu pula bangsa Australia menamakannya saltwater crocodile (buaya air asin).Selain terbesar dan terpanjang, Buaya Muara terkenal juga sebagai Jenis buaya terganas di dunia.

3.2.2. Istana maimoon

Istana Maimon merupakan salah satu obyek wisata yang terletak di Kota Medan. Arsitektur luarnya merupakan perpaduan dari bangunan Indonesia, Persia dan Eropa. Selain itu, di museum ini juga terdapat Meriam Puntung yang merupakan bagian dari Legenda Istana Maimon. Istana Maimon adalah salah satu dari ikon kota


(54)

Didesain oleh arsite

2 dan 30 ruangan.

Istana Maimun menjadi tujuan wisata bukan hanya karena usianya yang tua, namun juga

dengan gaya

sekarang. Jika kita melewati tempat ini pada sore hari, kita bahkan bisa melihat anak-anak bermain sepak bola di halaman istana ini.

Berlokasi di Jl. Brigjen Katamso Medan (10 km dari bandara), Istana Maimun merupakan peninggalan Sultan Kerajaan bernama Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. pusat kerajaan deli ini didominasi dengan warna kuning (warna khas orang melayu) dan selesai dibangun tahun 1888 dengan arsitek berkebangsaan Italia. kalau diperhatikan, bangunan ini memiliki perpaduan antara budaya Islam dan Eropa, dengan beberapa material (seperti ubin dan marmer) yang memang langung diimpor dari Eropa. Bagunan terdiri dari 2 lantai dengan 3 bagian yaitu bangunan induk, sayap kiri dan sayap kanan. pengaruh budaya eropa agaknya cukup kental tertata di istana ini, dari mulai lampu, kursi, meja, lemari, jendela sampai pintu dorong. sedangkan pengaruh Islam dapat dilihat dari bentuk lengkungan (arcade) di bagian atap yang menyerupai perahu terbalik (lengkungan persia) yang biasanya dijumpai pada bangunan2 di kawasan timur tengah.

salah satu ruang yang ada di dalam bangunan adalah balaiurung. tempat ini biasa digunakan untuk upacara penobatan Sultan Deli dan tempat keluarga sultan sungkem-sungkeman di hari raya Islam. selanjutnya terdapat 40 kamar yang terdiri dari 20 kamar


(55)

Di komplek istana, kita bisa liat sebuah meriam yang agaknya dikeramatkan. meriam ini punya seorang putri cantik bernama Putri Hijau. kecantikannya sempat membuat Sultan Aceh jatuh cinta dan hendak melamar tuk dijadikan permaisuri. namun lamaran tersebut ditolak kedua saudara laki-laki sang putri. Sultan Aceh marah, dan timbullah perang antara kesultanan aceh dan deli. dengan kesaktiannya, seorang saudara sang putri menjelma menjadi ular tangga dan seorang lagi menjadi sepucuk meriam yang tidak pernah berhenti menembak tentara aceh (meriam ini yang sekarang ada di Istana Maimun). kesultanan deli lama mengalami kekalahan dan putra mahkota yang menjelma menjadi meriam meledak sebagian karena kecewa. ledakan itu konon melontarkan bagian belakang meriam sampai ke Labuhan Deli dan bagian depan ke dataran tinggi Karo. Sang putri kemudian ditawan, dimasukkan ke peti kaca dan dibawa ke aceh. sampai di Ujung Jamboe Aye membuat permintaan terakhir dengan upacara penyerahan beras dan telur sebelum peti diturunkan dari kapal. saat upacara dimulai, angin ribut berhembus, disertai gelombang laut yang sangat tinggi. dari dalam laut muncul saudara sang putri yang menjelma menjadi ular naga dan dengan rahangnya ia mengambil peti adiknya dan dibawa masuk ke laut.

