Analisis Determinan Pendapatan Usahakecil Di Kabupaten Langkat
ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN USAHA KECIL
DI KABUPATEN LANGKAT
TESIS
Oleh
H. SALMAN
077018007/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
(2)
ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN USAHA KECIL
DI KABUPATEN LANGKAT
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
H. SALMAN
077018007/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
(3)
Judul Tesis : ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KABUPATEN LANGKAT
Nama Mahasiswa : H. Salman Nomor Pokok : 077018007
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Dr. Rahmanta, M.Si)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 17 Februari 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : 1. Dr. Murni Daulay, M.Si Anggota : 2. Drs. Iskandar Syarief, MA
3. Dr. Rahmanta, M.Si 4. Drs. Somad Zaino, MS
(5)
PERNYATAAN
ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN USAHA KECIL
DI KABUPATEN LANGKAT
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, atau kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 17 Februari 2009
(6)
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh modal kerja, jumlah tenaga kerja, jam kerja dan tingkat pendidikan terhadap pendapatan usaha kecil di Kabupaten Langkat.
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
dikumpulkan dari lapangan. Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random
Sampling dengan mengambil 150 responden dari total populasi usaha kecil yang tersebar di kecamatan se-Kabupaten Langkat. Model yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah model ekonometrika dan menggunakan metoda Ordinary Least
Square (OLS).
Koefisien Determinasi (R²) menunjukkan bahwa semua variabel seperti pendidikan, modal kerja, jumlah tenaga kerja dan jam kerja dapat menjelaskan semua variasi dalam pendapatan yang diterima oleh pengusaha kecil sebesar 67% sementara
33% tidak dijelaskan didalam model. Kemudian uji serempak (F Test) menunjukkan
bahwa semua variabel independent dapat mempengaruhi Variabel terikat (Dependent
Variable) secara signifikan. Hasil menunjukkan bahwa variabel modal kerja secara signifikan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh pengusaha kecil pada = 5% sementara total tenaga kerja, jam kerja dan tingkat pendidikan signifikan pada = 10%.
Kata Kunci : Usaha kecil, modal kerja, tingkat pendidikan, jam kerja dan total jumlah tenaga kerja
(7)
ABSTRACT
The main objective of this study is to know or distinguishe factors which influence on small scale traders in the regency of Langkat.
Data employed in this research is secondary data which collected from the field. Sampling thecnique used is simple random sampling by taking 150 respondents from total population of small traders which spread all over sub-regency in Langkat Regency. The model used in this research is econometric model and the method employed is Ordinary Least Square (OLS).
The coefficient determination (R2) indicates that all variables like working capital, education level, total employers and hours of work can describe all variation in income received by small scale traders as amount of 67 percent, meanwhile 33 percent is not the model. Therefore, the F-test (all over test) indicates that all independent variables can influence on the dependent variable significantly.The result shows that variable working capital significantly influence on total income received by small scale traders at = 5 % level. Meanwhile, total of employers, hours of work, education level significant at = 10 %.
Key word : Small scale traders, working capital, education level, hours of work and total employers.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta bimbingannya selama mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan tesis ini yang berjudul “ Analisis Determinan Pendapatan Usaha Kecil di Kabupaten Langkat”. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan pemikiran untuk dapat menyelesaikan tesis ini. Karena tanpa bantuan dari semua pihak penulis merasa mendapatkan kesulitan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin P.Lubis, DTM&H, SpA(K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang telah diberikan kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B, M.Sc selaku direktur dan Prof. Dr. Ir. A.
Rahim Matondang, MSIE dan Dr. Pandapotan Nasution, MS selaku wakil Direktur I dan Wakil Direktur II Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas kesempatan saya menjadi mahasiswa program magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi
Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas kesempatan saya untuk menyelesaikan pendidikan program magister.
(9)
4. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si dan Bapak Drs. Iskandar Syarief, MA selaku pembimbing yang telah memberikan perhatian dan dorongan melalui bimbingan dan saran dalam penyelesaian tesis ini.
5. Seluruh Dosen dan Guru Besar pada Program Studi Magister Ekonomi
Pembangunan Sekolah Pascasarjana USU.
6. Sembah Sujud Penulis kepada Ayahanda Alm. H. Harmen Ishak dan Ibunda Hj.
Nahwiyah yang terus mendukung dan memberikan semangat untuk menyelesaikan studi magister, Do’a dan kasih sayangnya kepada Saya.
7. Terima Kasih kepada Istri tercinta Dra. Hj. T. Rubi Auliani dan Ketiga Anakku
tersayang, Ahmad Fachri Salman, Muhammad Ridho Albi dan Siti Luthfiah Nabila yang selalu memberikan do’a, motivasi dan dukungan baik berupa moral maupun material, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.
8. Terima kasih kepda Bapak dan Ibu Mertua yang telah memberikan dorongan dan
motivasi dalam penyelesaian studi ini.
9. Terima Kasih kepada Pimpinan dan Staf Pemerintah Kabupaten Langkat yang
telah membantu penulis dalam menghimpun data di lapangan, sehingga selesainya tesis ini.
10.Terima Kasih kepada rekan-rekan terdekat : Armauliza Septiawan, Rajanami Yun
Sukatami, M. Riza Aulia Matondang, Sujarno yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan studi ini.
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang ada, maka hasil penelitian ini penulis dapat menyempurnakan dengan bantuan
(10)
dari pihak-pihak tersebut di atas. Karena itu dengan segala kerendahan hati yang tulus ikhlas penulis menerima segala kritikan dan saran yang diberikan kepada penulis dalam perbaikan hasil penelitian ini. Sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Harapan penulis tesis ini dapat bermanfaat bagi Pemerintah Kabupaten Langkat khususnya Kepada Pengusaha Kecil yang berada di kecamatan se-Kabupaten Langkat.
Akhirnya kepada Allah SWT memohon ampun atas segala kekhilafan yang disengaja maupun tidak disengaja dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf bila terdapat kekhilafan. Sekian dan terima kasih.
Medan, Maret 2009 Penulis
(11)
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : H. Salman
2. Agama : Islam
3. Tempat/Tanggal lahir : Stabat, 24 April 1966
4. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
5. Nama Ayah : Alm. H. Harmen Ishaq
Nama Ibu : Hj. Nahwiyah
6. Pendidikan : a. SD Negeri 050656 Stabat, Lulus Tahun
b. SMP Negeri 1 Stabat, Lulus Tahun
c. SMA Negeri 1 Stabat, Lulus Tahun
d. Strata-1 IAIN Fakultas Tarbiyah Medan, Lulus
Tahun 1990
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... .. i
ABSTRACT ... .. ii
KATA PENGANTAR ... .. iii
RIWAYAT HIDUP ... .. vi
DAFTAR ISI ... .. vii
DAFTAR GAMBAR ... .. ix
DAFTAR TABEL ... .. x
DAFTAR LAMPIRAN ... .. xi
BAB I PENDAHULUAN ... .. 1
1.1 Latar Belakang ... .. 1
1.2 Perumusan Masalah ... .. 5
1.3 Tujuan Penelitian ... .. 6
1.4 Manfaat Penelitian ... .. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... .. 8
2.1 Kelangkaan Modal dan Minimnya Tabungan Pada Negara Berkembang ... .. 8
2.2 Peran Pemerintah Dalam Sebuah Perekonomian ... .. 11
2.3 Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan ... .. 13
2.4 Pasar Kredit serta Kredit Modal kerja ... .. 16
2.5 Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan ... .. 19
2.6 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil 21
2.7 Penelitian Sebelumnya ... .. 23
2.8 Hipotesis Penelitian ... .. 24
2.9 Kerangka Pemikiran ... .. 25
BAB III METODE PENELITIAN... .. 26
3.1 Lokasi Penelitian ... .. 26
3.2 Populasi dan Sampel ... .. 26
3.3 Jenis dan Sumber Data ... .. 27
3.4 Model Analisis ... .. 27
3.5 Defenisi Operasional ... .. 28
3.6 Metode Analisis ... .. 29
3.7 Test Goodness of Fit ... .. 30
3.7.1 Uji Validitas Data ... .. 30
3.7.2 Uji Reliabilitas Data... .. 31
3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... .. 32
3.8.1 Uji Normalitas ... .. 32
(13)
3.8.3 Uji Heterokedastisitas ... .. 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... .. 35
4.1 Diskripsi Wilayah Penelitian ... .. 35
4.1.1 Wilayah Dan Iklim ... .. 35
4.1.2 Kependudukan ... .. 36
4.1.3 Ketenagakerjaan ... .. 36
4.2 Karakteristik Responden Dalam Wilayah Penelitian... .. 37
4.2.1 Usia Responden ... .. 37
4.2.2 Tingkat Pendidikan ... .. 38
4.2.3 Jumlah Anggota Keluarga... .. 39
4.2.4 Jenis Rumah ... .. 40
4.2.5 Lantai Rumah ... .. 41
4.2.6 Dinding Rumah ... .. 42
4.2.7 Atap Rumah ... .. 42
4.2.8 Alat Penerangan ... .. 43
4.2.9 Sumber Air Minum/Mandi/MCK ... .. 43
4.2.10 Status Kepemilikan Rumah ... .. 44
4.3 Hasil Estimasi Model Penelitian ... .. 45
4.4 Uji Asumsi Klasik ... .. 47
4.4.1 Uji Multikolinearitas ... .. 48
4.4.2 Uji Heterokedastisitas ... .. 48
4.4.3 Uji Normalitas... .. 49
4.4.4 Uji Linearitas... .. 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... .. 51
5.1 Kesimpulan ... .. 51
5.2 Saran-Saran ... .. 52
(14)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1. Lingkaran Setan Ke-2 ... 10 2.2. Lingkaran Setan Ke-3 ... 11 2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian Determinan Pendapatan Usaha Kecil
(15)
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
3.1. Sample Size dan Lokasi Penelitian ... 27
4.1. Perkembangan dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Langkat selama 4 tahun (2004-2007) ... 36
4.2. Karakteristik Usia Responden di Wilayah Penelitian ... 38
4.3. Karakteristik Pendidikan Responden pada Wilayah Penelitian ... 39
4.4. Jumlah Anggota Keluarga Responden ... 40
4.5. Jenis Rumah Yang Dihuni Oleh Responden ... 41
4.6. Kondisi Lantai Rumah Tempat Tinggal ... 41
4.7. Kondisi Dinding Rumah Responden ... 42
4.8. Kondisi Atap Rumah Responden ... 42
4.9. Kondisi Alat Penerangan ... 43
4.10 Sumber Air Minum/MCK ... 44
4.11. Status Kepemilikan Rumah Responden ... 44
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Daftar Pertanyaan ... 55
2. Data Penelitian Lapangan ... 59
3. Input data Menggunakan Eviews 4,1 ... 64
4. Hasil Estimasi ... 68
5. Hasil Uji Multikolinearitas ... 69
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kendala klasik seputar usaha kecil dan rumah tangga di Indonesia yang sering dibicarakan sampai saat ini adalah soal kekurangan modal, tenaga kerja, di samping peralatan atau teknologi dan juga pemasaran. Sehingga muncul pertanyaan yang paling esensial dari dampak permasalahan tersebut yaitu bagaimana sektor usaha kecil dalam negeri dapat didorong menjadi sektor usaha berskala besar sehingga memberikan tingkat pendapatan masyarakat yang cukup baik.
