diri yang tinggi, segala kegiatan yang kita lakukan akan mendapatkan hasil yang maksimal. Siswa dapat berbicara dengan lancar, jika siswa memiliki rasa
kepercayaaan diri yang tinggi.
4.2.2 Pengaruh Penguasaan Diksi terhadap Kelancaran Berbicara
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis deskriptif variabel penguasaan diksi, sebanyak 10 siswa atau 29 yang memperoleh nilai
tinggi, ada 14 siswa atau 41 yang mendapatkan nilai sedang, dan 10 siswa atau 29 yang memperoleh nilai rendah.
Hasil analisis uji t parsial diperoleh nilai signifikan 0,016 0,05. Hal ini berarti bahwa pengusaan diksi mempunyai pengaruh yang positif dan
mempunyai kontribusi terhadap kelancraan berbicara. Semakin tinggi kemampuan membedakan kata denotatif dan kata konotatif, menentukan kata yang bersinonim,
membedakan kata umum dan kata khusus, menggunakan kata indira dengan tepat, dan membedakan kata ilmiah dan kata populer, maka kelancaran berbicara siswa
semakin baik. Mempunyai penguasan diksi yang tinggi, akan membantu siswa dalam
keterampilan kebahasaannya, terutama menulis dan berbicara. Seorang pembicara tidak memiliki banyak waktu untuk memilih dan mempertimbangkan penggunaan
katanya Doyin dan Wagiran 2009:45, sehingga pembicara harus memiliki keterampilan dalam pemilihan kata dan harus menguasai diksi, agar ketika
berbicara tidak mengalami kesulitan dalam pemilihan kata. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, pembicara harus memiliki keterampilan yang tinggi dalam pemilihan
kata, sehingga pembicara dapat berbicara dengan lancar tanpa berpikir lama untuk memilih kata yang akan diucapkan.
4.2.3 Pengaruh Kepercayaan Diri dan Penguasaan Diksi terhadap
Kelancaran Berbicara
Dilihat dari analisis uji t, percaya diri dan penguasaan diksi berpengaruh positif terhadap kelancaran berbicara yang ditunjukan dengan koefisien yang
bertanda positif, yaitu 0,732 dan 0,520, sedangkan nilai signifikan masing-masing variabel tersebut yaitu 0,000 dan 0,016. Semakin nilai signifikan lebih kecil dari
0,05, maka kekuatan pengaruhnya semakin besar. Selain itu, berdasarkan nilai R Square, variabel percaya diri memiliki kontribusi terhadap kelancaran berbicara
sebesar 45,3 dan variabel penguasaan diksi memiliki kontribusi terhadap kelancaran berbicara sebesar 24,2. Hal ini menunjukan bahwa kontribusi
variabel percaya diri lebih besar atau lebih dominan dibandingkan variabel penguasaan diksi.
Berdasarkan hasil analisis regresi, diperoleh nilai R Square percaya diri dan penguasaan diksi dalam uji koefisien determinasi simultan sebesar 0,488. Hal
ini berarti bahwa besarnya pengaruh percaya diri dan penguasaan diksi terhadap kelancaran berbicara adalah 0,488 atau 48,8 dengan 0,512 atau 51,2 sisanya
pengaruhi faktor atau veriabel lain lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini. Percaya diri dan penguasaan diksi tidak sepenuhnya mempengaruhi kelancaran
berbicara. ada faktor lain yang mempengaruhi kelancaran berbicara yang tidak dikaji dalam penelitian ini, namun perubahan besar kecilnya variabel tersebut
dapat mempengaruhi besar kecilnya kelancaran berbicara.
71
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa percaya diri berpengaruh positif terhadap kelancaran berbicara dengan nilai
R square 0,453. Ini berarti, percaya diri memiliki pengaruh terhadap kelancaran berbicara dengan nilai persentase 45,3. Selain itu, terdapat pula pengaruh
penguasaan diksi terhadap kelancaran berbicara dengan nilai persentase 24,2 yang dibuktikan dengan nilai R square 0,242. Dibandingkan dengan penguasaan
diksi, percaya diri memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kelancaran berbicara siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sulang.
Berdasarkan uji koefisien determinasi simultan diperoleh nilai R square percaya diri dan penguasaan diksi 0,488. Ini menunjukkan bahwa percaya diri dan
penguasaan diski secara bersama-sama berpengaruh terhadap kelancaran berbicara dengan nilai presentase 48,8, sedangkan 51,2 sisanya dipengaruhi oleh faktor
lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.
5.2 Saran
Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1 Sebaiknya, peneliti atau guru bahasa Indonesia bisa mengembangkan
penelitian ini dengan variabel yang berbeda, misalnya pola asuh orang tua, motivasi, dan aspek lingkungan.