3.2.3. Mesjid Raya

Satu lagi peninggalan Sultan Deli, yaitu Masjid Raya Al Mashun yang berjarak

tak jauh dar

tanggal 1 Rajab 1324H atau 21 Agustus 1906 dan selesai 10 Sept 1909 oleh Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. beberapa bahan dekorasi dibuat dari Italia dan jerman serta


(56)

konon dulunya menjadi satu bagian dengan komplek istana. Masjid yang dirancang oleh Dingemans dari Amsterdam (dengan bentuk yang simetris jika dilihat dari keempat sisinya) memiliki gaya yang diambil dari budaya Timur tengah, India, dan Spanyol. Masjid dibangun dengan bentuk segi 8 (oktagonal) dan memiliki 4 sayap disetiap bagian selatan timur utara dan barat yang berbentuk seperti bangunan utama namun berukuran lebih kecil. luas keseluruhan bangunan adalah 5.000 meter.

Konsep bangunan utama beserta bangunan sayap katanya merupakan konsep bangunan masjid kuno di timur tengah. dsana masjid dibangun dengan ruang tengah sebagai ruang utama (disebut sahn) dan empat sayap berupa gang beratap untuk berteduh (disebut mugatha/suntuh). Hiasan di masjid ternyata bukan berupa kaligrafi melainkan ukiran bunga dan tumbuhan. dan berbeda dengan masjid lainnya, kubah masjid ini tidak berbentuk bulat namun persegi 8 dan agak gepeng. kubah berjumlah 5 buah, yang paling besar berada diatas bangunan utama dan 4 lainnya diatas masing2 sayap. disetiap ujung kubah terdapat ornamen bulan sabit sebagai penghias.

3.2.4. Museum Sumatera Utara

Selain Mesjid dan Istana Maimun, Sumatera Utara juga mempunyai tempat yang amat penting untuk dikunjungi, yakni Museum Sumatera Utara yang terletak di Dekat Stadion Teladan Medan tepatnya di jalan HM. Joni. Di dalam museum tersebut kita bisa melihat dan mengamati semua hal, mulai dari ekosistem alam, binatang, pakaian adat yang dipakai oleh adat di Sumatera Utara dan juga perlengkapan yang sering digunakan saat pelaksanaan upacara adat dan lain sebagainya.


(57)

3.2.5. Jl.Ahmad Yani Medan ( Kesawan )

Sekarang Kota Medan sedang berbenah diri dengan mengubah wajah kota Medan menjadi lebih semarak, dan sekarang ini kita dapat menikmati indahnya malam hari kota Medan dengan berjalan berjalan di kawasan Jl. Ahmad Yani atau sering disebut Kesawan. Di Jl. Ahmad Yani tersebut para pelancong dapat menemukan berbagai jenis sovenir asli yang menunjukan ciri khas Daerah Sumatera Utara, para pelancong juga dapat memilih semua jenis sovenir yang dikehendaki dan yang sesuai dengan selera masing masing untuk dibawa pulang ke tempat / negara masing masing sebagai oleh oleh dari Medan. Kota Medan saat ini telah mengalami kemajuan dan pembangunan yang saat pesat. Sebagai pusat pemerintahan daerah Sumatera Utara, Medan tumbuh menjadi kota metropolitan dengan berpenduduk kurang lebih 2,5 juta jiwa. Sebagian besar penduduk tersebut adalah suku Batak dan Melayu. Selain itu ada orang Jawa, Aceh, serta warga keturunan Cina dan India. Sekarang Medan adalah kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Bangunan perkantoran dan pusat perbelanjaan tumbuh bak "jamur di musim hujan". Salah satu keistimewaan kota Medan adalah adanya becak motor atau yang lebih dikenal dengan "becak mesin" yang menambah semaraknya kota ini walaupun menimbulkan pulusi udara dan kebisingan kota.

