Refleksi Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I

Diagram 4.5. Hasil Belajar Siswa pada Tes Awal 1 dan Siklus I Berdasarkan diagram 4.5, menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari sebelum dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dan yang sudah diterapkan. Peningkatan tersebut ditunjukkan pada rata-rata nilai tes awal 1 yaitu 62,14 meningkat menjadi 77,32.

4.1.1.3 Refleksi

Berdasarkan hasil dari pelaksanaan pembelajaran siklus I yang meliputi pertemuan 1 dan 2, sudah menunjukkan keberhasilan pada performansi guru. Pada aktivitas dan hasil belajar siswa, belum mencapai indikator keberhasilan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa sebagai berikut: 4.1.1.3.1 Pertemuan 1 1 Performansi Guru Hasil penilaian performansi guru diperoleh dari perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Dari hasil pengamatan oleh pengamatan atau rekan sejawat guru, nilai APKG 1 pada pertemuan 1 mencapai 86,38 dengan kriteria A dan nilai APKG 2 mencapai 82,50 dengan kriteria AB. Nilai akhir performansi guru yaitu 83,79 dengan kriteria AB. Nilai akhir performansi guru sudah melebihi nilai minimal yang ditentukan yaitu 71. Meskipun performansi guru telah melebihi nilai minimal yaitu 71, tetapi masih terdapat aspek yang dinilai masih kurang pada APKG 2 siklus I pertemuan 1. Kekurangan pada APKG 2 yaitu pada aspek melaksanakan kegiatan pembelajaran. 2 Aktivitas Belajar Siswa Pada pertemuan 1, kehadiran siswa mencapai 93,75. Kehadiran siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 75. Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran, persentase aktivitas belajar siswa pada pertemuan 1 mencapai 69,64 dengan kriteria tinggi. Keterlibatan siswa dalam model pembelajaran kooperatif teknik make a match belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75. Hal ini disebabkan, karena terjadi kekurangan selama proses pembelajaran. Kekurangan tersebut yaitu pada aspek keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan. Aspek tersebut hanya memperoleh persentase rata-rata 62,50 dengan kriteria tinggi. Hal ini dikarenakan siswa merasa malu dan takut untuk bertanya kepada guru dalam proses pembelajaran . 3 Hasil Tes Awal Siswa Selain hasil pengamatan terhadap performansi guru dan aktivitas belajar, juga diperoleh hasil tes awal 1. Perolehan hasil tes awal 1 menunjukkan rata-rata nilai 62,14 dan persentase tuntas belajar klasikal mencapai 46,43. Siswa sudah mencapai nilai 67 sebanyak 13 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 15 siswa. Persentase tuntas belajar klasikal belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 75. Kekurangan dari hasil tes awal 1 disebabkan oleh beberapa faktor. Kekurangan tersebut antara lain sebagai berikut: siswa belum mempersiapkan dan mempelajari materi yang akan diberikan oleh guru, sehingga siswa kurang menguasai materi tersebut. 4 Keterhubungan Antara Aktivitas Belajar Siswa dan Hasil Tes Awal 1 Keterhubungan aktivitas belajar siswa dan hasil tes awal 1 yaitu ranah kognitif lebih rendah persentasenya daripada ranah afektif dan psikomotor. Ranah kognitif tes awal 1 hanya memperoleh persentase tuntas belajar klasikal 46,43, sedangkan ranah afektif dan psikomotor pada aktivitas belajar siswa memperoleh persentase 69,64 atau dengan kriteria tinggi. Hal tersebut karena materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia murni belum diberikan oleh guru pada siswa. Sedangkan aktivitas belajar siswa lebih tinggi dari hasil tes awal 1 karena proses pembelajaran menerapkan model pembelajaran teknik make a match yang menarik dengan media dan permainan. 4.1.1.3.2 Pertemuan 2 1 Performansi Guru Dari hasil pengamatan performansi guru, diperoleh nilai APKG 1 yaitu 88,46 dengan kriteria A dan nilai APKG 2 yaitu 86,68 dengan kriteria A. Nilai akhir performansi guru yaitu 87,27 dengan kriteria nilai A. Nilai akhir performansi guru sudah melebihi nilai minimal yang telah ditentukan yaitu 71. Meskipun performansi guru telah melebihi nilai minimal yaitu 71, tetapi masih terdapat beberapa aspek yang dinilai masih kurang dan perlu ditingkatkan lagi pada aspek APKG 2. Kekurangan pada APKG 2 yaitu pada aspek melaksanakan kegiatan pembelajaran, khususnya pada sub aspek mengelola alokasi waktu pembelajaran. 