Sejak tahun 1983, pemerintah secara konsisten telah melakukan berbagai upaya deregulasi sebagai upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi perekonomian. Kendati demikian, banyak yang mensinyalir deregulasi di bidang perdagangan dan investasi tidak memberi banyak keuntungan bagi perusahaan kecil dan menengah bahkan sebaliknya justru perusahaan besar dan konglomerat yang mendapat keuntungan. Studi empiris membuktikan bahwa pertambahan nilai tambah ternyata tidak dinikmati oleh perusahaan skala kecil, sedang, dan besar, namun justru perusahaan skala konglomerat, dengan tenaga kerja lebih 100 orang yang menikmati kenaikan nilai tambah secara absolut (Kuncoro & Abimayu, 1995).
Dalam konstelasi inilah perhatian untuk menumbuh kembangkan industri kecil dan rumah tangga yang menyerap banyak tenaga kerja. Kecenderungan menyerap banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak industri kecil dan rumah
(18)
tangga juga intensif dalam menggunakan sumberdaya alam lokal. Apalagi lokasinya banyak di pedesaan, pertumbuhan industri kecil akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi di pedesaan (Simatupang,et al, 1994; Kuncoro, 1996). Dari sisi kebijakan, industri rumah tangga jelas perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja, namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Di pedesaan, peran penting industri kecil dan rumah
tangga memberikan tambahan pendapatan (Sandee et all, 1994), merupakan seedbed
bagai pengembangan industri dan sebagai pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin (Weijland, 1999).
Dewasa ini salah satu upaya yang sudah dilakukan pemerintah sebagai suatu strategi dalam pengembangan usaha kecil adalah dengan memperhatikan antara keseimbangan, penguasaan teknologi dan meningkatkan peranan swasta. Strategi itu ditunjang dengan kebijakan ekonomi yang dapat mendorong upaya tersebut, di antaranya dengan sistem kemitraan antara industri besar, menengah dengan usaha kecil/ industri rumah tangga dan koperasi. Hal ini ditunjukkan oleh kenyataan tiga tahun belakangan ini, pertumbuhan unit usaha telah mencapai 61,5 ribu unit usaha, dengan kapasitas penyerapan tenaga kerja tambahan mencapai 869,3 ribu orang.
).
Dampak dari bantuan yang diberikan oleh pengusaha besar atau menengah kepada usaha kecil dan koperasi, langsung mendapat tanggapan yang positif dari
(19)
barbagai pihak. Terutama pihak yang paling berkepentingan di sini, yaitu pengusaha usaha kecil dan koperasi, yang langsung merasakan problematik tersebut.
Kondisi riil yang ditunjukkan oleh hampir seluruh daerah kabupaten/ Kota di Indonesia menggambarkan bahwa kegiatan usaha kecil yang hampir seluruhnya berada di daerah Kabupaten/Kota selalu dilanda fenomena sulit berkembang dikarenakan banyaknya masalah yang mereka hadapi mulai dari permasalahan ketersedian modal dan tingkat kemampuan SDM pekerja yang relatif kurang memadai. Misalnya sektor industri kerajinan dan produksi hasil pertanian, seperti kerajinan rotan, kayu, keramik gerabah, bata, dan mkanan, merupakan sektor industri yang memiliki potensi ekspor, karena itu sangat berprospek apaila dapat dikembangkan, terutama industri kerajinannya.
Dalam sebuah artikel (Budianto, 2007) dijelaskan bahwa dalam beberapa tahun terakhir dapat dilihat banjirnya produk pangan dari luar negeri yang banyak ragamnya, mulai yang bermitra dengan perusahaan di Indonesia atau lebih dikenal
dengan toll manufacturing, produk impor legal dan produk ilegal. Jika dicermati
dengan baik, ternyata produk tersebut tidak hanya dihasilkan oleh industri besar akan tetapi juga dihasilkan oleh usaha kecil. Semuanya mempunyai kesamaan yaitu memiliki penampilan produk yang prima, baik dari segi kemasan maupun kualitas produknya. Kemasan produk impor tersebut mempunyai desain yang menarik dan terbuat dari bahan yang baik sehingga dapat menarik minat konsumen untuk membelinya. Dan satu keunggulan lagi adalah harganya yang sangat kompetitif.
(20)
Dengan demikian jelaslah bahwa sebelum pintu ”Pasar Bebas” secara resmi dibuka industri-usaha kecil di Indonesia sudah mendapat persaingan yang cukup berarti terutama dalam hal pemasaran. Sebagai konsekwensinya jelaslah bahwa dunia Usaha kecil maupun mikro di Indonesia harus bergerak cepat demi mengimbangi persaingan yang sudah pasti datang beberapa tahun ke depan.
Pada sisi lain, peran pemerintah yang ditunjukkan dalam pasal 25 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1995 tentang usaha kecil dan menengah mencakup beberapa bidang terutama dalam tujuannya memberikan dukungan dana maupun modal atau aspek pembiayaan bagi usaha kecil yang ada di Indonesia yakni terdiri dari ; Penyedian kredit perbankan, Pinjaman lembaga keuangan bukan bank, modal ventura, pinjaman dari dana penyisihan laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Hibah dan jenis pembiayaan lainnya. Ini berarti bahwa dalam perspektif formal, Usaha Kecil seharusnya telah mendapatkan berbagai sumber modal yang mencukupi.
Kabupaten Langkat merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang cukup baik. Akan tetapi realita seperti masih rendahnya pendapatan yang diperoleh oleh pelaku usaha kecil di kecamatan se-Kabupaten Langkat masih banyak dijumpai, khususnya para pelaku usaha kecil yang tersebar di sekitar ibu kota Kabupaten Langkat. Hal ini sangat dimungkinkan terjadi karena pelaku usaha kecil yang didominasi oleh keluarga masih belum menggunakan teknologi yang efisien dan efektif sehingga produk yang dihasilkan pun belum dapat mengimbangi produk-produk yang dihasilkan oleh sektor usaha besar ataupun
(21)
menengah. Dengan kata lain keberadaannya dalam menghadapi persaingan di era pasar bebas masih menjadi tanda tanya besar.
Dilatarbelakangi oleh permasalahan mengenai upaya meningkatkan pendapatan usaha kecil di Kabupaten Langkat serta hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi daerah merupakan kajian yang menarik sehingga penulis tertarik untuk menganalisis determinan pendapatan usaha kecil di Kabupaten langkat.
1.2 Perumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya maka perumusan masalah penelitian tentang Determinan Pendapatan Usaha Kecil di Kabupaten Langkat adalah sebagai berikut :
1. Apakah Modal Kerja berpengaruh terhadap Pendapatan Usaha Kecil di
Kabupaten Langkat ?
2. Apakah Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh terhadap Pendapatan Usaha Kecil di
Kabupaten Langkat ?
3. Apakah Lama Berusaha berpengaruh terhadap Pendapatan Usaha Kecil di
Kabupaten Langkat ?
4. Apakah Tingkat Pendidikan berpengaruh terhadap Pendapatan Usaha Kecil di
(22)
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini juga menggambarkan tentang upaya peningkatan pendapatan usaha kecil melalui penelaahan terhadap determinannya yakni sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh Modal Kerja terhadap Pendapatan Usaha Kecil di
Kabupaten Langkat.
2. Untuk menganalisis pengaruh Jumlah Tenaga Kerja terhadap Pendapatan Usaha
Kecil di Kabupaten Langkat.
3. Untuk menganalisis pengaruh Jam Kerja terhadap Pendapatan Usaha Kecil di
Kabupaten Langkat.
4. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Pendapatan Usaha
Kecil di Kabupaten Langkat.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak–pihak yang ingin mengetahui faktor –
faktor yang mempengaruhi Usaha Kecil di Kabupaten Langkat pada Tahun 2008.
2. Sebagai masukan/input bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat dalam
mengambil keputusan mengenai Rencana Pengembangan Usaha Kecil di Kabupaten Langkat pada khususnya dan di Provinsi Sumatera Utara pada umumnya.
(23)
3. Sebagai bahan acuan atau referensi untuk penelitian selanjutnya terutama yang berminat meneliti masalah pengembangan dan peningkatan bidang usaha kecil dan rumah tangga.
(24)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelangkaan Modal dan Minimnya Tabungan Pada Negara Berkembang
Ciri-ciri pokok negara terbelakang seperti kelangkaan modal serta sangat minimnya tingkat tabungan yang dimiliki masyarakat khususnya dalam rangka pembangunan investasi dianggap sebagai hambatan bagi perkembangan ekonomi. Namun tidak semua ciri umum tersebut dapat terlihat pada setiap negara terbelakang akan tetapi terkandung jawaban atas pertanyaan mendasar, mengapa negara miskin melarat. Sebagian dari ciri tersebut merupakan penyebab sekaligus membawa akibat kepada kemiskinan. Dengan demikian terdapat hubungan melingkar, yang terkenal sebagai lingkaran setan kemiskinan, yang melanggengkan rendahnya tingkat pembangunan di negara seperti itu. Hubungan sebab-akibat seperti ini terlihat pada berapa faktor di bawah ini.
Negara terbelakang umumnya terjerat ke dalam apa yang disebut ”lingkaran setan kemiskinan”. Nurkse (Dalam M.L. Jhingan; 2007) menjelaskan bahwa lingkaran setan mengandung arti deretan melingkar kekuatan-kekuatan yang satu sama lain beraksi dan bereaksi sedemikian rupa sehingga menempatkan suatu negara miskin tetap berada dalam keadaan melarat. Si miskin misalnya, selalu kurang makan; karena kurang makan, kesehatannya menjadi buruk; karena fisiknya lemah kapasitasnya kerjanya rendah; karena kapasitas kerjanya rendah penghasilnya pun rendah, dan itu berarti ia miskin, akhirnya ia tidak mempunyai cukup makan; dan
(25)
seterusnya. Bila keadaan seperti ini dikaitkan dengan negara secara keseluruhan dapat di kemas ke dalam dalil kuno yakni ’suatu negara miskin karena Ia miskin”.