Untuk mencapai Medan dapat ditempuh melalui darat, laut, dan udara. Medan memiliki lapangan udara Internasional, Bandar Udara Polonia yang letaknya 4 km dari pusat kota. Medan juga punya pelabuhan laut terbesar ketiga di Indonesia, yaitu Pelabuhan Belawan, yang terletak 25 km di utara Medan. Selain itu, Medan mempunyai 2


(58)

selatan Medan. Di kiri kanan jalan ini banyak kita jumpai bangunan kuno bergaya Eropa bekas kolonial Belanda. Kawasan ini dikenal juga dengan nama Kesawan. Di utara Kesawan ini terdapat Lapangan Merdeka, sebuah lapangan tempat "upacara resmi" sering diadakan. Di sekitar tempat ini kita jumpai (lagi) bangunan kuno seperti gedung Balai Kota, Bank Indonesia.PT. London Sumatera, Hotel Dharma Deli, dan sebuah jembatan gantung (titi gantung) yang di bawahnya terdapat Stasiun Kereta Api Medan. Juga terdapat bangunan antik yang bersejarah yaitu Kantor Pos Pusat Medan yang sampai sekarang masih tetap beroperasi. Jika kita menyempatkan diri untuk menikmati suasana malam kota Medan, kita pasti akan ternganga melihat semaraknya kota Medan pada malam hari, apalagi sekarang di kawasan Kesawan telah dijadikan tempat Jajanan Malam terbesar di Kota Medan, dan para pengunjung bisa menikmati semua jenis makan yang telah siap dihidangkan oleh para produsen makanan setiap malamnya dan peresmian tempat Jajanan Malam tersebut atau lebih trend disebut sebagai Kesawan Square pada tgl. 15 January 2003 resmi di buka. Di Jl. Ahmad Yani Medan, dan sepanjang jalan protokol tersebut para pelancong dapat membeli berbagai sovenir yang hampir semua jenisnya berasal dari tempat tempat daerah wisata di SUMUT. Selain untuk membeli sovenir sebagai oleh oleh dari Sumatera Utara, para pelancong dapat juga melihat bangunan tua hasil dari peninggalan para Kolonial Belanda.


(59)

BAB IV

PERANAN MASYARAKAT TERHADAP OBJEK WISATA YANG BERADA DI MEDAN

4.1. Peran Kota Medan

Kota Medan dan Pelabuhan Belawan merupakan pintu masuk di wilayah ini melalui udara dan laut. Kota ini diyakini akan semakin jadi perhatian dunia bila Bandara Udara (Bandara) Kuala Namu selesai dibangun. Bandara ini akan menjadi lapangan terbang transit ke dan dari Eropah sebagaimana pernah diutarakan pihak Garuda.

Namun timbul pertanyaan apakah Pemprop Sumut khususnya Walikota Medan memperhatikan signal positif ini? Kalau hanya menunggu tanpa bertindak, dipastikan hasilnya sama seperti dulu. Terlebih dengan kondisi Bandara Polonia serta kesemrawutan Kota Medan dan jeleknya akses transportasi ke daerah tujuan wisata, keinginan untuk singgah di wilayah ini sedikit dan kecil.

Para wisatawan hanya sekadar duduk-duduk di ruang transit. Tidak ada keinginan mereka menjadikan Medan dan wilayah ini sebagai tujuan singgah 2 atau 3 hari dan berkeliling di sekitar. Sama halnya dengan Pelabuhan Belawan bilamana dijadikan sebagai salah satu pelabuhan kapal pesiar. Dijadikan sebagai salah satu titik daerah tujuan wisata bagi kapal-kapal pesiar yang secara universal setiap tahun meningkat jumlahnya.

Kapal pesiar berkapasitas 500 turis saja belum tentu dapat dilayani dengan mempersiapkan 15 bis wisata di tempat parkir untuk berpesiar sehari penuh di daerah ini.


(60)

Apalagi jika melayani kapal pesiar mewah berkapasitas 4.000 turis belum termasuk para ABK.

