Perkembangan Tingkat Inflasi Perkembangan Pendapatan Nasional Perkembangan Harga Saham Syariah

5.6. Perkembangan Tingkat Inflasi

Tingkat inflasi di Indonesia sangat fluktuatif dari tahun 2002 sampai tahun 2006 mengalami gejolak disekitar angka -0.1 persen sampai 8.7 persen. Hal ini terjadi karena meningkatnya harga-harga di dalam negeri secara umum terutama setelah bencana nasional, kenaikan harga BBM, kelangkaan bahan makanan pokok seperti beras dan kondisi kepemimpinan dalam pemerintah yang mulai diragukan oleh seluruh kalangan masyarakat. Faktor-faktor tersebut telah mendorong peningkatan berbagai macam kebutuhan masyarakat baik kebutuhan pokok maupun non pokok. Sumber: Bank Indonesia 2002-2006 Gambar 5.6. Perkembangan Tingkat Inflasi

5.7. Perkembangan Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional dilihat dari nilai Gross Domestic Product yang mencerminkan besarnya pengeluaran masyarakat. Sehingga dengan data GDP tersebut dapat mencerminkan besarnya pendapatan masyarakat secara umum. Besarnya pendapatan masyarakat di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Seperti pada gambar 5.7. pada bulan Juli 2002 nilai GDP sebesar -0.2 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 J an -0 2 J ul -0 2 D es -0 2 J an -0 3 J ul -0 3 D es -0 3 J an -0 4 J ul -0 4 D es -0 4 J an -0 5 J ul -0 5 D es -0 5 J an -0 6 J ul -0 6 D es -0 6 Periode P ersen ta se 422910.1 milyar rupiah dan terus mengalami peningkatan sampai bulan Desember 2004 sebesar 470635.6 milyar rupiah. GDP mengalami penurunan pada bulan Januari 2005 menjadi 462563.6 milyar rupiah atau sebesar 0.98 persen. Secara umum setelah bulan Januari 2005 GDP mengalami peningkatan hingga akhir periode penelitian menjadi 544152.9 milyar rupiah. 100000 200000 300000 400000 500000 600000 Ju l-0 2 De s- 02 J an- 03 Ju l-0 3 D es -03 Ja n- 04 Ju l-04 De s- 04 Ja n- 05 Ju l-0 5 D es -05 J an -0 6 Ju l-0 6 De s- 06 Periode M ily a r R u p ia h Sumber: Bank Indonesia 2002-2006 Gambar 5.7. Perkembangan Pendapatan Nasional di Indonesia

5.8. Perkembangan Harga Saham Syariah

Pasar modal di Indonesia tidak hanya bersifat konvensional saja akan tetapi sudah terdapat beberapa perusahaan yang masuk pada pasar modal berdasarkan aturan islam. Jakarta Islamic Index merupakan pasar modal syariah yang didalamnya terdapat 30 perusahaan dimana salah satunya tidak diperbolehkan lembaga keuangan ribawi termasuk perbankan dan asuransi konvensional. Pada awal berdirinya sampai akhir periode penelitian harga saham syariah nilainya mengalami peningkatan. Awal Juli 2002 saham syariah bernilai 73.201 terus meningkat sampai Desember 2006 sebesar 307.619. 50 100 150 200 250 300 350 J ul- 02 De s- 02 J an -0 3 Ju l-0 3 De s- 03 J an -0 4 Ju l-0 4 De s- 04 Ja n- 05 Ju l-0 5 De s-0 5 Ja n- 06 Ju l-0 6 De s-0 6 Periode Sumber: Bank Indonesia 2002-2006 Gambar 5.8. Perkembangan Saham Syariah di Indonesia