Lingkaran setan pada pokoknya berasal dari fakta bahwa produktifitas total di negara terbelakang sangat rendah sebagai akibat kekurangan modal, pasar yang tidak sempurna dan keterbelakangan perekonomian. Lingkaran setan tersebut jika dilihat dari sudut permintaan dapat dijelaskan sebagai berikut; rendahnya tingkat pendapatan nyata menyebabkan tingkat permintaan menjadi rendah, sehingga pada gilirannya tingkat investasi pun rendah. Tingkat investasi yanng rendah kembali menyebabkan modal kurang dan produktifitas rendah. Inilah yang di tunjukan pada gambar 2.1. Produktifitas rendah tercermin di dalam pendapatan nyata yang rendah. Pendapatan nyata berarti tingkat tabungan juga rendah. Tingkat tabungan yang rendah menyebabkan tingkat investasi rendah dan modal kurang. Kekurangan modal pada gilirannya bermuara pada produktivitas yang rendah. Dengan demikian lingkaran setan itu lengkaplah pula kalau dilihat dari sudut penawaran. Lingkaran ini dilukiskan dalam gambar 2.2. Tingkat pendapatan rendah, yang mencerminkan rendahnya investasi dan kurangnya modal, merupakan ciri umum yang ke dua lingkaran setan tersebut.
(26)
Sumber : M.L. Jhingan (Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, 2007; 34)
Gambar 2.1. Lingkaran Setan Ke-2
Lingkaran setan yang ketiga menyangkut keterbelakangan manusia dan sumber alam. Pengembangan alam pada suatu negara tergantung pada kemampuan produktif manusianya. Jika penduduknya terbelakang dan buta huruf, rendahnya angka keterampilan teknik, pengetahuan dan aktifitas kewiraswastaan, maka sumber-sumber alam akan tetap terbengkalai, usang atau bahkan salah guna. Pada pihak lain, keterbelakangan sumber alam ini menyebabkan keterbelakangan manusia. Keterbelakangan sumber alam, karena itu merupakan sebab dan sekaligus akibat keterbelakangan manusia, hal ini di jelaskan dalam gambar 2.2 di bawah ini.
Produktifitas rendah
Kurang Modal
Pendapatan rendah
Investasi rendah
Permintaan rendah loop
Produktifitas rendah
Kurang Modal
Pendapatan rendah
Investasi rendah
Tabungan rendah loop
(27)
Sumber : M.L. Jhingan (Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, 2007)
Gambar 2.2. Lingkaran Setan Ke-3
Kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi tidak lain merupakan dua istilah yang sinonim. Suatu negara di katakan miskin karena ia terbelakang. Ia terbelakang karena Ia miskin dan tetap terbelakang karena tidak mempunyai sumber yang diperlukan untuk meningkatkan pembangunan.
2.2 Peran Pemerintah Dalam Sebuah Perekonomian
Semua ahli ekonomi klasik meyakini adanya perekonomian dengan persaingan sempurna, pasar bebas yang secara otomatis bebas dari segala campur tangan pemerintah yang akan memaksimumkan pendapatan nasional adalah tangan– tangan tak kelihatan (invisible hand) akan memandu semua pelaku ekonomi untuk mencapai alokasi sumber daya secara efesien (Jhingan, 2007).
Keterbatasan sistem mekanisme pasar ini mulai disadari terutama setelah terjadinya depresi perekonomian pada tahun 1929–1930. Kegagalan pasar ternyata
Ketidaksempurnaan Pasar
Keterbelakangan Sumber Alam
(28)
menyebabkan pasar tidak selalu dapat menciptakan alokasi sumber daya secara efesien.
Beberapa kalangan ekonom membuat penilaian kritis terhadap teori klasik dengan mengatakan bahwa perekonomian tidak memerlukan sentuhan tangan pemerintah untuk mengatur kegiatan ekonomi. Pemerintah perlu ikut campur dalam kegiatan-kegiatan ekonomi karena mekanisme pasar mengalami kelemahan atau kegagalan. Kegagalan pasar timbul karena adanya unsur ketidaksempurnaan pasar, adanya barang publik, adanya ekternalitas, adanya pasar tidak penuh, adanya kegagalan imformasi dan adanya tenaga kerja pengangguran (Mangkoesubroto, 2001).
Selanjutnya Sukirno (2005) menyatakan beberapa alasan perlunya campur tangan pemerintah dalam perekonomian antara lain adalah : Menstabilkan tingkat harga dan mencegah inflasi, mengukuhkan pertumbuhan ekonomi dan menjaga kestabilan sektor luar negeri.
Sementara itu kegiatan pemerintah dalam perekonomian menurut Suparmoko (2000), Mangkoesoebroto (2001) secara garis besar dapat diklasifikasikan atas :
1. Kegiatan dalam mengalokasikan faktor–faktor produksi maupun barang– barang dan/jasa untuk memuaskan masyarakat (peranan alokasi).
2. Kegiatan dalam mengadakan redistribusi pendapatan atau mentransfer penghasilan (peran distribusi).
(29)
4. Kegiatan yang mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Konsekuensi keterlibatan pemerintah di bidang ekonomi menyebabkan pemerintah membutuhkan aparat, investasi, sarana dan prasarana yang berarti harus melakukan pengeluaran untuk mencapai tujuan pembangunan. Guna membiayai pengeluaran tersebut, maka pemerintah harus mencari sumber dana/penerimaan. Rincian tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya akan nampak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Disamping itu melalui peran pemerintah sangat diharapkan untuk menciptakan distribusi pembagian pendapatan nasional yang lebih adil (Basri,2003)
2.3 Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan
Teori ekonomi keynes ialah kecenderungan mengkonsumsi yang menyoroti hubungan antara kecendrungan mengkonsumsi dan pendapatan. Bila pendapatan meningkat, konsumsi juga meningkat, tetapi kenaikan ini tidak sebanyak kenaikan pada pendapatan tersebut. Tingkah-laku konsumsi ini selanjutnya menjelaskan mengapa ketika pendapatan naik, tabungan juga naik.
Di negara terbelakang hubungan antara pedapatan, konsumsi dan tabungan ini tidak ada. Rakyat sangat miskin dan jika pendapatan mereka meningkat, mereka mempergunakannya lebih banyak pada barang konsumsi karena mereka cenderung ingin memenuhi keinginan mereka yang tak terpenuhi. Kecenderungan marginal mengkonsumsi sangat tinggi di negara tersbut sedangkan kecenderungan marginal menabung sangat rendah. Pandangan Keynes ini menunjukan kepada kita bahwa
(30)
bilamana kecenderugan marginal mengkonsumsi tinggi, maka permintaan konsumsi, output dan pekerjaan meningkat dengan laju yang lebih cepat daripada kenaikan pendapatan.tetapi negara terbelakang tidak mungkin meningkatkan produksi barang konsumsi karena kekurangan faktor pendukung, walaupun konsumsi meningkat sebagai akibat kenaikan pendapatan. Akibatnya, harga naik sedangkan pekerjaan tidak naik.
Sedangkan pada sisi tabungan, Keynes (Dalam Jhingan; 2007) menganggap tabungan sebagai sifat sosial yang buruk karena kelebihan tabungan menyebabkan berkurangnya permintaan agregat. Sekali lagi, gagasan ini tidak dapat diterapkan pada negara terbelakang karena tabungan merupakan obat mujarab bagi keterbelakangan ekonomi mereka. Pembentukan modal adalah kunci pembangunan ekonomi, dan pembentukan modal dimungkinkan melalui tabungan masyarakat yang meningkat. Berbeda dengan pandangan keynes, negara terbelakang dapat berkembang dengan cara membatasai konsumsi dan meningkatkan tabungan. Bagi negara terbelakang, tabungan tidak merupakan hal yang buruk, tetapi merupakan sesuatu yang baik.
Selanjutnya Keynesian menjelaskan pentingnya faktor penentu investasi adalah kecenderungan marginal dari modal. Terdapat hubungan terbalik antara investasi dan kecenderungan marginal dari modal. Bila investasi meningkat kecenderungan marginal modal turun dan bila investasi berkurang, kecenderungan marginal modal naik. Akan tetapi hubungan ini tidak dapat diterapkan di negara terbelakang. Dalam perekonomian seperti itu investasi berada pada tingkat yang
(31)
rendah dan kecenderungan marginal modal juga rendah. Hal yang paradoks ini disebabkan oleh kurangnya modal dan sumber lainnya, kecilnya pasar, rendahnya pendapatan, rendahnya permintaan, tingginya harga, terbelakangnya pasar uang dan modal, ketidakmenentuan, dan lain sebagainya.seluruh faktor ini membuat kecenderungan marginal modal (harapan laba) dan investasi pada tingkat yang rendah.
Untuk memperjelas hal tersebut, Keynesian mengangkat sebuah contoh yaitu; misalkan 10.000 pekerja penganggur itu di gunakan pada 100 pabrik (kebalikan dari 100 pekerja dalam 1 pabrik) yang memproduksi bermacam-macam barang konsumsi dan para pekerja membelanjakan gaji mereka untuk membeli barang-barang tersebut. Produsen-produsen baru itu akan saling menjadi langganan satu sama lain dan ini menciptakan bagi barang-barang mereka. Saling melengkapi dalam permintaan mengurangi resiko dalam mendapatkan pasar dan meningkatkan rangsangan untunk investasi. Dengan kata lain, syarat mutlak minimal pada permintaan inilah yang memerlukan adanya suatu jumlah minimum investasi dalam industri yang berkaitan untuk mengatasi kecilnya pasar dan rendahnya dorongan berinvestasi di negara terbelakang.
Selain itu Rosenstein (Dalam Jhingan, 2007) menjelaskan tentang suatu jumlah minimum investasi membutuhkan suatu jumlah tertentu tabungan. Jumlah tabungan ini tidak mudah dicapai oleh negara terbelakang yang miskin karena sangat rendahnya tingkat pendapatan.untuk mengatasi hal ini, maka ketika pendapatan meningkat sebagai peningkatan investasi, tingkat tabungan marginal di usahakan agar
(32)
lebih tinggi dari pada tingkat rata-rata tabungan. Tapi tidak ada satu negarapun yang pernah mempunyai tabungan marginal yang lebih tinggi dari pada tingkat rata-rata tabungan sebelumnya.
2.4 Pasar Kredit serta Kredit Modal Kerja
Bila membahas mengenai persoalan kredit, maka pandangan kita tidak lepas dari pembahasan mengenai pasar kredit. Secara singkat pasar kredit dapat diartikan sebagai pertemuan antara penjual dan pembeli yang ada di pasar kredit, atau dengan kata lain terjadinya transaksi kredit antara pemberi kredit (kreditor) dengan penerima kredit (debitor). Dalam hal ini pihak kreditor menawarkan sejumlah uang tertentu, dan pihak distributor akan menerima sejumlah uang tertentu. Selanjutnya besarnya jumlah dana yang dapat di pinjamkan oleh Si pemberi kredit ini disebut dengan loanable funds (Harunnurrasyid; 2002).
