komplit dan tidak pasti. Kompleksnya permasalahan yang timbul dalam diagnosis penyakit epilepsi, bisa ditangani dengan sistem pakar dengan metode Faktor
Kepastian. Pengetahuan untuk melakukan diagnosis dan memberikan terapi terhadap penderita penyakit epilepsi dan keluarganya dipresentasikan dalam bentuk
kaidah produksi. Pengetahun dipresentasikan dalam empat jenis aturan, yaitu:
1. Aturan yang menentukan sawan berdasarkan gejala yang diketahui. Secara umum aturan berbentuk:
Sawan , CF : x JIKA kumpulan gejala
2. Aturan yang menentukan jenis penyakit epilepsi berdasarkan sawan dan syarat- syarat klinis lain yang diketahui. Secara umum aturan ini berbentuk :
Jenis penyakit epilepsi , CF : x JIKA Kumpulan Sawan OPERATOR LOGIKA Kumpulan Syarat
3. Aturan yang menentukan obat berdasarkan jenis penyakit yang selain epilepsi berdasarkan gejala dan syarat-syarat klinis lain yang diketahui. Secara umum
aturan ini berbentuk: Jenis Penyakit Non Epilepsi , CF : x
JIKA Kumpulan Gejala OPERATOR LOGIKA Kumpulan Syarat 4. Aturan yang menentukan obat berdasarkan jenis penyakit yang diketahui.
Secara umum aturan ini berbentuk: Kumpulan Obat
JIKA Jenis penyakit epilepsi CF : antara x sd y
2.4 Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Pada Tanaman Karet dan Cara Penanggulangannya.
Pada penelitian Fi Lie dan Meriyana Kusuma 2010, aplikasi sistem pakar yang dibuat menggunakan metode inferensi forward chainning mampu menganalisis
jenis gangguan perkembangan yang dialami berdasarkan gejala-gejala yang
dimasukkan oleh user. Kaidah produksi pada aplikasi ini ditulis dalam bentuk pernyataan IF-THEN. Pada perancangan basis pengetahuan sistem pakar ini
premis adalah gejala-gejala yang terlihat pada tanaman karet dan konklusi adalah jenis gangguan pada tanaman karet, sehingga bentuk pernyataannya adalah JIKA
[gejala] MAKA [gangguan]. Bagian premis dalam aturan produksi dapat memiliki dari satu proposisi yaitu berarti pada sistem pakar ini dalam satu kaidah dapat
memiliki lebih dari satu gejala. Gejala-gejala tersebut dihubungkan dengan menggunakan operator logika DAN . Bentuk pernyataannya adalah:
JIKA [gejala1] DAN [gejala2]
DAN [gejala3] MAKA [gangguan]
2.5 Tanaman Karet
Sesuai dengan nama latinnya tanaman karet Hevea brasiliensis berasal dari Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan karet alam di dunia. Padahal jauh
sebelum tanaman karet dibudidayakan, penduduk asli di berbagai tempat, seperti Amerika Selatan, Afrika, dan Asia menggunakan pohon-pohon lain yang juga
menghasilkan getah Semangun, 2000. Getah yang mirip lateks dapat diperoleh juga dari tanaman Castilla elastica famili Moraceae yang banyak hidup di rimba Bolivia
hingga meksiko. Pohon guayale banyak terdapat di daerah utara Meksiko. Di luar Benua Amerika ada juga tanaman yang diambil getahnya oleh para penduduk asli,
misalnya Funtumia elastica famili Apocinaceae di Afrika, Ficus elastica famili Moraceae di India, dan Taraxacum kokbsaghyz famili Compositae di Rusia.
Sekarang tanaman-tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet Hevea brasiliansis telah dikenal secara luas dan banyak
dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks, tanaman karet dapat dikatakan merupakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran. Di Indonesia, Malaysia
dan Thailand tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876 Semangun, 2006. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor.
Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut Nazaruddin dkk, 1993:
Kingdom : Plantae Divisi
: Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis
2.5.1. Penyakit Tanaman Karet
Penyakit sering menimbulkan kerugian yang cukup berarti pada tanaman karet. Setiap tahun kerugian yang ditimbulkannya bisa mencapai jutaan rupiah dari setiap hektar
tanaman karet. Besarnya kerugian tersebut tidak hanya disebabkan oleh rusaknya tanaman karet saja, tetapi juga oleh biaya pengendalian penyakit yang sangat mahal.
Penyebab penyakit yang sering dijumpai pada tanaman karet adalah jamur. Sedangkan bakteri atau virus jarang dijumpai dan tidak menimbulkan kerusakan yang berarti.
Untuk mengatasi penyakit karet, cara-cara pengendalian harus dilakukan secara terpadu dengan strategi yang menguntungkan. Artinya, usaha pencegahan lebih
diutamakan daripada pengobatan sehingga diperlukan pemeriksaan dan pengamatan sedini mungkin secara berkala dan terus menerus. Berikut ini beberapa penyakit
tanaman karet Semangun, 2006.
1. Penyakit Akar Putih
Gejala: Daun-daun tanaman menjadi pucat kuning dengan tepi ujungnya terlipat ke
dalam. Daun-daun ini kemudian gugur dan ujung rantingnya mati. Adakalanya
tanaman yang sakit membentuk daun-daun muda atau bunga dan buah pada waktu yang lebih awal. Pada akar tanaman tampak benang-benang jamur putih dan agak
tebal. Benang-benang tersebut menempel kuat pada akar sehingga sulit dilepas. Akar tanaman yang sakit akhirnya membusuk, lunak, dan berwarna cokelat.
Penyebab: Penyebabnya adalah jamur Rigidoporus lignosus. Jamur ini membentuk badan
buah mirip topi pada akar, pangkal batang, atau tunggul-tunggul tanaman. Badan buah berwarna jingga kekuning-kuningan. Permukaan bawah badan buat terdapat lubang-
lubang kecil tempat spora. Badan buah yang tua akan mengering dan berwarna cokelat kelat.