BAB VI. ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA BANK KONVENSIONAL TERHADAP JUMLAH SIMPANAN PADA BANK

UMUM SYARIAH DI INDONESIA Bagian ini akan menjelaskan mengenai hasil dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian, yang diolah dengan menggunakan alat analisis Vector Error Correction Model VECM pada software E-views 4.1. 6.1. Kestasioneran Data Uji kestasioneran pada seluruh variabel sangat penting dilakukan untuk data yang bersifat runtut waktu, guna mengetahui apakah data tersebut mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit atau bersifat stasioner berarti data tersebut memiliki ragam yang tidak terlalu besar dan mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya. Variabel dummy tidak dilakukan pengujian unit root karena jika diturunkan dari data level menjadi data first difference maka nilainya akan menjadi nol. Apabila data yang digunakan tidak stasioner maka dapat menghasilkan hubungan yang palsu atau spurious regresion. Spurious regresion adalah regresi yang menggambarkan hubungan dua variabel atau lebih yang nampaknya signifikan secara statistik tetapi pada kenyataannya tidak, atau tidak sebesar yang nampak pada regresi yang dihasilkan. Guna menghindari regresi palsu pada variabel maka dapat dilakukan uji unit root pada first difference untuk mengetahui apakah data tersebut stasioner atau tidak. Pengujian akar unit dapat dilakukan melalui beberapa cara, salah satunya dengan menggunakan Augmented Dickey-Fuller test ADF. Berdasarkan uji tersebut jika ADF statistik masing-masing variabel lebih kecil dari nilai kritis Mc Kinnon maka data tersebut stasioner. Hasil uji akar unit pada tingkat level baik dalam taraf nyata 1, 5 dan 10 persen pada sebagian besar variabel tidak stasioner, kecuali pada variabel inflasi, bonus giro, suku bunga simpanan berjangka dan suku bunga tabungan. Maka dari itu pengujian stasioneritas dilanjutkan pada first difference. Hasil pengujian akar-akar unit dapat dlihat pada Tabel 6.1.1: Tabel 6.1.1. Uji Stasioneritas Pada Level Variabel ADF statistic Nilai kritis Mc Kinnon Keterangan 1 5 10 LNRDEP_MUDHARABAH 5.852 -2.609 -1.947 -1.612 Tidak Stasioner LNRTAB_MUDHARABAH 3.143 -2.611 -1.947 -1.612 Tidak Stasioner LNRGIRO_WADIAH 3.103 -2.609 -1.947 -1.612 Tidak Stasioner LNGDPR 1.171 -2.610 -1.947 -1.612 Tidak Stasioner LNJII 3.114 -2.609 -1.947 -1.612 Tidak Stasioner INF -5.125 -2.609 -1.947 -1.612 Stasioner NISDEP -1.276 -2.612 -1.947 -1.612 Tidak Stasioner NISTAB -0.985 -2.609 -1.947 -1.612 Tidak Stasioner BONUS GIRO -2.253 -2.609 -1.947 -1.612 Stasioner R_SIMPANAN -6.378 -2.609 -1.947 -1.612 Stasioner R_TABUNGAN -6.198 -2.609 -1.947 -1.612 Stasioner Sumber: Lampiran 2 Catatan: dalam taraf nyata 5 Hasil pengujian pada first difference menunjukkan bahwa semua variabel bersifat stasioner pada taraf 5 dan 10 persen. Hal ini karena nilai statistik ADF semua variabel lebih kecil daripada nilai kritis Mc Kinnon. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa seluruh variabel yang diestimasi dalam penelitian ini telah stasioner pada derajat yang sama, yaitu derajat integrasi satu I1. Tabel 6.1.2. Uji Stasioneritas Pada First Difference Variabel ADF statistic Nilai kritis Mc Kinnon Keterangan 1 5 10 LNRDEP_MUDHARABAH -2.391 -2.611 -1.947 -1.612 Stasioner LNRTAB_MUDHARABAH -2.803 -2.611 -1.947 -1.612 Stasioner LNRGIRO_WADIAH -7.233 -2.610 -1.947 -1.612 Stasioner LNGDPR -4.210 -2.610 -1.947 -1.612 Stasioner LNJII -5.832 -2.610 -1.947 -1.612 Stasioner INF -9.033 -2.611 -1.947 -1.612 Stasioner NISDEP -3.525 -2.612 -1.947 -1.612 Stasioner NISTAB -9.399 -2.610 -1.947 -1.612 Stasioner BONUS GIRO -2.492 -2.612 -1.947 -1.612 Stasioner R_SIMPANAN -8.973 -2.611 -1.947 -1.612 Stasioner R_TABUNGAN -9.030 -2.611 -1.947 -1.612 Stasioner Sumber: Lampiran 2 Catatan: dalam taraf nyata 5

6.2. Penentuan Lag Optimal