Dalam teori pasar kredit, keseimbangan pasarnya terjadi bila pertemuan antara pemerintah dan penawaran kredit. Menurut George N. Halm (Dalam Farid Wijaya,
1999), faktor-faktor utama yang mempengaruhi penawaran loanable funds yaitu
saving, hoarding, dishoarding, amortization quotas, turnover of working capital dan
berbagi kebijaksanaan ekonomi (antara lain kebijaksanaan perpajakan atau tax
policies). Selanjutnya dari segi permintaan loanable funds dipengaruhi oleh interest rate (tingkat bunga) dan dependent on the anticipated profitability of the planed invesment (kemampuan antisipasi perilaku keuntungan dari investasi yang di rencanakan).
(33)
Sedangkan menurut Charles L. Prather (Dalam Wayne, 1997) dijelaskan pula kredit memperkaya konsumsi masyarakat melalui kelonggaran yang dimilikinya untuk memiliki tempat tinggal, mobil, peralatan dan perlengkapan serta barang-barang elektronik, dan barang-barang-barang-barang tahan lama lainnya pada masa sekarang, dengan janji untuk membayarnya di masa datang (intern for promises to pay in future). Di samping itu, menurutnya kredit memungkinkan individu-individu untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa untuk mengatasi kebutuhan finansial darurat pada saat kelahiran anak, sakit, dan musibah kematian. Kredit juga membantu memperluas kegiatan produksi dalam bentuk peningkatan besarnya unit proses produksi dalam bentuk peningkatan besarnya unit proses produksi dan efisiensi pengolahan produksi.
Namun demikian, kenyamanan memiliki barang-barang konsumsi yang relatif jauh berada di bawah kemampuan pendapatan sebenarnya dapat menimbulkan beban dan kerugian konsumsi bagi masyarakat di masa datang dan menimbulkan tabungan yang dipaksakan. Suatu motif yang diharapkan dapat timbul dari kenaikan produksi tidaklah mungkin dapat menjadi kenyatan, sehingga dapat menenggelamkan Si penerima kredit dalam kewajiban-kewajiban besar yang harus di penuhi. Di samping itu, Si penerima kredit dapat secara terpaksa mengurangi kegiatan-kegiatannya di masa datang karena sebagian besar pendapatnnya terpaksa harus digunakan untuk melunasi hutang dan bunga pinjaman.
Apalagi dalam keadaan pinjaman yang di terima oleh si penerima kredit tenggang waktu transaksinya relatif cukup pendek, hal ini dapat menimbulkan kesulitan bagi penerima kredit itu sendiri karena dengan secara suka rela maka ia
(34)
harus melunasi hutang yang diperolehnya yang harus dibayarnya dalam jumlah yang cukup besar sehingga cenderung menyebabkan perubahan yang tajam dalam belanja pendapatannya terhadap rasional harga-harga dan volume sumber-sumber daya atau input yang dipakai.
Tak dapat disangkal lagi, bahwa keberadaan lembaga perkereditan, bank yang bersifat formal maupun informal telah ikut membawa pengaruh positif namun negatif bagi pembangunan masyarakat pedesaan. Dalam kondisi terjepit di mana lembaga keuangan formal mengalami krisis keuangan, maka masyarakat pedesaan mencari alternatif lain memanfaatkan lembaga kredit pedesaan informal. Sebagai akibatnya, masyarakat pedesaan banyak yang terperangkap dalam genggaman praktek lintah darat (rentenir). Proses industrialisasi yang terus berjalan baik di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan. Meskipun dengan corak yang berbeda-beda di masing wilayah-wilayah indonesia, maka lembaga keuangan akan memegang peranan dalam memenuhi dana untuk pengembangan industri.
Dalam penjelasan lain Nurimansyah Hasibuan (2003) menegaskan bahwa 95% pengrajin di daerah pedesaan yang tidak pernah dapatkan fasilitas kredit akan menyebabkan usaha kerajinan usaha di desa sulit berkembang. Sehingga upaya untuk meningkatkan efisiensi industri banyak mengalami rintangan. Oleh karena itu keberadaan suatu lembaga dalam perkereditan di daerah perdesaan baik yang bersifat formal maupun informal terlihat saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Disamping itu, pemberian kredit yang dilakukan oleh lembaga-lembaga perbankan ada yang memiliki mata rantai yang panjang dan rumit. Sebagian besar masyarakat
(35)
ada yang tidak dapat secara langsung melakukan transaksi kredit pada bank, melainkan melalui lembaga-lembaga non bank tertentu yang terkadang belum mendapat pengakuan yang sah. Keadaan seperti ini pada gilirannya dapat menghambat proses transaksi kredit, sehingga proses pendistribusian kredit kepada masyarakat dapat berlangsung relatif lambat dan tak merata.
Dampak keadaan tersebut pada akhirnya memungkinkan masyarakat sebagian terpaksa lari ke lembaga perkereditan informal, sehingga banyak di antaranya yang terperangkap ke dalam kehidupan yang memprihatinkan. Dengan tingkat suku bunga yang harus mereka bayar relatif tinggi, dan ditambah lagi beban tanggungan keluarga yang relatif besar menyebabkan mereka semakin menghadapi krisis keuangan yang parah. Akhirnya, mereka terpaksa melepas sebagian dari harta pribadi yang mereka miliki yang akhirnya menyebabkan mereka sulit keluar dari lembah kemiskinan.
2.5 Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan
Dalam Proses produksi, perusahaan mengubah masukan (input), yang juga disebut sebagai faktor produksi (factors of production) termasuk segala sesuatunya yang harus digunakan perusahaan sebagai bagian dari proses produksi, menjadi keluaran (output). Misalnya sebuah pabrik roti menggunakan masukan yang mencakup tenaga kerja, bahan baku seperti; terigu, gula dan modal yang telah diinvestasikan untuk panggangan, mixer serta peralatan lain yang digunakan. Tentu saja setelah proses produksi berjalan akan menghasilkan produk berupa roti.
(36)
Pyndick (2001) menjelaskan bahwa hubungan antara masukan pada proses produksi dan hasil keluaran dapat digambarkan melalui fungsi produksi. Fungsi ini menunjukkan keluaran Q yang dihasilkan suatu unit usaha untuk setiap kombinasi masukan tertentu. Untuk menyederhanakan fungsi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
Q = f{K, L} ... 2.1
Persamaan ini menghubungkan jumlah keluaran dari jumlah kedua masukan yakni modal dan tenaga kerja.
Cobb-Douglas adalah salah satu fungsi produksi yang paling sering digunakan dalam penelitian empiris. Fungsi ini juga meletakkan jumlah hasil produksi sebagai fungsi dari modal (capital) dengan faktor tenaga kerja (labour). Dengan demikian dapat pula dijelaskan bahwa hasil produksi dengan kuantitas atau jumlah tertentu akan menghasilkan taraf pendapatan tertentu pula. Secara sederhana fungsi produksi Cobb-Douglas tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
Q = ALαKβ ... 2.2
Dimana Q adalah output dan L dan K masing-masing adalah tenaga kerja dan barang modal. A, (alpha) dan (beta) adalah parameter-parameter positif yang dalam setiap kasus ditentukan oleh data. Semakin besar nilai A, barang teknologi semakin maju. Parameter mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen L sementara K dipertahankan konstan. Demikian pula parameter , mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen K sementara L
(37)
dipertahankan konstan. Jadi, dan masing-masing merupakan elastisitas output dari modal dan tenaga kerja. Jika + = 1, maka terdapat tambahan hasil yang konstan atas skala produksi; jika + > 1 terdapat tambahan hasil yang meningkat atas skala produksi dan jika + < 1 maka artinya terdapat tambahan hasil yang menurun atas skala produksi. Pada fungsi produksi Cobb-Douglas (Dominic Salvatore, 2008; 147).
Berdasarkan penjelasan fungsi produksi Cobb-Douglas di atas, dapat dirumuskan bahwa faktor-faktor penentu seperti tenaga kerja dan modal merupakan hal yang sangat penting diperhatikan terutama dalam upaya mendapatkan cerminan tingkat pendapatan suatu usaha produksi seperti usaha kecil. Ini berarti bahwa jumlah tenaga kerja serta modal peralatang yang merupakan input dalam kegiatan produksi usaha kecil dapat memberikan beberapa kemungkinan tentang tingkat pendapatan yang mungkin diperoleh.
2.6 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil
Di Indonesia berlaku suatu konsep keteraturan berupa perangkat undang-undang yang mengatur tentang keberadaan usaha kecil adapun undang-undang-undang-undang tersebut yakni Undang-undang Nomor 9 tahun 1995 yang juga merupakan suatu peran pemerintah dalam perekonomiaan selayaknya negara yang menganut sistem perekonomian campuran.
Pada tubuh undang-undang ini terdapat beberapa hal yang menekankan adanya aspek pengembangan usaha kecil yang ada di indonesia agar kelak usaha kecil
(38)
tersebut menjadi sebuah usaha yang tangguh dan mandiri.ini berarti bahwa seiriing dengan berjalannya waktu,usaha kecil melalui program dan kegiatan-kegiatan pemberdayaan pengembangan usaha kecil tersebut dapat meningkatkan pendapatan usahanya tersebut yang merupakan aspek terpenting bagi tercapainya tujuan menjadi suatu usaha yang tangguh dan mandiri.
Terdapat beberapa hal yang penting harus di bahas dalam Undang-undang Nomor 9 tahun 1995 terutama tentang keterkaitannya dengan peningkatan pendapatan yaitu sebagai berikut:
1. Adanya dukungan modal yang diusahakan oleh pemerintah.dukungan modal ini berupa bantuan modal kerja melalui lembaga keuangan rakyat lainnya (pasal 21). 2. Menfasilitasi pengembangan usaha kecil melalui pelatihan-pelatihan serta
pengenalan teknologi baru yang lebih efisien (pasal 14)
3. Penjaminan dan pembinaan yang di lakukan oleh lembaga-lembaga penjamin yang di miliki oleh pemerintah dan swasta.
4. Adanya kemitraan yang di ciptakan antara pengusaha kecil,pengusaha menengah dan pengusaha besar.hal ini di-tujukan untuk memudahkan asaha kecil memasuki persaingan pada pasar yang ada di seluruh indonesia.
5. Adanya mekanisme kordinasi yang di usahakan oleh pemerintah melalui suatu ke mitraan di dalam susunan kabinet yang juga di pimpin oleh seorang mentri sebagai kordinator dan pengendalian dalam pengembangan suatu usaha kecil di indonesia.
(39)
2.7 Penelitian Sebelumnya
Mendorong tingkat pendapatan usaha kecil merupakan permasalahan yang cukup mendapatkan perhatian bagi kalangan akademisi. Hal ini dapat diketahui melalui penelaahan terhadap berbagai penelitian tentang pendapatan usaha kecil dengan tujuan secara khusus memberikan gambaran pada penelitian ini tentang dimensi-dimensi yang memiliki keterkaitan dengan upaya meningkatkan pendapatan usaha kecil sebagai salah satu pilar dalam perekonomian masyarakat.