Penularan penyakit akar putih terjadi melalui persinggungan antara akar karet dengan sisa-sisa akar tanaman lama, tunggul-tunggul, atau pohon yang sakit. Selain
persinggungan, penyebarannya bisa terjadi karena hembusan angin yang membawa spora penyakit ini. Spora yang jatuh di tunggul atau sisa kayu akan tumbuh dan
membentuk koloni. Kemudian jamur akan merambat ke akar cabang tunggul dan pindah ke akar tanaman di dekatnya melalui pertautan akar. Stum atau bahan tanaman
sebagai bibit juga dapat menjadi sebab tersebarnya penyakit di areal kebun karet.
2. Penyakit Akar Merah
Gejala: Warna daun berubah menjadi hijau pucat suram kemudian menguning dan
akhirnya berguguran. Perakarannya diliputi benang-benang jamur berwarna merah muda sampai tua. Dalam keadaan kering, benang-benang jamur berubah warna
menjadi putih. Sedangkan bila dibasahi, benang-benang ini menempel erat pada akar dan mengikat butiran-butiran tanah sehingga terbentuk semacam kerak. Akar tanaman
yang sakit akan membusuk dan berwarna jingga kehitaman. Bila ditekan, cairan akan keluar dari akar tersebut.
Penyebab: Penyebabnya adalah jamur Ganoderma pseudoferrum. Bentuk badan buah
jamur ini mirip topi dan tersusun pada pangkal batang tanaman. Permukaan atas badan
buah berwarna merah cokelat dan permukaan atas badan buah berwarna merah cokelat dan permukaan bawahnya berwarna putih kelabu penuh lubang kecil tempat spora.
Badan buah ini mengeras dan mengeriput. Jamur ini bisa berkembang dengan cepat pada berbagai jenis tanah.
Penularan penyakit ini biasanya terjadi akibat persinggungan antara akar yang sehat dengan yang sakit atau akar yang mengandung spora jamur. Penularan bisa juga
terjadi melalui angin yang membawa spora jamur.
3. Jamur Upas
Gejala: Pada pangkal atau bagian atas percabangan tampak benang-benang berwarna
putih seperti sutera. Sekumpulan benang ini membentuk lapisan kerak berwarna merah yang akhirnya berubah menjadi lapisan tebal berwarna merah tua. Bagian
tanaman yang terserang akan mengeluarkan cairan lateks berwarna cokelat kehitaman yang meleleh di permukaan batang tanaman. Lambat laun kulit tanaman yang
terserang akan membusuk dan berubah menjadi hitam, mengering, dan terkelupas. Bagian kayu di bawah kulit menjadi rusak dan menghitam. Pada serangan lanjut, tajuk
percabangan akan mati dan mudah patah oleh hembusan angin.
Penyebab: Penyebabnya adalah jamur Corticium salmonicolor. Jamur ini memiliki empat
tingkat perkenbangan. Mula-mula terbentuk lapisan jamur tipis dan berwarna putih pada permukaan kulit tingkat sarang laba-laba. Kemudian jamur ini berkembang
membentuk sekumpulan benang jamur tingkat bongkol. Pada perkembangan selanjutnya terbentuk lapisan kerak berwarna merah muda tingkat kortisium. Pada
tingkat ini jamur telah masuk ke bagian kayu. Akhirnya, jamur membentuk lapisan tebal berwarna merah tua tingkat nektor. Penularannya berlangsung melalui
penyebaran spora oleh angin.
4. Kanker Bercak
Gejala: Gejala awal sulit dilihat karena serangannya dimulai dari bawah kulit. Bila
kulit batang atau cabang dikerok, kulit syang sakit baru tampak: berwarna cokelat kemerahan dengan bercak-bercak besar yang meluas ke samping, kambium, dan
bagian kayu. Pada bagian yang sakit biasanya keluar cairan lateks berwarna cokelat kemerahan dan berbau busuk. Terkadang lateks mengumpul di bawah kulit segingga
mengakibatkan kulit batang pecah dan terbuka. Bagian yang terbuka ini sering dimasuki serangga penggerek batang.
Penyebab: Penyebabnya adalah jamur Phytphthora palmivora. Jamur ini memiliki
benang-benang hifa berwarna putih yang tidak jelas bila dilihat dengan mata telanjang. Sebagian alat perkembangbiakannya adalah spora yang bisa bertahan hidup
di dalam tanah. Penularan penyakit ini bisa terjadi karena angin dan hujan. Percikan air hujan di tanah yang dekat dengan tanaman sering menyebarkan benih atau spora
jamur pembawa penyakit ke permukaan batang.
5. Kanker Garis
Gejala: Awal serangan ditandai dengan adanya selaput tipis berwarna putih dan tidak
begitu jelas menutupi alur sadap. Bila dikerok atau diiris, bi bawah kulit di atas irisan sadap akan tampak garis-garis tegak berwarna cokelat atau hitam. Garis-garis ini akan
berkembang dan berpadu satu sama lain membentuk jalur hitam yang tampak seperti retakan membujur pada kulit pulihan.
Penyebab: Penyakit ini di sebabkan oleh cendawan Phythophthora palmivora yang juga
menyebabkan penyakit kanker bercak. Penyakit ini mengakibatkan kerusakan berupa benjolan-benjolan atau cekungan-cekungan pada berkas bidang sadap lama sehingga
penyadapan berikutnya sulit dilakukan. Penularan penyakit ini terjadi melalui
penyebaran spora oleh hujan dan angin. Percikan air hujan di permukaan tanah pada pohon yang disadap rendah dapat mempercepat penularan.
6. Mouldy rot
Gejala: Mula-mula tampak selaput tipis berwarna putih pada bidang sadap di dekat
alur sadap. Selaput ini kemudian berkembang membentuk lapisan seperti beledu berwarna kelabu sejajar dengan alur sadap. Bila lapisan kelabu ini dikerok, akan
tampak bintik-bintik berwarna cokelat atau hitam. Serang ini akan meluas hingga ke kambium dan bagian kayu. Jika bagian yang sakit tampak membusuk dan berwarna
hitam kecokelatan, maka serangan ini sudah parah. Bekas serangan akan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap.
Penyebab: Penyebabnya adalah cendawan Ceratocystis fimbriata. Jamur ini memiliki
benang-benang hifa yang membentuk lapisan berwarna kelabu pada bagian yang terserang. Penularan penyakit ini melalui spora yang diterbangkan oleh angin , dapat
mencapai jarak yang jauh. Selain itu, penularannya bisa terjadi melalui pisau sadap yang dipakai menyadap pohon yang sakit.
