nilai F hitung = 314,53, P .05. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan keterlibatan orang tua merupakan prediktor yang baik dari
prestasi akademik. 8
Penelitian
yang dilakukan Christoph Randler 2009 dengan judul ”
Association between emotional Variabels and school Achievement” menyatakan bahwa ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi
belajar siswa. Aspek emosional mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran individu, emosi positif mempengaruhi proses dan prestasi
belajar.
2.8 Kerangka Berpikir
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah diwujudkan dalam bentuk angka atau huruf.
Prestasi belajar merupakan salah satu indikator sukses tidaknya suatu pendidikan. Untuk mengetahui tingkat prestasi yang ada pada diri siswa, harus mengadakan
tes yang dilakukan oleh guru. Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal dari diri siswa. Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada
dalam diri individu siswa. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang yang berasal dari luar diri siswa.
Salah satu faktor yang berasal dari dalam diri siswa adalah kecerdasan emosional. Goleman dalam Nggermanto 2002:98 mendefinisikan kecerdasan
emosional adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk mengenali perasaan diri sendiri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengelola emosi diri,
memotivasi diri sendiri, berempati dan dalam membina hubungan dengan orang
lain. Kecerdasan emosional menuntut agar siswa mampu mengelola emosinya sendiri dan memahami orang lain, menerapkan emosi dalam kehidupan sehari –
hari dengan efektif. Lima komponenunsur yang penting dalam kecerdasan emosional adalah kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan
ketrampilan sosial. Kecerdasan emosional sangat penting dalam mewujudkan prestasi belajar yang baik. Oleh karena itu, siswa harus mempunyai bisa
memahami dan percaya terhadap diri sendiri. Apabila dalam proses belajar mengajar siswa kurang percaya diri, maka pada saat mengerjakan soal latihan
maupun ulangan siswa masih melihat pekerjaan teman. Oleh karena itu, siswa harus bisa mengelola dan mengenali diri sendiri agar dapat mengatur emosinya.
Apabila siswa dapatmengendalikan emosi ketika kegiatan belajar mengajar, maka siswa akan lebih mudah dalam memahami materi dan mendapatkan prestasi
belajar yang maksimal. Faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah lingkungan
sekolah. Lingkungan sekolah yang kondusif dengan fasilitas belajar yang memadai sangat dibutuhkan siswa
.
Lingkungan sekolah adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam lembaga pendidikan
formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu sisiwa agar mampu mengembangkan potensinya,
baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelaktual, emosional, maupun sosial. Faktor – faktor yang mempengaruhi lingkungan sekolah adalah relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah dan fasilitas sekolah. Apabila hubungan antara guru dan siswa terjalin dengan baik maka siswa akan
dengan mudah menyukai dan memperhatikan pelajaran yang dijelaskan oleh guru, sebaliknya apabila hubungan antara guru dan siswa kurang baik maka siswa akan
malas memperhatikan pelajaran yang dijelaskan guru. Oleh karena itu, hubungan antara guru dan siswa maupun siswa dengan siswa harus berjalan dengan baik
agar siswa dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik sehingga prestasi belajar siswa dapat maksimal. Selain itu, di dalamlingkungan sekolah
harus diterapkan kedisiplinan agar siswa maupun warga sekolah lainnya patuh terhadap tata tertib yang telah ditentukan. Sekolah juga harus menyediakan
fasilitas – fasilitas sekolah yang lengkap. Dengan adanya fasilitas sekolah yang lengkap siswa dapat belajar dengan nyaman dan mendapatkan prestasi belajar
sesuia yang diharapkan. Selain kecerdasan emosional dan lingkungan sekolah, prestasi belajar juga
dipengaruhi oleh cara belajar siswa. Siswa yang cara belajarnya baik maka akan mendapatkan nilai yang baik. Sebaliknya siswa yang hanya belajar ketikan akan
ada ulangan saja maka nilainya kurang memuaskan. Menurut Slameto 2003 : 64 cara belajar yang efektif adalah pembuatan jadwal, membaca dan membuat
catatan, mengulangi bahan pelajaran materi, konsentrasi, dan mengerjakan tugas. Untuk mendapatkan prestasi belajar yang maksimal siswa harus membuat
jadwal belajar secara teratur, membaca dan membuat catatan hal – hal yang penting ketika belajar dan memudahkan siswa untuk mengingat materi yang telah
dipelajari. Siswa juga harus mengulangi kembali materi yang baru dijelaskan guru dan konsentrasi agar tidak mudah mengingat tentang materi yang telah dijelaskan
guru. Untuk melatih siswa dalam belajar agr mendapat prestasi yang baik maka siswa harus mengerjakan soal – soal maupun tugas yang diberikan guru.
Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar akuntansi, dalam penelitian ini difokuskan pada faktor kecerdasan emosional, lingkungan
sekolah, dan cara belajar siswa. Sedangkan prestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar akuntansi yang dicapai siswa yang dinyatakan
dalam angka pada nilai rata-rata akuntansi semester gasal. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional,
lingkungan sekolah, dan cara belajar siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar akuntansi kelas X SMK PGRI Batang. Secara garis besar kerangka berfikir dalam
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Keterangan :
= Pengaruh parsial = Pengaruh simultan
Prestasi Belajar Akuntansi Y :
Nilai Rata-Rata Akuntansi
Lingkungan Sekolah X2 Indikator :
1. Relasi guru dengan siswa 2. Relasi siswa dengan siswa
3. Disiplin sekolah 4. Fasilitas sekolah
Slameto, 2003 : 64
Cara Belajar X3 Indikator :
1. Pembuatan Jadwal 2. Membaca dan Membuat
Catatan 3. Mengulangi Bahan Pelajaran
Materi 4. Konsentrasi
5. Mengerjakan Tugas
Slameto, 2003 : 82-92 Kecerdasan Emosional X1
Indikator : 1. Kesadaran Diri
2. Pengaturan Diri 3. Motivasi
4. Empati 5. Keterampilan Sosial
Baharuddin, 2007 : 158-160
2.9 Hipotesis Penelitian
