Kriteria Kelancaran Berbicara Indikator Kelancaran Berbicara

akan bingung ketika berbicara, karena pembicara kehabisan bahan pembicaran dan tidak mampu mengembangkan topik pembicaraan.

2.2.10 Kriteria Kelancaran Berbicara

Menurut Fulcher dalam Trisanti 2008, ada lima kriteria seseorang dapat dikatakan lancar berbicaranya. Berikut adalah kriteria seorang bisa dikatakan lancar berbicara atau tidak. 1. Keragu-raguan dan sering diam. Siswa ragu dengan apa yang diucapkan. Merasa tidak yakin dan sering diam terlalu lama di tengah-tengah pembicaraan. Sikap diam yang dilakukan oleh siswa membuktikan bahwa siswa tersebut ragu dengan apa yang dibicarakan. Siswa yang seperti ini ketika berbicara, berarti tergolong tidak lancar berbicara. 2. Pengulangan kata. Siswa yang selalu mengulang kata ketika berbicara berarti tidak lancar berbicara. Pembicaraan tidak efektif karena selalu mengulang kata. 3. Mengganti kata. Ketika berbicara, siswa selalu mengganti kata yang diucapkan, karena siswa merasa kata diucapkan belum cocok. Ini berarti penguasaan diksi siswa masih kurang, sehingga kelancaran berbicaranya terganggu. 4. Memperbaiki penggunaan kata, seperti kata ganti orang. Siswa masih bingung dengan penggunaan kata ganti orang, sehingga belum mampu menempatkan fungsi kata ganti orang dengan baik. 5. Memulai berbicara dengan berpikir, kata apa yang akan diucapkan. Siswa membutuhkan waktu yang lama untuk dapat memulai pembicaraan. Ini berarti siswa tidak lancar berbicaranya.

2.2.11 Indikator Kelancaran Berbicara

Berdasarkan pengertian dan kriteria kelancaran berbicara di atas, berikut indikator kelancaran berbicara yang digunakan sebagai pedoman oleh penulis dalam penelitian ini. 1. Berbicara tidak terlalu cepat. Artinya siswa tidak tergesa-gesa dalam berbicara. siswa yang terlalu cepat berbicaranya membuktikan bahwa ia ingin segera mengakhiri pembicaraan dan tidak ingin berlama-lama berbicara di depan kelas. Pembicaraan yang terlalu cepat membuat pendengar tidak mengerti dengana apa yang diucapkan, karena ucapannya tidak tepat; jeda, intonasi, dan artikulasinya tidak jelas. 2. Berbicara tidak terlalu lambat. Artinya pembicara tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk mengungkapkan gagasannya, tidak berhenti atau diam terlalu lama di tengah-tengah pembicaraan, dan tidak berbicara dengan mengeja kata-kata. Siswa dapat mengungkapkan gagasannya dengan santai dan tidak terlalu hati-hati dalam pengucapkan kata-kata, karena siswa takut kata yang diucapkan itu salah. 3. Berbicara tidak tersendat-sendat dan terputus-putus. Artinya siswa dapat mengeluarkan kata-katanya secara utuh, maksudnya kata yang diucapkan tidak terbata-bata gagap atau tersendak di tenggorokan. Selain itu kata yang ucapkan tidak diucapkan secara berulang-ulang latah. Pembicara tidak melakukan kesalahan dalam pengucapan kata, sehingga pembicara tidak melakukan pergangtian atau pernaikan kata yang telah diucapkan. Ketika berbicara, pembicara tidak menyisipkan bunyi-bunyi yang tidak penting atau bunyi-bunyi yang mengganggu, seperti ee, aa, oo, dan sebagainya.

2.3 Kerangka Berpikir