Kesemrautan transportasi di kota, tidakadanya lapang parkir atau parking lot, toilet yang bersih serta lapangan atau café peristirahatan yang nyaman, bersih dan resik. Khusus bagi kapal pesiar, keadaan ini merupakan tuntutan utama karena sebelum pukul 16.00 Wib, seluruh penumpang dan crew harus sudah kembali ke atas kapal untuk meneruskan pelayaran ke tujuan berikutnya.

Jadi, bagi Kota Medan, bagaimana kita mempersiapkan obyek obyek wisata yang akan kita sodorkan dan jual sebagai tempat yang perlu dan harus dikunjungi oleh wisatawan sehari ini atau dan dikunjungi yang memberikan kesan mendalam bagi wisatawan, taman yang luas dan indah, gedung bersejarah, museum atau peningggalan purba, candi, melihat pertunjukan kesenian dan lainnya.

Photo Kota Medan di awal abad 20 menggambarkan gedung gedung resik dan anggun yang sekarang dibangun tanpa perencanaan jelas. Kita lihat saja sekitar Lapangan Merdeka dengan City Walk-nya dan hilangnya Hotel de Boer yang berubah menjadi Bank Mandiri. Kalau Lapangan Merdeka tidak berubah seperti awalnya, mungkin tidak sulit mencari tempat parkir puluhan bis wisata yang membawa ratusan penumpang kapal pesiar dari Belawan.

Sama dengan hilangnya lapangan rumput Polonia berubah menjadi gedung kantor dan pemukiman. Di tahun 60-an, lokasi ini adalah tempat ribuan warga kota. Di sore hari berolahraga atau berjalan santai. Kota Kopenhagen di Denmark dengan penduduk sekitar 1,5 juta jiwa, memiliki lebih dari 50 lapangan seluas lapangan rumput Polonia tempo dulu dan hingga saat ini terpelihara. Tempat bermain penduduk kota, anak-anak, remaja,


(61)

dewasa maupun orang tua, laki dan perempuan juga terawat. Kini Medan telah kehilangan segalanya dan sulit untuk dikembalikan dan menjadikan Kota Medan sebagai obyek city tour yang menyenangkan.

Namun bagaimanapun, Medan tetap berperan besar mengundang wisman datang ke wilayah ini. Karena Medan merupakan pintu gerbang utama bagi turis. Dan ini merupakan tantangan tapi tugas mulia bagi kita di masa mendatang yang akan memimpin Kota Medan. Ini menjadi persoalan menarik, mengingat 2010 mendatang, masyarakat Kota Medan akan menentukan siapa yang akan menjadi Wailokota Medan periode 2010-2015 melalui Pemilukada langsung.

Dengan prinsip melibatkan seluruh lapisan masyarakat dan perangkat pemerintah dari tingkat yang paling bawah yaitu kepala lingkungan, kita kembalikan Kota Medan yang dulunya resik dan nyaman sehingga menarik dikunjungi. Penataan transportasi kota dengan mengubah design angkot agar memuat lebih banyak, sekaligus mengurangi jumlah kendaraan. Begitu juga penataan keberadaan pasar tradisional yang selalu menjadi sumber kemacetan lalu lintas, penataan trotoar dan memperbanyak kawasan pejalan kaki, perbaikan taman kota.

Bahkan, keharusan mengecet bangunan atau rumah secara berkala dan memberlakukan kembali larangan merubah bangunan tanpa izin, perbaikan serta larangan membuka kedai kopi secara sembarangan, menjadikan trotoar sebagai bengkel dan sebagainya. Upaya perubahan-perubahan semua hal tersebut akan dapat merubah Kota Medan menjadi lebih baik dan teratur.

Perubahan ini pula sekaligus diikuti dengan membuka akses jalan ke luar kota lebih lebar dan baik dan lancar, sehingga jangka waktu mencapai kawasan wisata luar


(62)

kota lebih pendek dan menyenangkan. Kawasan Padang Bulan yang merupakan jalan utama ke pegunungan atau Sibolangit dan Berastagi wajah dan alur lalu lintas, harus ditertipka n.