Mudrajad Kuncoro pada tahun 2001 melakukaan penelitian tentang usaha kecil di Indonesia yang menurutnya sangat berkaitan dengan keberadaan usaha rumah tangga. Fokus utama penelitian ini yakni mengenai profil usaha kecil serta masalah utama yang dihadapi Usaha kecil dan rumah tangga di Indonesia. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa program kemitraan dan keterkaitan antara usaha besar dan kecil ternyata masih dalam tahap embrionik. Implikasinya, agaknya sudah saatnya diperlukan reorientasi prinsip kemitraan. Jalinan kemitraan harus didasarkan atas prinsip sinergi, yaitu saling membutuhkan dan saling membantu. Prinsip saling membutuhkan akan menjamin kemitraan berjalan lebih langgeng karena bersifat "alami" dan tidak atas dasar "belas kasihan".
Di sisi lain, Juardi pada tahun 2005 meneliti tentang usaha kecil dan menengah serta keterkaitannya terhadap pembiayaan usaha kecil dan menengah melalui kredit pada Bank Muamalat Indonesia. Adapun judul penelitian tersebut yakni Pengaruh Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah terhadap Pendapatan Bank Muamalat Indonesia. Terdapat beberapa point penting yang juga merupakan hasil
(40)
penelitian ini yaitu meliputi ; (1) Perhatian Bank Muamalat Indonesia dalam memberikan pembiayaan terhadap UKM semakin meningkat, (2) Pengaruh pembiayaan untuk UKM dan non UKM terhadap pendapatan Bank Muamalat relatif sama dan (3) Pembiayaan terhadap UKM tidak dapat dijadikan indikator bahwa Bank Muamalat telah menjalankan fungsi sosialnya.
Selanjutnya pada tahun 2004 sebuah penelitian yang dilakukan oleh Elfindri Nasri yang mengangkat tema tentang Nilai Ekonomis Pendidikan Menengah bagi pengembangan tingkat pendapataan masyarakat. Demikian pula halnya dengan aspek Indeks Pengembalian Pendidikan Menengah sebagai fokus dalam penelitiannya. Dalam perspektif pemenuhan pemerataan pendidikan, target tingkat pendidikan menengah masyarakat haruslah cukup baik. Hal ini dikarenakan perlunya program perluasan sarana dan prasarana pendidikan yang dapat menampung masyarakat agar sekurang-kurangnya lulusan pendidikan menengah yang dihasilkan mampu secara langsung terjun ke dunia kerja atau menciptakan lapangan kerja sendiri. Dengan demikian diharapkan melalui output pendidikan yang cukup memadai dapat pula menjadi potensi bagi peningkatan pendapatan masyarakat.
(41)
Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan kepustakaan dan dari berbagai hasil kajian empiris yang telah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya, maka dapat dirumuuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut :
1. Modal Kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap Pendapatan Usaha Kecil di Kabupaten langkat, Ceteris Paribus.
2. Jumlah Tenaga Kerja mempunyai pengaruh positif terhadap Pendapatan Usaha Kecil di Kabupaten langkat, Ceteris Paribus.
3. Jumlah Jam kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap Pendapatan Usaha Kecil di Kabupaten langkat, Ceteris Paribus.
4. Tingkat Pendidikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap Pendapatan Usaha Kecil di Kabupaten langkat, Ceteris Paribus.
(42)
Tingkat Pendidikan
Modal Kerja
Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah Jam kerja
Pendapatan Usaha Kecil
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian Determinan Pendapatan Usaha Kecil Di Kabupaten Langkat
BAB III
(43)
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian tentang determinan pendapatan usaha kecil ini dilakukan di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan karakter usaha kecil di Kabupaten Langkat yang cukup banyak dan beragam jenisnya.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini meliputi keseluruhan Usaha Kecil yang tersebar di kecamatan se-Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Usaha Kecil tersebut juga merupakan salah satu sektor informal yang memberikan tingkat pendapatan yang cukup baik bagi masyarakat di Kabupaten Langkat.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan metode Purposive Sampling dengan beberapa pertimbangan kriteria
usaha kecil yang berkaitan dengan penelitian ini. Penetapan teknik pengambilan sampel ini didasarkan karena belum tersedianya data atau informasi mengenai jumlah usaha kecil yang tersebar pada 23 wilayah kecamatan di Kabupaten Langkat.
Dalam penelitian ini akan ditentukan besaran sampel (sample size) yang
diperoleh dengan teknik sampling yang telah disebutkan di atas. Adapun distribusi sampel size yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
(44)
Tabel 3.1. Sample Size dan lokasi Penelitian
No Nama Kecamatan Jumlah
Sampel
1 Binjai 20
2 Stabat 30
3 Tanjung Pura 30
4 Hinai 20
5 Kuala 15
6 Selesai 15
7 Gebang 20
Jumlah 150
3.3 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data Primer yang diperoleh dari sejumlah responden yang merupakan pelaku pada usaha kecil yang tersebar di kecamatan se-Kabupaten Langkat. Data ini diperlukan untuk menganalisis Determinan Pendapatan Usaha Kecil yang meliputi data: Tingkat Pendidikan Responden, Jumlah Kredit
Modal Kerja yang pernah didapat responden, Jumlah Tenaga Kerja, Jumlah jam kerja
Usaha Kecil tersebut serta Tingkat Pendidikan.
3.4 Model Analisis
Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Usaha
Kecil di kabupaten Langkat digunakan persamaan regresi linier berganda (multiple
lenear regression). Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah
(45)
Tingkat Pendidikan, Kredit Modal Kerja, Jumlah Tenaga Kerja dan Lama Bekerja. Untuk itu fungsi persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Y = f { MK, TK, LB, TP } ... (3.1)
Selanjutnya fungsi tersebut dispesifikasikan ke dalam model logaritma sebagai berikut :
Log Y = 0 + 1 Log MK + 2 Log TK
+
3 Log LB + 4 Log TP +µ
.. (3.2) Dimana :Y = Pendapatan Usaha Kecil (Rp)
MK = Modal Kerja (Rp)
TK = Jumlah Tenaga Kerja (Orang)
LB = Lama Bekerja (Jam)
TP = Tingkat Pendidikan (Tahun)
µ = Kesalahan Pengganggu
0, 1 , 2 3 , 4 = Koefisien Regresi
3.5 Defenisi Operasional
Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini perlu diberikan batasan operasional sebagai berikut :
1. Tingkat Pendidikan adalah Jenjang Pendidikan Formal yang pernah diikuti oleh
responden (dalam Tahun).
2. Jumlah Tenaga Kerja adalah keseluruhan individu yang bekerja pada usaha kecil
(46)
3. Jumlah jam kerja adalah lamanya waktu Usaha Kecil tersebut beroperasi dinyatakan dalam (satuan jam perhari).
4. Pendapatan Usaha Kecil adalah total pendapatan bersih (netto) yang diperoleh
dalam waktu 1 bulan dan dinyatakan dalam (satuan rupiah).
3.6 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Metode Ordinary Least Square (OLS). Hal ini digunakan untuk melihat elastisitas Variabel Independen terhadap Variabel Dependen Penelitian ini. Dan sebagai alat analisis untuk mengolah data adalah dengan menggunakan program Eviews versi 4,1. Metode ini banyak digunakan karena ;
1. Pengestimasian parameter dengan menggunakan metode ini akan menghasilkan
parameter yang bersifat optimum.
2. Perhitungan dengan menggunakan metode ini cukup mudah jika dibandingkan
dengan metode ekonometrika yang lain dan metode ini tidak membutuhkan banyak data.
3. Metode Kuadrat Terkecil ini banyak digunakan secara luas dalam hubungan
ekoomi dan banyak menghasilkan keputusan ekonomi yang baik. Dengan demikian metode ini banyak digunakan pada waktu mengestimasi hubungan dalam metode Ekonometrika.
4. Teknik-teknik dalam metode kuadrat terkecil sangat mudah dipahami.
(47)
3.7 Test Goodness of Fit
Estimasi terhadap model dilakukan dengan menggunakan metode enter yang tersedia pada program statistik Eviews Versi 4,1. Koefisien yang dihasilkan dapat dilihat pada output regresi berdasarkan data yang dianalisis untuk kemudian diinterpretasikan serta dilihat signifikansi tiap-tiap variabel yang diteliti.
Pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan uji statistik Uji-t (t-test) dan Uji – F (F-test). Uji – t dimaksudkan untuk mengetahui signifikasi variabel secara partial, sementara Uji – F mengetahui signifikasi statistik secara serentak, Uji R2 bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kekuatan variabel bebas menjelaskan variabel terikat.
3.7.1 Uji Validitas Data
Uji validitas data dapat dilakukan terhadap pengujian validitas konstruksi, validitas isi dan validitas eksternal. Validitas konstruksi adalah aspek-aspek yang akan diukur berlandaskan teori tertentu. Hal ini dapat dikonsultasikan dengan para ahlinya. Setelah pengujian dilakukan kepada ahli kemudian akan dilanjutkan kepada anggota sampel sekitar 30 orang. Pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan mengkorelasikan antar score item instrument. Apabila korelasinya rendah dan tidak signifikan maka instrumen dianggab tidak valid. Uji validitas ini dapat diukur dengan teknik korelasi product moment.
Sedangkan pengujian validitas isi adalah membandingkan antara isi instrumen dengan isi materi seperti seorang dosen memberi ujian di luar pelajaran yang
(48)
ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak valid. Pengujian ini dapat dilakukan kepada para ahli. Sedangkan validitas eksternal adalah cara membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengujicobakan kepada sampel, kalau ditemukan perbedaan yang terlalu mencolok maka instrumen harus disesuaikan.
3.7.2 Uji Reliabilitas Data
Pengujian reliabilitas digunakan untuk menguji hasil pengukuran angket dapat dilakukan baik secara eksternal maupun internal. Secara ekternal dilakukan dengan test-retest, equivalen dan gabungannya. Test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali kepada responden, jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dan yang berikutnya. Bila
koefisien positif dan signifikan maka instrumen tersebut dinyatakan reliable.
Sedangkan dengan pendekatan equivalen adalah pernyataan yang secara bahasa
berbeda tetapi maksudnya sama. Pengujian reliabilitas instrumen untuk ini dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil data yang diperoleh dari responden yang sama, waktunya sama, tetapi instrumennya berbeda. Pengujian validitas dan reliabilitas ini akan dilakukan sebelum melakukan penelitian yang sebenarnya.
(49)
3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linier, yang secara statistik permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah dilakukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang terbentuk. Untuk itu maka perlu melakukan uji penyimpangan asumsi klasik, yang terdiri dari (Insukindro, 2000).
