Keluarbiasaan Bangunan Menara Al-Husna

98 Husna yang mengadopsi tipologi menara dari budaya masjid di Jawa yaitu pada Menara Kudus dan Menara pada Masjid terdahulu. Hal tersebut sesuai yang Yulianto Sumalyo, 2000:8, menara cenderung menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masjid. lampiran konsep MAJT

3. Keluarbiasaan Bangunan

Kriteria keluarbiasaan superlative, merupakan kriteria bagi bangunan yang paling menonjol, besar, tinggi, dan sebagainya. Hal tersebut dapat memberi kesan pada suatu citra wisata Catanese dalam Pontoh, 1992 : 32 . Teori menurut Foster 1985:5 , Citra wisata adalah gambaran yang diperoleh wisatawan dari berbagai kesan, pengalaman, dan kenangan yang didapat sebelum, ketika dan sesudah mengunjungi objek wisata. Berdasarkan hasil penelitian dari 80 responden terhadap kemenarikan dari keluarbiasaan bangunan Menara Al-Husna diperoleh rata-rata persentase sebanyak 69. Hasil perolehan rata-rata tersebut didapatkan berdasarkan rincian hasil penelitian seperti pada diagram Gambar 4.31. Gambar 4.31 Diagram Lingkaran Keluarbiasaan Bangunan Pada Menara Al-Husna Sumber: Data Penelitian, 2013 Berdasarkan hasil penelitian dari 80 responden terhadap keluarbiasaan bangunan dari Menara Al-Husna diperoleh data berikut: 5 responden 6 menjawab sangat setuju, 39 responden 49 menjawab setuju, 25 responden 6 49 31 10 4 Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju 99 31 menjawab ragu-ragu, 8 responden 10 menjawab tidak setuju, dan 3 responden 4 menjawab sangat tidak setuju. Sehingga analisis distribusi frekuensi persentase dari pernyataan bahwa Menara Al-Husna bangunan paling menonjol, besar dan tinggi dari Masjid Agung Jawa Tengah sebesar 69 dalam kriteria setuju. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan dalam tabel Tabel 4.18 mengenai variabel minat pengunjung dengan indikator kemenarikan keluarbisaan pada Menara Al-Husna. Tabel 4.18 Distribusi Keluarbiasaan Bangunan Pada Menara Al-Husna Interval kelas presentase kriteria Jumlah orang Persentase Rata-rata 100 ≥ persen 84 Sangat setuju 5 6 69 84 ≥ persen 68 Setuju 39 49 68 ≥ persen 52 Ragu-ragu 25 31 52 ≥ persen 36 Tidak setuju 8 10 36 ≥ persen ≥ 20 Sangat tidak setuju 3 4 Jumlah 80 100 Setuju Sumber: Data Penelitian, 2013 Pada analisis mengenai kemenarikan keluarbiasaan bangunan Menara Al- Husna berdasarkan kriteria keluarbiasaan menurut Catanese dalam Pontoh, 1992:32 dan mengacu pada teori menurut Foster 1985:5, bahwa kondisi fisik menara tersebut dibuat oleh Ir.Ahmad Fanani setinggi 99 meter. Hal ini ditunjukkan agar bangunan menara mempunyai sebuah citra wisata yang memberi kesan menjadi bangunan yang tinggi dan jumlahnya sedikit di Kota Semarang sesuai dengan teori menurut foster. Dibangunnya menara tersebut setinggi 99 meter yang berfungsi sebagai menara pandang. Sehingga ketika orang dipuncak menara dapat melihat Kota Semarang hampir keseluruhannya. Sedangkan hasil 100 penilaian responden mengenai keluarbiasaan bangunan Menara Al-Husna dilihat berdasarkan kriteria keluarbiasaan, dengan rata-rata 69 responden menyatakan bahwa Menara Al-Husna sudah termasuk dalam kriteria keluarbiasaan bangunan. Maka dapat disimpulkan bahwa keluarbiasaan pada bangunan Menara Al-Husna bisa dikatakan menarik.

4. Sejarah Bangunan