Ruas jalannya harus diperlebar dengan berkordinasi dengan Pemda Deliserdang. Kemacetan di Pancur Batu harus dicairkan secara permanen. Demikian juga ruas-ruas jalan lainnya, jangan menjadi hambatan bagi kendaraan turis yang waktunya sangat terbatas.

Perkembangan dan kehidupan pariwisata, jangan hanya dinikmati segelintir orang. Tetapi dengan melibatkan keperdulian masyarakat. Mereka juga harus memperoleh manfaat di bidang ekonomi dan lainnya. Dan satu yang pasti adalah pariwisata akan tetap bertumbuh biar di masa sulit sekalipun. Di samping semakin banyaknya jumlah turis lanjut usia (Lansia) karena kemakmuran meningkat.

Medan dulu dikenal sebagai paris van Sumatera dan Berastagi adalah Swissnya Asia. Kita harus mampu mengembalikan suasana tersebut sejalan kemajuan teknologi dan informasi yang pada akhirnya akan merubah mental dan moral penduduk Medan. Dengan demikian, pomeo Ini Medan Bung, konotasinya positif.

Medan Bung tidak berarti segalanya seenaknya saja berbuat seperti pelanggaran rambu rambu lalu lintas, pemanfaatan kaki lima, pembuangan sampah dan rusaknya jalan-jalan umum. Sebagai pintu utama memasuki Sumut, Kota Medan perlu banyak berbenah dan sekaligus menata pembangunan secara terencana. Dan yang ingin ditekankan adalah, mempertahankan taman yang masih ada.


(63)

4.2. Daya Tarik Wisata Yang dimiliki kota Medan

Keadaan alam dengan flora dan faunanya yang indah, didukung oleh banyaknya peninggalan sejarah dan budaya serta aneka budaya yang ada, merupakan modal yang cukup untuk dijadikan objek dan daya tarik wisata dalam menunjang pengembangan industri pariwisata di Indonesia, khususnya Sumatera Utara.

Kota Medan memiliki Bandar udara Polonia dan pelabuhan laut Belawan yang merupakan pintu utama masuknya wisatawan mancanegara yang datang melalui laut maupun udara untuk mengunjungi tempat-tempat tujuan wisata yang ada di berbagai wilayah Sumatera Utara. Kota Medan banyak menyimpan tempat-tempat bersejarah,itu merupakan aset dari para nenek moyang daerah sumatera utara yang dapat dijadikan aset pendapatan asli daerah sumatera utara. Objek dan daya tarik wisata yang ada di Medan sangat banyak sekali, seperti Istana Maimoon, Penakaran Buaya Asam Kumbang, Mesjid Raya, Museum Rahmad shah yang bertempat di kota Medan, bangunan-bangunan bersejarah dan lain sebagainya. Namun, kita tidak pernah tahu sejauh mana kepedulian kita terhadap dunia pariwisata sumatera utara khususnya. Hingga kini Pemerintah Kota Medan belum mempunyai konsep pengembangan wisata heritage. Wisata yang memanfaatkan kawasan bersejarah ini masih berjalan apa adanya. Padahal, potensi untuk mengembangkan wisata ini cukup besar lantaran Medan memiliki ratusan bangunan dan kawasan sejarah yang menarik.

Banyak kawasan sejarah yang perlu diselamatkan terlebih dahulu sebelum mengembangkan wisata heritage ini. Salah satu kawasan yang menjadi jantung ikon Kota Medan adalah kawasan Kesawan. Kini kawasan yang berada di Jalan Ahmad Yani ini


(64)

(esplanade). Karena tak ada konsep memanfaatkannya, maka sejumlah bangunan penting musnah.

Kendati begitu, di kawasan ini masih tersisa sejumlah bangunan kuno bersejarah. Bangunan yang dimaksudkannya di antaranya Rumah Tjong A Fie, Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sumut, Gedung PT London Sumatera, Rumah Makan Tip Top, dan sejumlah bangunan lain.