2 Aktivitas Belajar Siswa Pada pertemuan 2, kehadiran siswa mencapai 100. Kehadiran siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 75. Persentase aktivitas belajar siswa pada pertemuan 2 mencapai 77,50 dengan kriteria sangat tinggi. Persentase rata-rata siklus I pada aktivitas belajar siswa yaitu 73,57 dengan kriteria tinggi. Persentase rata-rata aktivitas belajar atau keterlibatan siswa dalam model pembelajaran kooperatif teknik make a match siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 75. Ketelibatan siswa dalam proses pembelajaran belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, sehingga perlu adanya perbaikan pada proses pembelajaran. Kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran yaitu keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan karena hanya memperoleh persentase rata-rata 67,86 dengan kriteria tinggi. Dalam proses pembelajaran, masih sedikit siswa yang berani bertanya karena siswa merasa malu dan takut untuk bertanya dalam proses pembelajaran. 3 Hasil Belajar Siswa Selain hasil pengamatan terhadap performansi guru dan aktivitas belajar siswa, dalam penelitian ini juga memperoleh hasil belajar siswa yaitu pada tes formatif siklus I. Perolehan hasil belajar siswa pada tes formatif I menunjukkan rata-rata nilai kelas 77,32 dan persentase tuntas belajar klasikal mencapai 64,29. Siswa yang sudah tuntas atau mencapai nilai 67 sebanyak 18 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 10 siswa. Rata-rata nilai kelas pada tes formatif I sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 67. Persentase tuntas belajar klasikal belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 75. Selisih rata- rata nilai tes awal 1 dan tes formatif siklus I yaitu 15,18. Kekurangan yang terjadi pada hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu sebagian siswa belum memahami materi dengan baik dan siswa kurang konsentrasi dalam mengerjakan soal-soal tes formatif 1 yang diberikan dari guru. 4 Keterhubungan Antara Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Keterhubungan aktivitas dan hasil belajar siswa yaitu ranah kognitif lebih rendah daripada ranah afektif dan psikomotor. Ranah kognitif pada tes formatif I memperoleh persentase tuntas belajar klasikalnya sebesar 64,29, sedangkan ranah afektif dan psikomotor pada aktivitas belajar siswa memperoleh persentase sebesar 77,50 dengan kriteria sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia kurang dipahami siswa. Siswa juga kesulitan dalam mengingat kronologi peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia. Hasil belajar siswa tersebut menjadi kurang optimal. Sedangkan aktivitas belajar siswa lebih tinggi dari hasil belajar siswa, dikarenakan proses pembelajaran menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match yang dapat menciptakan suasana belajar menjadi menyenangkan. Kesimpulan refleksi siklus I yaitu ranah kognitif masih lebih rendah daripada ranah afektif dan psikomotor, baik pada pertemuan 1 dan 2. Dikarenakan pada ranah kognitif, siswa kurang memahami materi pembelajaran dengan baik. Sedangkan pada ranah afektif dan psikomotor yaitu pada aktivitas belajar siswa lebih tinggi, karena siswa cenderung lebih senang adanya penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Hasil dari performansi guru dari pertemuan 1 dan 2 semakin meningkat nilai akhir yang diperoleh guru, baik perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

4.1.1.4 Revisi

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make A match terhadap pemahaman konsep matematika siswa

4 18 201

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap Prestasi Belajar Sosiologi dalam Pokok Bahasan Pengendalian Sosial

0 26 151

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Peningkatan Pembelajaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui Model Tari Bambu pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Randugunting 5 Kota Tegal

0 24 280

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL ARTIKULASI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 2 SOMAWANGI BANJARNEGARA

0 17 244

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SANDEN.

0 2 250

this PDF file Peningkatan Pemahaman Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Melalui Model Pembelajaran Make A Match pada Siswa Sekolah Dasar | Sadiman | Jurnal Didaktika Dwija Indria (SOLO) 1 PB

0 0 6

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DENGAN MEGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH IPS SEKOLAH DASAR

0 0 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SEMESTER II MIN SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test Repository

0 0 136

PENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

0 1 18