7. Embun Tepung
Gejala: Daun muda berwarna hitam, lemas, keriput, dan seperti berlendir. Di bawah
permukaan daun terdapat bercak-bercak bundar berwarna putih seperti tepung halus yang terdiri dari benang-benang hifa dan spora jamur. Pada serangan lebih lanjut,
daun dan tangkainya akan gugur sehingga dipermukaan tanah banyak dijumpai daun- daun yang berguguran.
Penyebab: Penyebab penyakit embun tepung adalah jamur Oidium heveae sehingga
penyakit ini juga disebut penyakit oidium. Jamur ini memiliki benang-benang hifa
berwarna putih yang merupakan tempat menghasilkan spora. Penularan penyakit ini melalui spora yang diterbangkan oleh angin atau embun, dapat mencapai jarak yang
jauh.
8. Penyakit Daun Collectotrichum
Gejala: Daun muda tampak lemas berwarna hitam, keriput, bagian ujungnya mati dan
menggulung, dan akhirnya gugur. Daun tua tampak bercak cokelat atau hitam kemudian menjadi lubang, mengeriput, dan sebagian ujungnya mati. Pucuk, ranting,
dan buah menampakkan gejala seperti pada daun. Penyebab:
Penyebabnya adalah cendawan Colletorichum gloeosporoides. Sporanya banyak dihasilkan pada bercak-bercak daun dalam keadaan cuaca lembap atau hujan.
Benang-benang hifa jamur kurang jelas terlihat dengan mata telanjang. Penularan penyakit ini terjadi melalui spora yang diterbangkan oleh angin atau akibat hujan.
Penyebaran spora biasanya terjadi pada malam hari, pada saat cuaca lembap, atau
pada saat hujan. `
9. Penyakit Daun Phytophthora
Gejala: Gejala awal tampak pada buah yang berwarna hitam dan membusuk. Dari
buah, serangan akan menular hingga ke daun dan tangkainya sehingga dalam beberapa minggu kemudian daun dan tangkainya gugur. Daun yang gugur masih tetap berwarna
hijau, sepanjang tangkainya terdapat bercak-bercak berwarna hitam dan gumpalan lateks.
Penyebab: Penyebabnya adalah cendawan Phytophthora botriosa atau Phytophthora
palmivora. Cendawan ini membentuk banyak spora pada buah atau pucuk tanaman. Spora dapat bertahan hidup pada daun yang gugur atau dalam tanah. Penularan
penyakit ini melalui spora yang dibawa oleh air hujan atau angin dari buah atau bagian lain dari tanaman yang terserang.
10. Penyakit Akar Cokelat
Gejala: Jika akar tanaman yang sakit dibuka, terlihat permukaan akar-akar terutama
akar tunggangnya sangat kasar karena diliputi oleh kerak yang terdiri atas butir-butir tanah yang melekat sangat erat. Kayu dari akar yang sakit mula-mula berwarna
cokelat yang terdiri atas miselium jamur. Kayu busuk, kering, ringan, dan rapuh, sehingga dapat dihancurkan dengan jari. Di dalamnya terdapat selaput jamur yang
membentuk struktur seperti sarang lebah madu. Pada tingkat penyakit yang telah lanjut jamur membentuk benang-benang berwarna cokelat pada permukaan kayu di
bawah kulit akar.
Penyebab: Penyebab akar cokelat disebabkan oleh jamur yang disebut jamur akar cokelat,
dengan nama ilmiah Phellinus noxius Corner G.H Cunn., yang sampai sekarang masih banyak disebut sebagai Fomes noxius Corner.
11. Penyakit Leher Akar
Gejala: Penyakit terutama timbul pada leher akar dan pangkal batang. Kulit bagian
yang sakit sepanjang 0,5-1 m meneteskan lateks terus menerus, akhirnya mati dan mengelupas. Pada bagian yang sakit sering terbentuk banyak tubuh buah jamur. Kayu
akar yang sakit busuk dan kering, berwarna cokelat muda, lunak, dan mudah dihancurkan dengan jari.
Penyebab: Penyebab penyakit ini disebut jamur leher akar, atau Ustulina deusta Hoffm,
ex Fr. Lind, yang dahulu disebut juga sebagai U. Vulgaris Tull., U. Zonata Lev. Sacc., dan Sphaeria deusta Hoffm.
12. Penyakit Akar Berbau
Gejala: Akar yang sakit berwarna lembayung violet tua dan berbau asam mentega.
Bau yang tidak enak ini terjadi karena akar membusuk dalam lingkungan anaerob. Di antara kulit dan kayu terdapat rizomorf jamur seperti pita, mula-mula berwarna
cokelat kemerahan, kelak berwarna lembayung tua sampai hitam, dengan ujung berwarna putih.
Penyebab: Penyakit ini disebabkan oleh jamur akar berbau, dengan nama ilmiah
Sphaerostilbe repens B. et Br. Seperti yang sudah diuraikan pada gejala penyakit, jamur membentuk rizomorf di antara kulit dan kayu.
13. Penyakit Akar Hitam
Gejala: Pada akar-akar yang sakit terdapat benang-benang tipis, agak datar, hitam
suram, mengikuti arah panjang akar. Di sana-sini jamur mengadakan percabangan seperti jala. Jika telah lanjut, jamur membentuk selaput atau bercak-bercak hitam
suram.
Penyebab: Penyakit disebabkan oleh jamur Xylaria thwaitesii Cke. Jamur jarang
membentuk tubuh buah. Kalau dibentuk, tubuh buah terdapat pada tunggul-tunggul mati atau pada leher akar pohon yang sakit.
14. Busuk Helicobasidium
Gejala: Kulit yang terinfeksi membusuk, berwarna cokelat tua. Pembusukan dapat
menggelang pada pangkal batang. Jamur jarang masuk ke dalam kayu. Jamur penyebab penyakit ini mudah membentuk tubuh buah seperti bantal di sekeliling
pangkal batang, berwarna cokelat kemerahan sampai cokelat ungu. Dalam keadaan yang lembab berwarnanya lebih tua, yaitu cokelat tua sampai hitam.