Sumatera utara pada dasarnya banyak menyimpan potensi dan juga kesempatan untuk bisa bersaing dengan daerah lainnya yang ada di seluruh Indonesia namun, kita melihat masih banyak tempat pariwisata yang belum dikelola dengan baik dan terorganisir oleh pemerintah daerahnya sendiri. Devisa yang dapat dihasilkan dari sektor pariwisata itu sendiri jauh lebih besar dibanding dengan yang lainnya jika benar benar dikelola dengan baik.


(65)

 Belum adanya master plan pengelolaan pariwisata yang bisa dijadikan acuan pedoman dan rujukan pengembangan pariwisata dikota Medan.

 Belum maksimalnya sosialisasi dan promosi pariwisata di kota Medan..

 Kurangnya kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan pariwisata dan masih minimnya tingkat kesadaran masyarakat akan potensi pariwisata di Medan

 Kurang lengkapnya fasilitas/sarana yang mendukung kegiatan pariwisata di Medan

 Kurang dana yang mendukung kegiatan pariwisata di kota Medan

 Belum terwujudnya budaya Bersih dalam masyarakat kota Medan

4.4. Peran Pemerintah, dan Masyarakat a. Peran Pemerintah

Dalam mengembangkan suatu objek wisata peran pemerintah sangat diharapkan. Karena dengan adanya peran pemerintah maka suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) akan berkembang dengan baik. Sebaliknya jika suatu objek wisata tidak memiliki dukungan dari pemerintah maka objek wisata yang berpotensi sekali pun tidak akan berkembang dengan baik dan tidak dapat menghasilkan keuntungan bagi daerah sekitarnya. Dengan adanya peran pemerintah maka suatu DTW akan mendapatkan biaya untuk pengembangan suatu DTW tersebut. Dengan berkembangnya suatu DTW maka suatu daerah akan mendapatkan keuntungan yang sangat baik untuk daerah di sekitarnya. Oleh sebab itu, peran pemerintah sangat diperlukan untuk berkembangnya suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW).


(66)

b. Peran Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki tujuan-tujuan tertentu. Tujuan untuk menyenangkan diri sendiri adalah salah satu tujuannya. Dari tujuan itu lah maka kata pariwisata diciptakan. Karena dengan adanya dunia pariwisata, manusia akan mendapatkan kesenangan hati dengan melakukan kegiatan wisata. Ciri khas manusia adalah selalu bergerak, inilah yang merupakan embrio yang melahirkan kebutuhan manusia untuk berpergian, mengadakan perjalanan dengan segala ragam keperluan sarana dan prasarananya. Dewasa ini kebutuhan tersebut begitu mendesak, seiring dengan kemajuan zaman.

Dari hal yang disebutkan di atas, maka sangat jelas bahwa dunia pariwisata sangat dibutuhkan oleh manusia. Dunia pariwisata sangat berhubungan sekali dengan manusia.

Dalam pengembangan suatu DTW, peran masyarakat di sekitar sangat diperlukan. Karena dengan adanya partisipasi dari masyarakat sekitar secara tidak langsung mereka membantu untuk memajukan DTW yang berada disekitar mereka. Menjaga kebersihan lingkungan sekitar DTW itu merupakan suatu partisipasi masyarakat untuk memajukan DTW tersebut. Hal ini dapat menguntungkan bagi masyarakat sekitar juga. Selain itu mereka juga dapat meraih keuntungan yang di peroleh dari wisatawan yang datang, dengan cara menjual hasil-hasil kerajinan tangan yang di buat oleh masyarakat di sekitar DTW tersebut. Selain menghasilkan keuntungan untuk pemerintahan sekitar juga dapat menghasilkan keuntungan untuk masyarakat sekitar.