3.8.1 Uji Normalitas
Pengujian Normalitas Data bertujuan untuk mengetahui apakah suatu variabel normal atau tidak. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi data yang normal. Normal atau tidaknya berdasar patokan distribusi normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama. Jadi uji normalitas pada dasarnya yakni melakukan perbandingan antara data yang kita miliki dengan data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standardeviasiyang sama dengan data yang kita pakai.
Data yang mempunyai distribusi yang normal merupakan salah satu syarat dilakukannya parametric-test. Untuk data yang tidak mempunyai distribusi normal tentu saja analisisnya harus menggunakan non parametric test. Selain itu data yang mempunyai distribusi secara normal berarti mempunyai sebaran yang normal pula. Dengan profil data semacam ini maka data tersebut dianggap bisa mewakili populasi.
Untuk mengetahui apakah data yang kita miliki normal atau tidak, secara kasat mata kita bisa melihat histogram dari data yang dimaksud, apakah membentuk kurva normal atau tidak.Tentu saja cara ini sangat subyektif.
(50)
Uji normalitas data yang digunakan di sini adalah uji Jarque Bera. Tahap uji Jarque Bera dengan menggunakan Eviews secara ringkas adalah sebagai berikut : a. Formulasi hipotesis
H0 : distribusi ut normal
HA : distribusi ut tidak normal
b. Menentukan tingkat signifikansi (a) c. Menentukan kriteria pengujian
H0 ditolak jika prob. JB £ a, H0diterima jika prob. JB > a .
d. Kesimpulan
3.8.2 Uji Multikolinieritas
Interprestasi persamaan regresi linier secara implisit bergantung pada asumsi bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling berkorelasi. Jika dalam sebuah persamaan terdapat multikolinieritas akan menimbulkan beberapa akibat, untuk itu perlu pendektesian multikolinieritas dengan besaran-besaran regresi yang di dapat, yakni :
1. Variasi besar (dari taksiran OLS)
2. Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar maka standar error besar
sehingga interval kepercayaan lebar).
3. Uji t (t-rasio) tidak signifikan, suatu variabel bebas yan signifikan baik secara substansi maupun secara statistik jika dibuat regresi sederhana, bisa tidak
(51)
signifikan karena variasi besar akibat kolinieritas. Bila standar error terlalu besar maka besar pula kemungkinan taksiran koefesien regresi (a1 – a4) tidak signifikan.
4. R2 tinggi tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari Uji t
5. Terkadang nilai taksiran koefesien yang didapat akan mempunyai nilai yang tidak
sesuai dengan substansi, sehingga dapat menyesatkan interprestasi.
3.8.3 Uji Heterokedastisitas
Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linear klasik adalah homokedastisitas atau varian yang sama. Salah satu metode yang dapat digunakan
ada tidaknya heterokedastisitas dalam satu varian error term suatu model regresi
adalah metode Park. Heterokedastisitas dalam penelitian ini dideteksi dengan
mengamati tampilan grafik (scatterplot). Tidak terdapatnya pola yang jelas dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y menunjukkan tidak terjadinya heterokedastisitas pada model regresi. Sedangkan adanya gejala heterokedastisitas ditunjukkan dengan adanya pola scatterplot yang dapat terlihat jelas. Jika model estimasi memiliki gejala heterokendastisitas maka kita dapat membuat kesimpulan yang salah dari interpretasi, karena estimasi OLS yang ada tidak lagi BLUE.
(52)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1.1 Wilayah dan Iklim
Kabupaten Langkat merupakan salah satu daerah yang berada di Sumatera
Utara. Secara geografis Kabupaten Langkat berada pada 3o 14” – 4o 13” Lintang
Utara, 97o52” – 98o 45” Bujur Timur dan 4 – 105 m dari permukaan laut. Kabupaten Langkat menempati area seluas 6.263,29 km2 yang terdiri dari 23 Kecamatan dan 226 Desa serta 34 Kelurahan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut ;
Sebelah Utara : Kabupaten Aceh Tamiang dan Selat Melaka Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Selatan : Kabupaten Karo
Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Tenggara/Tanah Alas
Berdasarkan luas daerah menurut kecamatan di Kabupaten langkat,luas daerah terbesar adalah kecamatan Bohorok dengan luas 955,10 km2 atau 12,25 persen diikuti Kecamatan Batang Serangan dengan luas 934,90 km2 atau 14,93%. Sedangkan luass daerah terkecil adalah Kecamatan Binjai dengan luas 49,55 km2 atau 8,79 persen dari total luas wilayah Kabupaten langkat ( BPS, Kabupaten Langkat Dalam Angka, 2007).
(53)
4.1.2 Kependudukan
Berdasarkan data BPS tahun 2007, penduduk Kabupaten Langkat berjumlah
1.027.414 jiwa terdiri dari laki-laki 513.651 jiwa dan perempuan 513.763 jiwa.
Kepadatan penduduk 164 jiwa/km2. Sedangkan pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun sampai dengan tahun 2005 diperkirakan sebesar 2.46 persen dan rata-rata hunian setiap rumah tangga ± 5 jiwa.
Tabel 4.1. Perkembangan dan kepadatan penduduk Kabupaten Langkat
selama 4 tahun ( 2004- 2007)
No Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Kepadatan Penduduk (Jiwa ) (%) (jiwa/Km2) 1 2004 935.349 - 153 2 2005 970.433 1,58 155 3 2006 1.013.849 4,47 162 4 2007 1.027.414 1,34 164 Sumber : BPS Kabupaten Langkat, 2007
4.1.3 Ketenagakerjaan
Jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kabupaten Langkat pada tahun 2007 sebanyak 2.772 orang, yang terdiri dari 1,220 tenaga kerja laki-laki dan 1.552 orang perempuan. Pencari kerja yang terdaftar tersebut paling banyak mempunyai tingkat pendidikan tamat SLTA umum/kejuruan lainnya yaitu 1.663 orang atau 59,99 persen, sedangkan Sarjana lengkap 498 orang atau 17,96 persen, SLTP umum/sederajat 140
(54)
orang atau 5,05 persen dan sisanya tamat DII/DIII 409 orang atau 14,75 persen dan tamat SD 62 orang atau 2,24 persen.
4.2 Karakteristik Responden dalam wilayah penelitian
Karakteristik responden yang dibahas dalam penelitian ini menyangkut karakter sosial ekonomi pengusaha kecil yang dijadikan sebagai sampel peneltian ini yang berjumlah 150 orang. Adapun cakupan dari karakteristik yang dibahas meliputi ; usia responden, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga dan kondisi tempat tinggal.
4.2.1 Usia Responden
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa paling banyak ditemukan responden yang berusia diantara 30 – 39 tahun sebanyak 60 orang ataun 40 persen, dibawah 30 tahun sebanyak 32 orang atau 21 persen, usia 40– 40 tahun berjumlah sebanyak 34 orang atau 23 persen dan kemudian diikuti oleh kelompok usia antara 50 – 60 tahun sebanyak 13 orang atau 9 persen serta yang berusia di atas 60 tahun sebanyak 11 orang atau 7 persen. Data ini menunjukkan bahwa mayoritas para pengusaha kecil di daerah ini pada umumnya berada dalam usaha produkstif dalam melakukankan kegiatan ekonomi. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.
(55)
Tabel 4.2. Karakteristik Usia Responden di Wilayah Penelitian
No U s i a Frekuensi Persentase (%)
1 20 - 29 32 21 2 30 - 39 60 40 3 40 - 49 34 23 4 50 - 59 13 9 5 > 60 11 7 J u m l a h 100 Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2008
4.2.2 Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ditinjau dari segi pendidikan yag pernah diikuti oleh responden dari 150 sampel, dijumpai rata pendidikan pengusaha kecil di daerah ini antara lain yang menamatkan sekolah dasar (SD) sebanyak 37 orang atau 25 persen, tamat Sekolah Menengah Pertama (SLTP) sebanyak 40 orang atau 27 persen, yang menamatkan SLTA dan sederajat sebanyak 48 orang atau 32 persen dan responden yang menamatkan DIII dan Sarjana sebanyak 25 orang atau 16 persen. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah.
(56)
Tabel 4.3. Karakteristik Pendidikan Responden Pada Wilayah Penelitian Tingkat Pendidkan Frekuensi Persentase (%)
Tamat SD 37 25 Tamat SMP/Sederajat 40 27
Tamat SLTA/Sederajat 48 32
DIII /Sarjana 25 16
J u m l a h 100 Sumber : Penelitian Lapangan, 2008
4.2.3 Jumlah Anggota Keluarga
Dari segi jumlah tanggungan keluarga, pada umumnya pengusaha kecil di daerah ini rata-rata memiliki tanggungan keluarga yang relatif bervariasi. Jumlah anggota keluarga responden dapat dilihat pada Tabel 4.4 yang menunjukkan bahwa junlah anggota keluarga yang dimiliki responden dimana jumlah anggota keluarga sampai dengan 2 orang sebanyak 39 orang atau 26 persen, dan jumlah anggota keluarga 3 orang sebanyak 48 orang atau 32 persen, dan sedangkan jumlah anggota keluarga sampai dengan 4 orang sebanyak 57. atau 38 persen.
(57)
Tabel 4.4. Jumlah Anggota Keluarga Responden
Jumlah Anggota Rumah Tangga Frekuensi Persentase (%) ( orang )
1 -
2 39 26 3 48 32 4 57 38 ≥ 5 6 4 J u m l a h 100 Sumber : Penelitian lapangan, 2008
4.2.4 Jenis rumah
Berdasarkan jenis rumah yang dimiliki oleh responden beraneka ragam mulai dari rumah papan, semi permanen dan permanen. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis rumah yang dimiliki oleh responden antara lain; rumah permanen sebanyak 48 buah atau 32 persen, kemudian rumah semi permanen sebanyak. 65 buah atau 43 persen merupakan jenis rumah yang paling banyak dimiliki oleh responden. Sedangkan rumah papan sebanyak. 37 buah atau 25 persen. Gambaran mengenai jenis rumah yang dihuni oleh responden dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.
(58)
Tabel 4.5. Jenis Rumah Yang Dihuni oleh Responden Jenis Rumah Frekuensi Persentase (%) Papan 37 25 Semi Permanen 65 43 Permanen 48 32 J u m l a h 100 Sumber : Penelitian lapangan, 2008.
4.2.5 Lantai Rumah
Kondisi lantai rumah yang dimiliki oleh responden antara lain sebagian besar tempat tinggal memiliki lantai semen sebanyak 89 buah atau 59 persen dan lantai traso/keramik sebanyak 49 orang atau 33 persen, sedangkan yang memiliki lantai papan sebanyak 12 rumah atau 33 persen. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.