Penyebab: Penyakit ini disebabkan oleh jamur Helicobasidium compactum Boedijn. Jika
tubuh buah dipotong, tampak bahwa tubuh buah terdiri atas hifa yang teranyam agak kendor lepas. Sering mempunyai lapisan tipis yang padat.
15. Brown Bast Kering Alur Sadap
Gejala: Gejala awal ditandai dengan tidak mengalirnya lateks dari sebagian alur sadap.
Beberapa minggu kemudian, seluruh alur sadap menjadi kering dan tidak mengeluarkan lateks. Bagian yang kering berubah warna menjadi cokelat karena pada
bagian ini terbentuk gum blendok. Kulit tampak pecah-pecah, dan pada batang terjadi pembengkakan atau tonjolan. Kekeringan kulit ini akan meluas hingga ke kulit
lain yang seumur.
Penyebab: Penyakit ini disebabkan karena penyadapan yang terlalu sering, apalagi jika
disertai dengan penggunaan bahan perangsang lateks ethephon ethrel. Tanaman yang tumbuhnya terlalu subur, yang bersal dari biji, dan yang sedang membentuk
daun baru sering terangsang penyakit ini.
16. Nekrosis Kulit
Gejala: Pada tingkat awal penyakit ini sukar dilihat, karena mulai berkembang di
jaringan kulit dalam. Jika diperhatikan pada permukaan kulit bartang terlihat adanya
bercak-bercak yang warnaya agak gelap. Jika bercak dikorek, terlihat bahwa kulit dalam mati setempat-setempat, dengan ukuran 2-5 cm.
Penyebab: Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium sp. Infek oleh Fusaruim terjadi
pada pohon-pohon yang lemah sebagai akibat interaksi antara sifat klon, sistem sadap, dan keadaan cuaca setempat.
17. Bercak Daun Dreschlera
Gejala: Gejala yang tampak pada penyakit ini adalah bercak-bercak bulat, bergaris
tengah 1-3 mm, dengan pusat yang tembus cahaya dan tepi cokelat sempit yang jelas. Pada daun muda tidak terjadi bercak daun dengan batas yang jelas. Tepi atau seluruh
permukaan daun menjadi hitam dan keriput.
Penyebab: Penyakit ini disebabkan oleh jamur Drechslera heveae Petch M.B.Ellis yang
sampai sekarang masih banyak dikenal dengan nama Helminthosporium heveae Petch.
BAB 3
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Analisis Sistem
Analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini terbagi dalam beberapa tahap yakni analisis sistem manual, analisis permasalahan dan analisis kebutuhan sistem pakar.
Berikut akan dijelaskan masing-masing analisis tersebut.
3.1.1 Analisis Sistem Manual
Untuk mendiagnosa suatu penyakit perlu diketahui terlebih dahulu gejala-gejala yang ditimbulkan. Dari gejala-gejala tersebut petani dapat menyimpulkan penyakit yang
diderita oleh tanaman. Tetapi ada kalanya diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyakit-penyakit lain yang diderita oleh tanaman karet.
3.1.2 Analisis Permasalahan
Untuk melakukan diagnosis penyakit tanaman karet diperlukan data gejala-gejala penyakit tanaman karet. Gejala-gejala penyakit tanaman karet dapat diketahui melalui
pemeriksaan fisik pada tanaman karet. Cara pemeriksaan lanjutan dapat menghasilkan diagnosis yang sangat akurat. Namun, cara ini sering diabaikan oleh masyarakat
Karen memerlukan biaya lebih. Selain itu, hasil diagnosis yang belum tentu benar, memebuat masyarakat enggan membuang uang untuk melakukan pemeriksaan
lanjutan ini. Untuk itu dalam penelitian ini, penulis akan membuat suatu sistem pakar yang
dapat mempresentasikan pengetahuan sistem pakar dalam mendiagnosis penyakit kulit dengan cara melihat gejal-gejala fisik pada tanaman karet. Serta memberikan
pengetahuan bagaimana cara menangani penyakit tanaman karet tersebut. Metode yang digunakan pada sistem untuk menelusuri gejala demi gejala hingga dicapainya
hasil diagnosis adalah metode forward chaining atau perunutan maju. Analisis masalah digambarkan dengan diagram Ishikawa Fishbone Diagram
pada gambar 3.1 berikut ini. Diagram Ishikawa merupakan diagram sebab akibat yang membantu mempermudah dalam membangun sebuah sistem. Bagian kepala atau
kotak yang berada di sisi kanan merupakan masalah utamanya, sedangkan di bagian tulangnya merupakan penyebab.
Gambar 3.1 Diagram Ishikawa Untuk Analisis Masalah
3.1.3 Analisis Persyaratan
Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam sebuah sistem pakar. Analisis fungsional sistem ada 2 yaitu;
1. Fungsional pada sistem
Yaitu fungsi-fungsi atau layanan untuk menunjang fungsionalitas dan utilitas sistem. Berikut ini merupakan functional sistem pada aplikasi sistem pakar.
a. Data berupa gejala-gejala yang ada pada tanaman dari hasil jawaban pertanyaan yang diberikan sistem.
b. Meminta menceklist gejala yang ada. c. Melakukan managemen sistem berupa proses tambah, edit, dan hapus untuk
gejala dan penyakit.
d. Data keluaran sistem berupa diagnosa kemungkinan penyakit
Kerugian diderita petani akibat penyakit tanaman
karet Metode
Mesin Manusia
Material Tidak ada sistem untuk
membantu mendiagnosis penyakit
Kurangnya pemanfaatan teknologi informasi
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit
tanaman karet Kurangnya rujukan
tentang penyakit tanaman karet
Kurangnya kersediaan tenaga ahli
2. Non-fungsional pada sistem
Merupakan fitur-fitur lain yang bukan fungsi atau layanan untuk menunjang fungsionalitas dan utilitas sistem. Berikut ini merupakan tabel non-funtional
sistem pada sistem pakar ini.
Tabel 3.1 Tabel Requirment pada sistem Parameter
Keterangan
Reliability Sistem ini dapat menentukan jenis penyakit tanaman
karet dan menampilkan hasilnya. Simplicity
Sistem ini merupakan aplikasi yang dapat diakses semua perangkat smartphone.