(67)

BAB V KESIMPULAN

Dari setiap pembahasan bab-bab sebelumnya maka dapatlah ditarik suatu kesimpulan mengenai peranan masyarakat lokal terhadap perkembangan objek wisata di kota Medan, Yaitu :


(68)

Medan adalah pintu gerbang menyusuri potensi-potensi wisata di Sumatera Utara. Posisinya yang strategis karena berdekatan dengan Singapura, Thailand dan Malaysia, adalah jaminan kalau Kota Medan sebenarnya menyimpan potensi besar dalam menyedot turis-turis mancanegara.

Sumatera utara pada dasarnya banyak menyimpan potensi dan juga kesempatan untuk bisa bersaing dengan daerah lainnya yang ada di seluruh Indonesia namun, kita melihat masih banyak tempat pariwisata yang belum dikelola dengan baik dan terorganisir oleh pemerintah daerahnya sendiri. Devisa yang dapat dihasilkan dari sektor pariwisata itu sendiri jauh lebih besar dibanding dengan yang lainnya jika benar benar dikelola dengan baik.

Dengan adanya peran pemerintah maka suatu DTW akan mendapatkan biaya untuk pengembangan suatu DTW tersebut.

Menjaga kebersihan lingkungan sekitar DTW itu merupakan suatu partisipasi masyarakat untuk memajukan DTW tersebut. Hal ini dapat menguntungkan bagi masyarakat sekitar juga.


(69)

DAFTAR PUSTAKA

BPS (Badan Pusat Statistik) Propinsi Sumatera Utara, Medan dalam angka / Medan In Figure, 2009

Dinas Pariwisata Propinsi Sumatera Utara.

Drs. H. Oka A. Yoeti, M.B.A Tour and Travel Marketing, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2006.

Drs. H. Oka Yoeti, M.B.A Pengantar Ilmu Pariwisata,Jakarta 1998.


(70)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rizky Agusriani Hakim Daulay Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 28 Agustus 1987 Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Islam

Anak ke : 2 (dua) dari 2 (dua) orang bersaudara

Alamat : Jl. Perjuangan 45/ jl. Chandra gg. Keluarga No. 16 (jl. Binjai km. 7) Medan.

Nama Orang Tua

Ayah : Lukman Hakim Daulay Ibu : Juliani Lubis

Alamat : Jl. Perjuangan 45/ jl. Chandra gg. Keluarga No. 16 (jl. Binjai km. 7) Medan.

Jenjang Pendidikan formal

SD Medan Putri Medan Stambuk 1999 SLTP Negri 12 Medan Stambuk 2002 SMU Negri 8 Medan Stambuk 2005


(1)

 Belum adanya master plan pengelolaan pariwisata yang bisa dijadikan acuan pedoman dan rujukan pengembangan pariwisata dikota Medan.

 Belum maksimalnya sosialisasi dan promosi pariwisata di kota Medan..

 Kurangnya kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan pariwisata dan masih minimnya tingkat kesadaran masyarakat akan potensi pariwisata di Medan

 Kurang lengkapnya fasilitas/sarana yang mendukung kegiatan pariwisata di Medan

 Kurang dana yang mendukung kegiatan pariwisata di kota Medan

 Belum terwujudnya budaya Bersih dalam masyarakat kota Medan

4.4. Peran Pemerintah, dan Masyarakat a. Peran Pemerintah

Dalam mengembangkan suatu objek wisata peran pemerintah sangat diharapkan. Karena dengan adanya peran pemerintah maka suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) akan berkembang dengan baik. Sebaliknya jika suatu objek wisata tidak memiliki dukungan dari pemerintah maka objek wisata yang berpotensi sekali pun tidak akan berkembang dengan baik dan tidak dapat menghasilkan keuntungan bagi daerah sekitarnya. Dengan adanya peran pemerintah maka suatu DTW akan mendapatkan biaya untuk pengembangan suatu DTW tersebut. Dengan berkembangnya suatu DTW maka suatu daerah akan mendapatkan keuntungan yang sangat baik untuk daerah di sekitarnya. Oleh


(2)

b. Peran Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki tujuan-tujuan tertentu. Tujuan untuk menyenangkan diri sendiri adalah salah satu tujuannya. Dari tujuan itu lah maka kata pariwisata diciptakan. Karena dengan adanya dunia pariwisata, manusia akan mendapatkan kesenangan hati dengan melakukan kegiatan wisata. Ciri khas manusia adalah selalu bergerak, inilah yang merupakan embrio yang melahirkan kebutuhan manusia untuk berpergian, mengadakan perjalanan dengan segala ragam keperluan sarana dan prasarananya. Dewasa ini kebutuhan tersebut begitu mendesak, seiring dengan kemajuan zaman.