Tabel 4.6. Kondisi Lantai Rumah Tempat Tinggal Jenis Lantai Frekuensi Persentase (%) Papan 12 8 Semen 89 59 Keramik /traso 49 33 J u m l a h 100 Sumber : Penelitian Lapangan, 2008
(59)
4.2.6 Dinding Rumah
Dari hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa jenis dinding rumah yang dimiliki oleh responden sebagian besar adalah dinding batu sebanyak 113 buah atau 25 persen, sedangkan dinding yang terbuat dari papan sebanyak 37 buah atau 25 persen. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Kondisi Dinding Rumah Responden
Jenis Dinding Frekuensi Persentase (%) Papan 37 25
Batu 113 75 J u m l a h 100 Sumber: Penelitian Lapangan, 2008
4.2.7 Atap Rumah
Tabel 4.8. Kondisi Atap Rumah Responden
Jenis Atap Frekuensi Persentase (%) Atap Rumbia 5 3
Seng 117 78 Genteng 28 19 J u m l a h 100 Sumber: Penelitian Lapangan, 2008
(60)
4.2.8 Alat Penerangan
Jenis alat penerangan yang digunakan paling banyak oleh responden adalah listrik/PLN sebanyak 115 orang atau 77 persen. Kemudian diikuti oleh penggunaan lampu petromak sebanyak 24 orang atau 16 persen dan menggunakan generator sebanyak 11 orang atau 7 persen.
Tabel 4.9. Kondisi Alat Penerangan
Alat Penerangan Frekuensi Persentase (%) Petromak 24 16 Mesin Listrik/Generator 11 7 PLN 115 77 J u m l a h 100 Sumber: Penelitian Lapangan,Diolah 2008
4.2.9 Sumber Air Minum/mandi/MCK
Sumber air minum yang digunakan oleh responden terdiri dari air sumur, air ledeng dan sumur pompa. Responden yang menggunakan air sumur sebanyak 11 orang atau 7 persen, air ledeng merupakan sumber air minum yang paling banyak digunakan yakni sebanyak 126 orang atau 84 persen. Sedangkan yang menggunakan sumur pompa sebanyak 13 orang atau 9 persen. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.10 di bawah.
(61)
Tabel 4.10. Sumber Air Minum/MCK
Sumber Air Minum Frekuensi Persentase (%) Air Sumur 11 7 Air Ledeng 126 84 Sumur Pompa 13 9 J u m l a h 100 Sumber : Penelitian Lapangan, 200
4.2.10 Status Kepemilikan Rumah
Mengenai status kepemilikan rumah yang dimiliki oleh responden diketahui bahwa sebanyak 92 orang atau 61 persen dari responden memiliki status rumah milik sendiri, dan sebanyak 31 orang responden atau 21 persen masih menempati rumah milik keluarga. Sedangkan yang menyewa sebayak 27 orang atau 18 persen.
Tabel 4.11. Status Kepemilikan Rumah Responden
Status Kepemilikan Frekuensi Persentase (%) Sewa 27 18
Milik Sendiri 92 61 Milik Keluarga 31 21 J u m l a h 100 Sumber : Penelitian Lapangan, 2008
(62)
4.3 Hasil Estimasi Model Penelitian
Estimasi untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable) dilakukan dengan menggunakan menggunakan logaritma terhadap model regresi berganda . Hasil estimasi sebagai mana disajikan di bawah ini. D
Log Y = 24.908 + 1.900 Log MK + 0.96 4 Log TK + 0.437 Log LB + 0.651 Log TP
Std Error (0.935) (0.523) (0.652) ( 0.672) t-statistic (2.031) ** (1.844)* ( 1.662)* (1.673)* R2 = 0.676 F-Statistic = 13.87430
R2 = 0.657 Prob-Stat = 0.00000
Keterangan :
**) signifikan pada = 5 persen *) signifikan pada = 10 persen Sumber : Lampiran : 3
Berdasarkan hasil estimasi di atas dapat menujukan bahwa R2 = 0.676 yang bermakna bahwa variabel independen modal kerja, tenaga kerja, lama bekerja
dan tingkat pendidikan mampu menjelaskan variasi pendapatan pengusaha kecil sebesar 67.6 % dan sisanya sebesar 32.4 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam modal estimasi.
Dari hasil uji simulatan (serempak) yang dilakukan melihat signifikansi secara
(63)
variable). Dari estimasi tersebut diperoleh nilai F-Statistik sebesar 13.874 yang berarti secara bersama-sama (modal kerja, tenaga kerja , lama bekerja dan tingkat pendidikan) dapat mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha kecil di daerah ini dengan selang keyakinan 95%.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai F-tabel dengan F-hitung. Untuk degree of Freedom pada pengujian F adalah v1 = (k-1) = 5-1= 4 ) dan v2 = (n-k)= ( 150- 4 = 146) , dijumpai F-tabel ; pada = 0.05 sebesar 4,02.
Sebagaimana yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya, bahwa pengujian secara partial dilakukan dengan membandingkan nilai t- hitung dengan nilai t-tabel. Selain itu juga dilihat berdasarkan nilai signifikansi (sig) pada hasil estimasi.
Berdasarkan uji partial (Uji t-statistik) dapat diketahui variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pengusaha kecil di daerah ini. Pada jumlah sampel (n)=150, variabel bebas (k)=5. Koutsoyiannis,(1981) menjelaskan bahwa besarnya k adalah variabel bebas termasuk konstanta. Dengan
demikian k = 5 dijumpai Degree of Freedom (DF) = 150-5 = 145. Pada DF = 145
dijumpai t-tabel pada pengujian dua ekor; = 0.005 sebesar 2,576 dan pada = 0.05 sebesar 1,1960.
Berdasarkan hasil estimasi diperoleh nilai t-hitung variabel modal kerja sebesar 2.031 lebih besar dibandingkan 1.917 yang bermakna bahwa variabel modal kerja berpengaruh signifikan ( pada ; = 0.05 ) terhadap pendapatan pengusaha kecil
atau memiliki elastisitas lebih besar >1. Hal ini disebabkan bahwa mayoritas
(64)
bantuan kredit perbankan dan bantuan dari sumber-sumber lainnya. Selanjutnya t-hitung variabel waktu kerja sebesar 1.662 lebih besar dibandingkan 1.347 yang bermakna bahwa variabel waktu kerja berpengaruh signifikan (pada = 0.010) terdapat peningkatan pendapatan pengusaha kecil. Variabel jumlah tenaga kerja mempunyai t-hitung sebesar 1.844 lebih besar dari t-tabel = 0.010 sebesar 1.347 yang bermakna bahwa variabel jumlah pekerja berpengaruh signifikan pada = 0.10 terhadap pendapatan pengusaha kecil.
Sementara itu, t-hitung variabel tingkat pendidikan sebesar 1.673 lebih besar dibandingkan nilai t-tabel pada = 0.10 sebesar 1.347 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan signifikan mempengaruhi pendapatan pengusaha kecil.
4.4 Uji Asumsi Klasik
Mempertimbangkan bahwa dalam model regressi yang ingin dicapai adalah Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dan ada kalanya sering dijumpai dalam model regressi ( terutama regresi linear berganda) berbagai masalah terutama pelanggaran terhadap asumsi klasik, maka dalam penelitian ini dilakukan pengujian asumsi klasik berupa multikolinearitas dan heterokedastisitas.
(65)
4.4.1 Uji Multikollinearitas
Hasil interpretasi dari suatu model regresi berganda secara implisit sangat tergantung kepada asumsi bahwa antar variabel bebas(independent variables) yang terdapat dalam model tersebut tidak saling berkorelasi satu sama lainnya.
Dalam penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas dianatara variabel independen. Hal ini dapat terlihat dari setiap koeffisien masing-masing variabel sesuai dengan hipotesia yang telah ditentukan.
Dari hasil pengujian multikolinearitas diantara masing-masing variabel independen dapat dilihat hasilnya sebagai berikut:
LOG (MK) R2 = 0.252 LOG (TK) R2 = 0.343 LOG (LB) R2 = 0.179 LOG(TP) R2 = 0.379
Berdasarkan nilai R2 antar variabel bebas dalam regresi parsial di atas
menunjukkan bahwa nilainya lebih kecil daripada nilai R2 dari hasil regresi model
awal. Berdasarkan kepada rule of thumb menunjukkan bahwa tidak ditemukan
adanya multikolinearitas.
4.4.2 Uji Heterokedastisitas
Dalam regresi berganda salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar estimasi parameter dalam model tersebut bersifat BLUE adalah var (ut) 2 (konstan), semua
(66)
varian mempunyai variansi yang sama.Pada kasus –kasus tertentu variansi ui kadang-kadang tidak konstan dan berubah-ubah.( Nachrowi dan Usman, 2002)
Berdasarkan hasil estimasi uji white heterocedasticity test diperoleh besarnya nilai Obs* R-Squared sebesar 12.577 dan bila dibandingkan dengan nilai 2 Tabel sebesar 112.542 pada tingkat signifikansi = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa nilai Obs*Squared lebih kecil dan nilai 2 Tabel (Obs*R-squared). Dengan demikian, hasil uji dengan menggunakan white heterocedasticity test tidak ditemukan masalah heterokedastisitas dalam model yang digunakan.
Tabel 4.12 Hasil Uji Heterokedastisitas White Heterocedasticity Test
========================================================== F-statistic 0.792285 Probability 0.785225 Obs*R-squared 12.57758 Probability 0.743852
4.4.3 Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui normal apa tidaknya faktor pengganggu yang dapat diketahui melaui uji JB –test. Uji ini menggunakan hasil
estimasi residual dan Chi-Square Probability Distribution. Hasil estimasi yang
dilakukan dengan uji JB test dapat dilihat pada lampiran.
Berdasarkan hasil estimasi JB test pada lampiran, diperoleh besarnya nilai Jarque-Bera normality test statistic sebesar 6.354 dan bila dibandingkan dengan nilai
2
Tabel sebesar 112.542 pada tingkat = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa nilai JB test lebih kecil dan nilai 2 Tabel. Hal ini berarti bahwa model yag
(67)
digunakan dalam model tersebut mempunyai residual atau faktor pengganggu yang berdistribusi normal yang tidak dapat ditolak.
4.4.4 Uji Linearitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah spesifikasi model yang digunakan adalah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam model berbentuk linear atau tidak. Uji yang digunakan dalam peneltian ini adalah uji Ramsey ( Ramsey RESET Test).
Berdasarkan hasil estimasi Ramsey test pada lampiran, diperoleh hasil nilai F hit sebesar 0.0874 dan bila dibandingkan dengan nilai Ftabel sebesar 2.496 pada tingkat = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa nilai F hit lebih kecil dari Ftabel. Oleh karena itu, berdasarkan hasil uji Ramsey dapat disimpulkan bahwa model yang benar spesifikasinya adalah model dalam bentuk linear atau persamaan dalam bentuk linear.