Response Time Waktu yang diperlukan user untuk memperoleh hasil
dari sistem tidak terlalu lama. User langsung mendapatkan hasilnya setelah menjawab semua
pertanyaan yang diberikan sistem. Security
Keamanan sistem ini cukup baik. User harus login untuk mengubah data diagnosis dan data gejala
penyakit. Efficiency
Dengan adanya sistem ini user tidak perlu lagi berkonsultasi ke pakar sehingga dapat menghemat
biaya dan waktu. Perfomance
Kinerja pada sistem ini sudah berjalan dengan baik, hal ini ditandai dengan uji coba yang dilakukan pada
sistem berjalan sesuai dengan hasil yang diinginkan.
3.2 Pemodelan Sistem
Pada subbab ini akan diuraikan tahap-tahap perancangan sistem pakar. Tahap-tahap perancangan tersebut antara lain perancangan antar muka pengguna, perancangan
mesin inferensi, perancangan representasi pengetahuan, dan perancangan basis data sistem pakar.
3.2.1 Perancangan Mesin Inferensi
Diagnosis adalah suatu proses untuk menentukan penyakit yang diderita pasien berdasarkan data-data yang diberikan oleh user. Mesin inferensi forward chaining
yang digunakan dalam sistem ini bertujuan untuk mendiagnosis suatu penyakit tanaman karet dan memberikan cara penanganannya berdasarkan gejala-gejala dan
nilai kepercayaan yang di-input oleh user. Penelusuran dengan forward chaining dapat dilihat pada flowchart di bawah ini:
Gambar 3.2 Flowchart Penelusuran Penyakit
Mulai Nama Gejala
For I = 1 to jumlah inputan gejala do
If nama penyakit=true and gejala=true then
Cari Solusi
Hasil
Ulang
Selesai Y
T
If solusi ditemukan then
Y T
T
Y
3.2.2 Perancangan Representasi Pengetahuan
Untuk mendukung penalaran dalam mendiagnosis penyakit tanaman karet, maka berikut adalah perancangan untuk mengkodekan pengetahuan yang diperoleh dari
pakar.
3.2.2.1 Data Dasar
Dalam sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit tanaman karet ini, pengguna diminta memasukkan beberapa data dasar sebagai acuan dalam operasional sistem.
Jenis data dasar yang diperlukan dalam sistem pakar ini adalah sebagai berikut: 1. Gejala, berisi data-data gejala yang menjadi dasar diagnosis suatu penyakit.
2. Penyakit tanaman karet, berisi data-data penyakit yang diderita oleh tanaman karet.
3.2.2.2 Aturan Diagnosis
Data-data dasar tersebut digunakan dalam operasional konsultasi dan sebagai bahan untuk mempresentasikan pengetahuan. Dalam sistem pakar ini, mempresentasikan
pengetahuan dengan menggunakan kaidah produksi. Aturan-aturan diagnosis berikut ini bersumber dari pakar yaitu, Pakar dalam
bidang penyakit tanaman karet yang, Sutiar, SP. Pakar akan memasukkan pengetahuan yang dimilikinya ke format yang telah disediakan. Dalam sistem ini telah
memiliki 17 aturan diagnosis, yang nantinya masih bisa ditambahkan oleh pakar. Seperti penyakit tanaman jamur akar putih yang bernilai 0.77, didapat berdasarkan
perhitungan nilai MB dan MD. Untuk nilai gejala nilai MB dan MD yaitu; a. Daun-daun pucat kuning dengan tepi ujungnya terlipat ke dalam
MB = 0.7, MD = 0.1 b. Daun-daun gugur
MB = 0.7, MD = 0 c. Ujung rantingny mati
MB = 0.7, MD = 0.1 d. Pada akar terdapat benang-benang jamur putih dan agak tebal
MB = 0.5, MD = 0.2 e. Akar tanaman membusuk, lunak, dan berwarna cokelat
MB = 0.2, MD = 0.1
Daftar aturan diagnosis pada sistem ini ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 3.2 Daftar Aturan Diagnosis No Aturan
1 JIKA Daun-daun pucat kuning dengan tepi ujungnya terlipat ke dalam
DAN Daun-daun gugur DAN Ujung rantingnya mati
DAN Pada akar terdapat benang-benang jamur putih dan agak tebal DAN Akar tanaman membusuk, lunak, dan berwarna cokelat
MAKA Penyakit Jamur Akar Putih, CF= 0.77
2
JIKA Warna daun pucat suram kemudian menguning DAN Daun-daun gugur
DAN Akar diselimuti benang-benang jamur berwarna merah muda sampai tua DAN Akar tanaman yang sakit membusuk dan berwarna jingga kehitamana
MAKA Penyakit Akar Merah, CF= 0.75
3 JIKA Pada pangkal atau bagian atas percabangan tampak benang-benang
berwarna putih seperti sutera DAN Mengeluarkan cairan lateks berwana cokelat kehitaman di permukaan
batang DAN Kulit tanaman membusuk, mengering, dan terkelupas
DAN Bagian kayu di bawah kulit menjadi rudak dan menghitam MAKA Jamur Upas, CF= 0.74
4 JIKA Kulit batang dikerok, kulit berwarna cokelat kemerahan dengan bercak-
bercak besar yang meluas ke samping, kambium, dan bagian kayu DAN Keluar cairan lateks berwarna cokelat kemerahan berbau busuk
DAN Kulit batang pecah dan terbuka MAKA Kanker Bercak, CF= 0.73
5 JIKA Adanya selaput tipis berwarna putih dan tidak begitu jelas menutupi alur
sadap DAN Bila dikerok atau diiris, di bawah kulit di atas irisan sadap akan tampak
garis-garis tegak berwarna cokelat atau hitam MAKA Kanker Garis, CF= 0.83
6 JIKA Tampak selaput tipis berwarna putih pada bidang sadap didekat alur
sadap DAN Terdapat lapisan seperti beledu berwarna sejajar alur sadap