Dari hal yang disebutkan di atas, maka sangat jelas bahwa dunia pariwisata sangat dibutuhkan oleh manusia. Dunia pariwisata sangat berhubungan sekali dengan manusia.

Dalam pengembangan suatu DTW, peran masyarakat di sekitar sangat diperlukan. Karena dengan adanya partisipasi dari masyarakat sekitar secara tidak langsung mereka membantu untuk memajukan DTW yang berada disekitar mereka. Menjaga kebersihan lingkungan sekitar DTW itu merupakan suatu partisipasi masyarakat untuk memajukan DTW tersebut. Hal ini dapat menguntungkan bagi masyarakat sekitar juga. Selain itu mereka juga dapat meraih keuntungan yang di peroleh dari wisatawan yang datang, dengan cara menjual hasil-hasil kerajinan tangan yang di buat oleh masyarakat di sekitar DTW tersebut. Selain menghasilkan keuntungan untuk pemerintahan sekitar juga dapat menghasilkan keuntungan untuk masyarakat sekitar.


(3)

BAB V KESIMPULAN


(4)

Medan adalah pintu gerbang menyusuri potensi-potensi wisata di Sumatera Utara. Posisinya yang strategis karena berdekatan dengan Singapura, Thailand dan Malaysia, adalah jaminan kalau Kota Medan sebenarnya menyimpan potensi besar dalam menyedot turis-turis mancanegara.

Sumatera utara pada dasarnya banyak menyimpan potensi dan juga kesempatan untuk bisa bersaing dengan daerah lainnya yang ada di seluruh Indonesia namun, kita melihat masih banyak tempat pariwisata yang belum dikelola dengan baik dan terorganisir oleh pemerintah daerahnya sendiri. Devisa yang dapat dihasilkan dari sektor pariwisata itu sendiri jauh lebih besar dibanding dengan yang lainnya jika benar benar dikelola dengan baik.

Dengan adanya peran pemerintah maka suatu DTW akan mendapatkan biaya untuk pengembangan suatu DTW tersebut.

Menjaga kebersihan lingkungan sekitar DTW itu merupakan suatu partisipasi masyarakat untuk memajukan DTW tersebut. Hal ini dapat menguntungkan bagi masyarakat sekitar juga.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

BPS (Badan Pusat Statistik) Propinsi Sumatera Utara, Medan dalam angka / Medan In Figure, 2009

Dinas Pariwisata Propinsi Sumatera Utara.

Drs. H. Oka A. Yoeti, M.B.A Tour and Travel Marketing, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2006.

Drs. H. Oka Yoeti, M.B.A Pengantar Ilmu Pariwisata,Jakarta 1998.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rizky Agusriani Hakim Daulay

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 28 Agustus 1987 Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Islam

Anak ke : 2 (dua) dari 2 (dua) orang bersaudara

Alamat : Jl. Perjuangan 45/ jl. Chandra gg. Keluarga No. 16 (jl. Binjai km. 7) Medan.

Nama Orang Tua

Ayah : Lukman Hakim Daulay

Ibu : Juliani Lubis

Alamat : Jl. Perjuangan 45/ jl. Chandra gg. Keluarga No. 16 (jl. Binjai km. 7) Medan.

Jenjang Pendidikan formal

SD Medan Putri Medan Stambuk 1999 SLTP Negri 12 Medan Stambuk 2002 SMU Negri 8 Medan Stambuk 2005