(1)
79 30 3 3 3 2 3 3 2 2
80 25 3 2 2 2 2 3 2 2
81 38 4 2 2 2 2 3 2 3 82 31 3 3 3 2 3 2 2 2 83 31 3 3 3 2 3 2 2 2 84 38 4 1 2 1 2 1 2 2 85 30 3 3 3 2 3 2 2 2 86 36 3 2 2 2 2 3 2 2 87 27 3 1 2 1 2 1 1 2 88 35 4 1 2 1 2 1 1 2 89 39 4 1 2 1 2 1 2 2 90 30 2 2 2 2 2 3 2 3 91 32 4 2 2 2 2 3 2 2 92 28 2 2 2 2 2 3 2 2 93 32 4 2 2 2 2 3 2 2 94 36 3 2 2 2 2 3 3 2 95 39 4 1 2 1 2 1 2 2 96 31 2 3 3 2 3 2 2 2 97 40 3 3 3 2 3 2 2 2 98 28 3 2 2 2 2 3 2 2 99 31 4 1 2 1 2 3 2 2 100 29 2 2 2 2 2 3 2 2 101 32 3 3 3 2 3 3 2 2 102 30 2 3 3 2 3 3 2 2 103 40 4 3 3 2 3 3 2 3 104 47 4 3 3 2 3 2 2 2 105 24 3 2 2 2 2 3 2 2 106 31 3 1 2 1 2 1 1 2 107 40 4 2 2 2 3 3 3 1 108 38 3 2 2 2 2 3 3 1 109 30 3 2 2 2 2 3 3 1 110 30 3 2 2 2 2 3 2 1 111 27 2 2 2 2 2 3 2 1 112 32 3 2 2 2 2 3 2 2 113 30 2 2 2 2 2 3 2 2 114 38 4 2 2 2 2 3 2 2 115 40 5 3 3 2 2 3 2 2 116 31 2 2 2 2 2 3 2 2 117 38 4 2 2 2 2 3 3 2 118 28 3 2 2 2 2 3 2 1 119 36 3 2 2 2 2 3 3 2
(2)
120 49 4 2 2 2 2 3 2 1
121 56 4 3 3 2 2 3 2 1
122 31 2 3 3 2 3 3 2 2
123 60 4 1 2 1 2 1 2 1
124 60 5 1 2 1 2 1 2 2
125 29 3 2 2 2 2 3 2 2
126 27 3 2 2 2 2 3 2 1
127 49 5 1 2 1 2 1 1 2
128 61 3 1 2 1 2 1 2 3
129 61 2 1 2 1 2 1 1 1
130 42 3 1 2 1 2 1 1 1
131 56 3 3 3 2 3 3 2 2
132 38 4 2 2 2 2 3 2 2
134 42 4 1 2 1 2 1 2 1
135 60 2 1 2 1 2 1 2 2
136 38 3 1 2 1 2 1 1 3
137 60 2 2 2 2 2 3 3 2
138 29 3 2 2 2 2 3 2 2
139 38 4 2 2 2 2 3 2 3
140 56 2 2 2 2 2 3 3 2
141 39 3 3 3 2 2 3 2 2
142 25 2 3 3 2 2 3 2 2
143 42 3 2 2 2 2 3 3 3
144 60 4 2 2 2 2 3 2 1
145 60 4 2 2 2 2 3 3 2
146 56 5 3 3 2 3 3 2 2
147 60 3 2 2 2 2 3 2 2
148 50 3 2 2 2 2 3 2 3
149 38 2 2 2 2 2 3 2 2
150 29 3 2 2 2 2 3 2 3
Keterangan :
A = Usia Responden E = Dinding Rumah G = Sumber Penerangan B = Anggota Keluarga 1. Papan 1.Petromak C = Jenis Rumah 2. Batu 2.Generator 1. Papan 3. PLN
2. Semi Permanen F = Atap Rumah H = Sumber Air Minum/MCK 3. Permanen 1. Rumbia 1. Sumur
D = Lantai Rumah 2. Seng 2. Ledeng
1. Papan 3. Genteng 3. Sumur pompa/air tanah 2. Semen I = Status Rumah
3. Traso/Kramik 1. Sewa
2. Milik sendiri 3. Milik Keluarga
(3)
Lampiran-4
Hasil Estimasi Determinan Usaha Kecdil di Kabupaten Langkat
Dependent Variable LOG(Y) Method Least Squares Date : 01/13/09 Time 15.05 Sample 1 150
Included observation: 150
Variable Coefficient Std Error t-statistic Prob
C 24.90856 11.95421 2.08366 0.0116
LOG(MK) 1.90043 0.93532 2.03185 0.0125
LOG(TK) 0.96481 0.5 2321 1.84402 0.0160
LOG(LB) 1.08438 0.65238 1.66219 0.0612
LOG(TP) 1.12463 0.67214 1.67321 0.0654
R-squared 0.676334 Meandependent var 16.78340
Adjusted R-Squared 0.657230 S D dependent var 1.965271
SE of regression 0.965218 Akaike info criterion 7.096325 Sum squared resid 72.42662 Schwarz criterion 6.986932
Log likehood -135.2346 F-statistic 13.87430
Durbin-Watson stat 1.723024 Prob(F-statistic) 0.00000 ======================================================
(4)
Lampiran: 5
Hasil Uji Multikolineritas Modal Kerja
Dependent Variable log (MK) Method Least Squares
Date : 01/13/09 Time 15.06 Sample 1 150
Included observation: 150
Variable Coefficient Std Error t-statistic Prob
C 12.08435 13.11422 0.921469 0.9841
LOG(TK) 0.985620 1.04236 0.945565 1.9045 LOG(LB) 1.094761 1.57566 0.694795 1.4043
LOG(TP) 0.030615 0.04532 0.675827 0.8247
R-squared 0.252187 Mean dependent var 14.342
Adjusted R-Squared 0.238975 S D dependent var 0.9588
SE of regression 0.943272 Akaike into criterion 3.4332 Sum squared resid 70.43221 Schwarz criterion 2.9846
Log likehood -124.835 F-statistic 1.0954
Durbin-Watson stat 1.685156 Prob(F-statistic) 1.8745 ====================================================
Lampiran-5 (Lanjutan)
Hasil Uji Multikolineritas Tenaga Kerja
Dependent Variable log (TK) Method Least Squares
Date : 01/13/09 Time 15.07 Sample 1 150
Included observation: 150
Variable Coefficient Std Error t-statistic Prob
C 9.094222 10.96535 0.829359 0.9125 LOG(MK) 2.353417 2.14266 1.098362 0.8203 LOG(LB) 0.231702 1.02415 0.226238 0.9650
LOG(TP) 0.451209 0.56732 0.795334 0.8245
R-squared 0.343621 Mean dependent var 10.856
Adjusted R-Squared 0.321547 S D dependent var 1.0432
SE of regression 0.874531 Akaike into criterion 2.0754 Sum squared resid 25.076340 Schwarz criterion 1.9846
Log likehood -112.0490 F-statistic 0.9870
Durbin-Watson stat 1.578324 Prob(F-statistic) 1.6755 ====================================================
(5)
Lampiran-5 (Lanjutan)
Hasil Uji Multikolineritas Tingkat Pendidikan
Dependent Variable log (TP) Method Least Squares Date : 01/13/09 Time 15.08 Sample 1 150
Included observation: 150
Variable Coefficient Std Error t-statistic Prob
C 1.063433 1.322520 0.804095 0.9642
LOG(MK) 0.025423 0.023154 1.097996 0.6535
LOG(TK) 0.132671 0.192188 0.690318 0.8523
LOG(LB) 0.043512 0.076432 0.569290 0.6652
R-squared 0.379872 Mean dependent var 9.0742
Adjusted R-Squared 0.367326 S D dependent var 1.6754
SE of regression 0.873245 Akaike into criterion 9.5230
Sum squared resid 46.09412 Schwarz criterion 9.2325
Log likehood -101.110 F-statistic 0.8754
Durbin-Watson stat 1.421343 Prob(F-statistic) 1.3461 ====================================================
Lampiran-5 (Lanjutan)
Hasil Uji Multikolinearitas Lama Berusaha
Dependent Variable log (LB) Method Least Squares Date : 01/13/09 Time 15.09 Sample 1 150
Included observation: 150
Variable Coefficient Std Error t-statistic Prob
C 1.076311 1.145292 0.939769 0.7543
LOG(MK) 0.321364 0.985638 0.326046 0.6532
LOG(TK) 0.023129 0.073225 0.315862 0.7564
LOG(TP) 0.065194 0.987341 0.066029 0.9342
R-squared 0.197831 Mean dependent var 9.9971
Adjusted R-Squared 0.127846 S D dependent var 1.9853
SE of regression 0.208633 Akaike into criterion 11.564
Sum squared resid 32.07832 Schwarz criterion 11.989
Log likehood -99.0784 F-statistic 0.6432
Durbin-Watson stat 1.623157 Prob(F-statistic) 2.9675 ====================================================
(6)
Lampiran-6
Uji White Heteroskedasticity
White Heteroskedasticity Test
===================================================== t-statistic o.792285 Probability 0.785225 Obs*R-Squared 12.57758 Probability 0.743852 ===================================================== Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2 Method Least Squares
Date 01/13/09 Time: 15.10 Sample: 1 150
Included Observation: 150
===================================================== Variable Coeffient Std Error t-Statistic Prob =====================================================
C 18.78931 16.78316 1.00615 0.0643 LOG(MK) -1.923040 4.164332 -0.46178 0.6118
(LOG(MK))^2 0.132086 0.149651 0.88264 0.4352 (LOG(MK))*(LOG(TK)) -0.343723 0.442185 -0.77732 0.8341 (LOG(MK))*(LOG(LB)) 0.365472 0.383641 0.95264 0.6743 (LOG(MK))*(LOG(TP)) 0.234944 0.297604 0.78945 0.6245 LOG(TK) 1.987051 2.009653 0.98875 0.3621 (LOG(TK))^2 1.863422 1.096537 1.69936 0.1565 (LOG(TK)*(LOG(LB)) -0.389764 0.653249 0.59665 0.6322 (LOG(TK)*(LOG (TP)) 0.495321 0.543276 0.91172 0.3221 LOG(TP) 0.0887634 0.345185 0.257147 0.8976 (LOG (TP))^2 0.0610763 0.156834 0.389432 0.7652 ===================================================== R-Squared 0.1443278 Mean depensdent var 0.876332 Adjusted R-Squared 0.1236732 S.D.dependent var 1.453266 S.E.of regression 1.0984214 Akaike info criterion 3.976004 Sum squared resid 98.867937 Schwarz criterion 3.950327 Log likehood - 143.6564 F-Staitistic 1.743216 Durbin-Watson 1.6783421 Prob(F-statistic) 0.967530 =====================================================