DAN Bila dikerok, akan tampak bintik-bintik berwarna cokelat atau hitam DAN Bagian yang sakit tampak membusuk dan berwarna hitam kecoklatan
MAKA Mouldy Rot,CF= 0.74
7 JIKA Daun muda berwarna hitam, lemas, keriput dan seperti berlendir
DAN Dibawah permukaan daun terdapat bercak-bercak bundar berwarna putih seperti tepung halus yang terdiri dari benang-benang hifa dan spora jamur
DAN Daun dan tangkainya gugur sehingga dipermukaan tanah banyak dijumpai daun-daun berguguran
MAKA Embun Tepung, CF= 0.82
8 JIKA Daun muda tampak lemas berwarna hitam, keriput, bagian ujungnya mati
dan menggulung DAN Daun tua tampak bercak cokelat atau hitam kemudian menjadi lubang,
mengeriput, dan sebagian ujungnya mati. DAN Pucuk, ranting, dan buah menampakkan gejala seperti daun
MAKA Penyakit Daun Collectotrichum, CF= 0.73
9 JIKA Buah berwarna hitam dan membusuk
DAN Daun dan tangkainya gugur DAN Daun yang gugur masih berwarna hijau
DAN Sepanjang tangkai terdapat bercak-bercak berwarna hitam dan gumpalan lateks
MAKA Penyakit Daun Phytophthora,CF= 0.77
10 JIKA Akar tanaman dibuka terlihat pada permukaan akar-akar diliputi oleh
kerak yang terdiri atas butir-butir tanah yang melekat sangat erat DAN Kayu menjadi busuk, kering, ringan, dan rapuh
DAN Didalam kayu terdapat selaput jamur yang membentuk seperti sarang lebah
DAN Dipermukaan kayu dibawah permukaan kulit terdapat jamur yang membentuk seperti benang-benang berwarna cokelat
MAKA Penyakit Akar Cokelat, CF= 0.68
11 JIKA Pada leher akar dan pangkal batang meneteskan lateks terus menerus
DAN Pada leher akar dan pangkal batang terdapat banyak tubuh buah jamur DAN Kayu akar membusuk, mengering, dan berwarna cokelat muda
MAKA Penyakit Leher Akar, CF= 0.85
12 JIKA Akar berwarna ungu tua dan berbau asam
DAN Diantara kulit dan kayu terdapat rizomorf jamur seperti pita DAN Rizomorf jamur mula-mula berwarna cokelat kemerahan, kemudian
berwarna ungu tua sampai hitam, dengan ujung berwarna putih MAKA Penyakit Akar Berbau, CF= 0.83
13 JIKA Pada akar terdapat benang tipis, agak datar, hitam mengikuti arah panjang
akar DAN Terdapat jamur yang mengadakan percabangan seperti jala DAN
Terdapat jamur yang membentuk selaput atau bercak-bercak hitam MAKA Penyakit Akar Hitam, CF= 0.62
14 JIKA Kulit yang terinfeksi membusuk, berwarna cokelattua
DAN Terdapat pembususkan menggelang pada pangkal batang DAN Terdapat jamur yang membentuk tubuh buah di sekeliling pangkal batang
MAKA Busuk Helicobasidium, CF= 0.75
15 JIKA Tidak mengalirnya lateks dari sebagian alur sadap
DAN Seluruh alur sadap menjadi kering dan tidak mengeluarkan lateks DAN Kulit tampak pecah-pecah, dan pada batang terjadi pembengkakan atau
tonjolan MAKA Kering Alur Sadap, CF= 0.71
16 JIKA Pada permukaan kulit batang terlihat adanya bercak-bercak yang
warnanya agak gelap DAN Bila bercak dikorek, terlihat bahwa kulit dalam mati setempat-setempat
dengan ukuran 2-5cm MAKA Nekrosis Kulit, CF= 0.74
17 JIKA Pada daun terdapat bercak-bercak bulat, bergaris tengah 1-3mm, dengan
pusat tembus cahaya dan tepi berwarna cokelat DAN Tepi atau seluruh permukaan daun menjadi hitam dan keriput
MAKA Bercak Daun Dreshlera, CF= 0.79
3.2.3 Perancangan DFD Data Flow Diagram
Perancangan DFD dalam aplikasi system pakar ini menjelaskan aliran informasi dan transformasi data yang masuk maupun ke luar sistem baik darike user aplikasi
maupun darike admin pengontrol sistem. Perancangan DFD pada sistem ini dimulai dari diagram konteks DFD Level 0, dilanjutkan dengan DFD level 1, hingga DFD
level 2. Berikut penjelasan selengkapnya. Berikut adalah rancangan DFD Level 0 Diagram Konteks system pakar
untuk mendiagnosis penyakit tanaman karet.
Gambar 3.3 DFD Level 0 Diagram Konteks
Pada DFD Level 0 ini, pengguna konsultasi dengan memberikan input kepada sistem pakar berupa gejala-gejala penyakit tanaman karet, kemudian sistem akan memproses
masukan pengguna. Sistem pakar akan memberikan output berupa data hasil diagnosis. Pada diagram ini juga digambarkan admin member masukan berupa data
login dan system akan memberikan daftar data dasar dan daftar aturan. Admin juga dapat meng-update basis pengetahuan. Berikut adalah tabel DFD level 0.
Tabel 3.3 Spesifikasi DFD Level 0 Nama
Input Keterangan Proses
Output
P0 Gejala
Sistem pakar akan memproses gejala-gejala yang di-input-kan
oleh user dan akan menghasilkan berupa data hasil diagnosis dan
fasilitas cara penanganannya. Hasil Diagnosis
Berikut adalah DFD level 1 setelah membuat DFD level 0. DFD level 1 adalah diagram yang terdiri dari suatu proses yang menggambarkan ruang lingkup sistem
P0 Sistem
Admin Pengguna
data admin data lapor
data hasil diagnosis
konsultasi
secara lebih luas dan terperinci pengembangannya dari pada DFD level 0. Berikut
adalah DFD level 1 dari aplikasi ini.
Gambar 3.4 DFD Level 1
Pada DFD level 1 ini, merupakan pengembangan dari DFD Level 0. Pada P1, user dapat melakukan konsultasi penyakit tanaman karet dan mendapatkan hasil diagnosa.
Pada P2, pengguna sistem dapat memasukkan data hak askses untuk dapat melakukan akuisisi pengetahuan dan dapat meng-update data dasar. Pada data dasar terdapat
informasi berupa data-data gejala yang menjadi dasar diagnosis suatu penyakit dan
Daftar Hak Akses
Dt_update1 User
P1 Analisis
Diagnosis
Admin P2
Login
P3 Data
P4 Akuisisi
Pengetahuan Konsultasi
Hasil Diagnosis
Hak Akses
Data Dasar Daftar Data Dasar
Aturan Diagnosis
Daftar Aturan Diagnosis Tabel Data
Tabel Aturan Diagnosis
Dt_update2 Dt_update1
Dt_update2
berisi data-data penyakit tanaman karet. Pada P3, pengguna merupakan sebagai admin yang dapat meng-update data dasar dan pada P4, pengguna juga sebagai admin dapat
melakukan akuisisi pengetahuan pada sistem. Berikut tabel spesifikasi DFD Level 1.
Tabel 3.4 Spesifikasi DFD Level 1 Nama
Input Ket. Proses
Output P1
Data fakta dan gejala Proses ini user memasukkan fakta dan
gejala yang ditemukan di lapangan Hasil
diagnosis
P2 Konfirmasi Login
Proses dimana user dapat berperan sebagai admin dengan memasukkan
hak akses Data login
P3
Update Data Dasar Proses ini admin meng-update data
dasar ke database Update data
P4 Akuisisi Pengetahuan
Proses ini admin meng-update data aturan aturan diagnosis
Update data
Berikutnya adalah DFD level 2, yang merupakan diagram yang terdiri dari suatu proses yang menggambarkan ruang lingkup proses secara lebih terperinci dan
merupakan pengembangan dari DFD level 1. Berikut merupakan gambaran DFD level 2 pada aplikasi ini.
Gambar 3.5 DFD Level 2 Proses Analisis Diagnosis
user
P1 Pilih
P1.1 Konsultasi
ki
P1.3 Daftar
P1.4 Tampil
Konsultasi dt_pilih1
dt_pilih2 dt_KP
dt_DP tabel_penyakit
tabel_pertanyaan
Hsl_diagnosi
Gambar 3.6 DFD Level 2 Update Informasi Data Dasar
Gambar 3.7 DFD Level 2 Update Akuisis Pengetahuan
3.2.4 Perancangan ERD Entity Relation Diagram
Entity Relation Diagram ERD adalah pemodelan data utama dan akan membantu mengorganisasikan data dalam suatu proyek ke dalam entitas-entitas dan menentukan
hubungan antar entitas. Model struktur data dan hubungan antar data pada sistem ini dapat dilihat pada Gambar 3.8 dibawah ini:
P2 Data
dasar P2.1
Edit
Data dasar P2.2
Tambah
P2.3 Hapus
Tabel _data dasar
P3 Akuisisi
P3.1 Edit
Akuisisi P3.2
Tambah P3.3
Hapus Tabel _akuisisi
pengetahuan
Gambar 3.8 Entity Relation Diagram ERD Sistem
3.2.5 Kamus Data
Kamus data berfungsi untuk menjelaskan data yang dipakai untuk fase implementasi. Kamus data digunakan didalam sistem ini terdiri dari kamus data:
1. Kamus Data Admin
Kamus data ini diperoleh dari istilah-istilah di tabel pengguna yang akan diuraikan pada tabel berikut:
Memiliki Penyakit
IdPenyakit NamaPenyakit
Gejala NamaGejala
IdGejala 1
n
Rule Penyakit
Aturan Penyakit IdPenyakit
IdKaidah
NilaiMD NilaiMB
NilaiMD
NilaiMD NilaiMD
NilaiMD NilaiMD
Admin
Sandi IdAdmin
Mengakses n
n 1
Tabel 3.5 Kamus Data Pengguna No
Field Type
Keterangan 1
IdAdmin Int6
Merupakan Id admin
2 Sandi
Varchar15 Kata sandi untuk login ke sistem
2. Kamus Data Gejala
Kamus data ini diperoleh dari istilah-istilah di tabel gejala yang akan diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 3.6 Kamus Data Gejala No
Field Type
Keterangan 1
IdGejala Int6
Kode untuk menentukan gejala
2 NamaGejala
Varchar50 Nama gejala penyakit
3. Kamus Data Penyakit
Kamus data ini diperoleh dari istilah-istilah di tabel gejala yang akan diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 3.7 Kamus Data Penyakit No
Field Type
Keterangan 1
IdPenyakit Int6
Kode untuk penyakit
2
NamaPenyakit Varchar30 Nama penyakit
4. Kamus Data Rule Penyakit
Kamus data ini diperoleh dari istilah-istilah di tabel data rule penyakit yang akan diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 3.8 Kamus Data Kaidah No
Field Type
Keterangan 1
IdKaidah Int6
Kode untuk aturan penyakit
2 NilaiMB
Float Nilai MB dari masing-masing penyakit
3 NilaiMD
Float Nilai MD dari masing-masing penyakit
4 IdPenyakit
Int6 Kode untuk penyakit
5. Kamus Data Aturan Penyakit
Kamus data ini diperoleh dari istilah-istilah di tabel detail rule penyakit yang akan diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 3.9 Kamus Data Aturan Penyakit No
Field Type
Keterangan 1
IdAturan Int6
Kode untuk aturan penyakit
2 IdGejala
Int6 Kode untuk gejala
3
IdPenyakit Int6
Kode untuk penyakit
4 MB
Float Nilai MB
5 MD
Float Nilai MD
3.2.6 UML Unified Modelling Language
UML Unified Modelling Language merupakan bahasa visual untuk pemodelan dan komunikasi mengenai sebuah sistem dengan menggunakan diagram dan teks-teks
pendukung. UML juga merupakan standardisasi bahasa pemodelan untuk pembangunan perangkat lunak yang dibangun dengan menggunakan teknik
pemrograman berorientasi objek. Berikut merupakan diagram-diagram yang digunakan dalam memodelkan sistem.
3.2.6.1 Use Case Diagram
Use case diagram merupakan abstraksi dari interaksi antara sistem dan actor. Use case bekerja dengan cara mendeskripsikan tipe interaksi antara user sebuah sistem dengan
sistemny sendiri melalui sebuah cerita bagaimana sebuah sistem dipakai. Use case merupakan konstruksi untuk sistem akan terlihat di mata user. Sedangkan use case
diagram memfasilitasi komunikasi diantara analis dan pengguna serta antara analis dan client. Use case diagram yang mempresentasikan sistem dalam skripsi ini
ditunjukkan pada Gambar 3.9:
Gambar 3.9 Use Case Diagram
Pada diagram use case di atas terdapat dua aktor yaitu User dan Admin. Aktor user dapat melakukan konsultasi pada sistem pakar dan juga dapat melihat data seperti data
gejala dan data penyakit. Sedang aktor admin dapat mengakses login pada sistem pakar dan dapat meng-edit data pada sistem dengan mengakses Akuisisi Pengetahuan
pada sistem pakar, dan juga aktor admin dapat me-logout dari menu akuisisi pengetahuan.
3.2.6.2 Activity Diagram
Activity diagram adalah diagram yang menunjukkan aliran aktivitas yang satu ke aktivitas yang lain dalam sebuah sistem. Activiy diagram untuk skripsi ini
direpresentasikan dalam Gambar 3.5 di bawah ini:
Sistem Pakar Penyakit Tanaman Karet
Login Cek Login
Admin include
Akuisisi Pengetahuan
Logout Konsultasi
Lihat Data Hasil
Diagnosis
Data Gejala
Data Penyakit User
extends
extends extends
User Pakar
Database
Gambar 3.10 Activity Diagram
Login ke sistem pakar
Menyediakan data login, data penyakit,
dana data gejala Menampilkan dan meng-
edit Data Akuisisi Pengetahuan
Menampilkan Data penyakit dan gejala
Mendapatkan hasil konsultasi
Konsultasi Penyakit
Mendapatkan hasil konsultasi
Menutup aplikasi sistem pakar
3.2.6.3 Sequence Diagram
Sequence diagram menjelaskan secara detail urutan proses yang dilakukan dalam system untuk mencapai tujuan dari use case. Interaksi yang terjadi antar class, operasi
apa saja yang terlibat, urutan anter operasi, dan informasi yang diperlukan oleh masing-masing operasi. Banyaknya diagram sekuen yang harus digambar dipengaruhi
oleh banyaknya use case yang didefinisikan. Semakin banyak use case yang didefinisikan maka diagram sekuen juga akan semakin banyak. Berikut merupakan
diagram sekuen dari aplikasi system pakar yang direpresentasikan dalam gambar di bawah ini:
User Form_Konsultasi
on_form_konsultasi Proses_load_konsultasi
get_data Gejala
get_data Proses_hitung
hitung_nilai Penyakit
get_data form_kesimpulan
display_data Display Kesimpulan
Gambar 3.11 Diagram Sequence User
Admin Form_login
database_admin proses_validasi
input_password
cek_password cek_validasi
display_login
Gambar 3.12 Diagram Sequence Login
Admin form_akuisisi_pengetahuan
proses_update gejala
penyakit nilai_CF
on form akuisisi get_data
set_data set_data
set_data display confirm update
display confirm update display confirm update
Gambar 3.13 Diagram Sequence Akuisisi Pengetahuan
3.3 Perancangan Antar Muka Interface
User interface merupakan bagian dari sistem pakar yang digunakan media atau alat komunikasi anatar user dan sistem. Pada user interface ini dibedakan menjadi 3 user:
a. User Admin adalah user yang menggunakan sistem pakar ini yang menentukan hak akses pada aplikasi sistem pakar ini.
b. User Pakar adalah user yang bertugas untuk melakukan proses perubahan, penambahan, dan perawatan data dan melakukan akuisisi pada sistem pakar
jika di perlukan. c. User Umum adalah user yang menggunakan sistem pakar ini untuk mencari
informasi dari gangguan-gangguan yang dialami atau sekedar mencari informasi jenis-jenis penyakit tanaman karet.
Berikut ini merupakan struktur interface pada sistema yang akan dibuat.
Gambar 3.14 Struktur Aplikasi Sistem Pakar
1. Halaman Awal Halaman ini merupakan form yang pertama sekali muncul dan halaman ini
berfungsi sebagai halaman pembuka yang berisikan menu Masuk dan Keluar Program seperti pada Gambar 3.16
Halaman Utama Si
k
Login Menu Admin
Menu Pakar
File
Keluar Data
Data Gejala penyakit
Menu Pengguna
Akuisisi
Aturan diagnosis
File
Keluar Konsultasi
Gambar 3.15 Form Awal
2. Halaman Utama Halaman ini merupakan tampilan utama dari aplikasi sistem pakar setelah
pengguna memilih menu Masuk. Pada halaman ini terdapat menu-menu yaitu; menu Konsultasi, menu Penyakit Tanaman Karet, dan Menu Akuisisi
Pengetahuan. Menu Penyakit Tanaman Karet mempunyai 3 sub menu yaitu menu Penyakit Karet, menu Gejala Penyakit Tanaman Karet, dan Menu Penanggulangan
seperti pada Gambar 3.17
Sistem Pakar Penyakit Tanaman Karet
Gambar
Masuk
Sistem Pakar Penyakit Tanaman Karet
Gambar 3.16 Halaman Utama
Konsultasi
Penyakit Tanaman Karet
Akuisisi Pengetahuan
3. Halaman Akuisisi Pengetahuan Halaman ini berfungsi untuk memasukkan semura aturan yang menjadi penentu
kemungkinan penyakit yang diderita pasien. Akuisisi aturan diagnosis ini berisi daftar semua aturan untuk melakukan diagnosis yaitu berisi data gejala, penyakit
serta nilai kepercayaannya.
Gambar 3.17 Halaman Akuisisi Pengetahuan
4. Halaman Konsultasi Halaman ini merupakan halaman pengguna memasukkan gejala-gejala yang
diderita oleh tanaman karet. Pada halaman konsultasi ini pengguna menceklist gejala yang ada pada halaman ini kemudian dengan mengklik tombol submit maka
akan langsung didapatkan hasil dari analisa penyakit yang diderita.
Sistem Pakar Penyakit Tanaman Karet
Edit Penyakit Edit Gejala
Edit Basis Pengetahuan
Gambar 3.18 Halaman Konsultasi
Sistem Pakar Penyakit Tanaman Karet
Gejala 1
Gejala 2
Gejala 3
BAB 4
IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
4.1 Implementasi