PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL ARTIKULASI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 2 SOMAWANGI BANJARNEGARA

(1)

PENINGKATAN PEMBELAJARAN

MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

MELALUI MODEL ARTIKULASI

PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 2

SOMAWANGI BANJARNEGARA

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh Reni Lisnawan

1401411136

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa isi skripsi benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau keseluruhannya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.


(3)

(4)

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

1. Hidup itu sulit, tapi sangat menyenangkan, nikmatilah. (Mario Teguh) 2. Tidak ada yang mudah, tapi tidak ada yang tidak mungkin. (Napoleon)

3. Segala sesuatu berasal dari Allah SWT, maka memintalah kepada-Nya. (Yahya)

4. Tegas kepada diri sendiri, buang pikiran negatif dan lakukan yang terbaik. (Penulis)

Persembahan

Untuk kedua orang tua Ibu Wuryani dan Bapak Yahyaserta adikku Yoga Subagya yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan doa.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Pembelajaran Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui Model Artikulasi pada Siswa Kelas V Sekolah Negeri 2 Somawangi Banjarnegara”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Semarang.

Pelaksanakan kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini, banyak bimbingan, dukungan, pengarahan, dan bantuan yang peneliti dapatkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk belajar di Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd.,Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Dra. Hartati, M.Pd.,Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan UniversitasNegeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi ini.

4. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd.,Koordinator PGSD UPP Tegal yang telah memfasilitasi penelitian.


(7)

vii

5. Dra. Umi Setijowati, M.Pd.,Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan motivasi kepada peneliti dalam penyusunan skripsi.

6. Dosen PGSD UPP Tegal yang telah banyak membekali peneliti dengan ilmu pengetahuan.

7. Kepala Kesbangpol dan BAPPEDA Kabupaten Banjarnegara yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Banjarnegara yang telah memberikan ijin kepada peneliti.

9. Baedowi, S.Pd.I Kepala Sekolah Dasar Negeri 2 Somawangi yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

10. Etikawati, S.Pd.,M.Pd guru kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Somawangi yang telah bersedia menjadi kolaborator dalam penelitian.

Semoga skripsi ini bermanfaat dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan bermanfaat bagi pembaca pada khususnya.

Tegal,29 Mei 2015


(8)

viii

ABSTRAK

Lisnawan, Reni. 2015. Peningkatan Pembelajaran Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui Model Artikulasi pada Siswa Kelas V

Sekolah Dasar Negeri 2 Somawangi Banjarnegara. Skripsi, Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Dra. Umi Setijowati, M.Pd.

Kata Kunci : aktivitas belajar, hasil belajar, model artikulasi, performansi guru. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena melalui pendidikan manusia akan memperoleh pengalaman yang bermanfaat. Pendidikan juga dapat mengembangkan potensi-potensi serta keterampilan -keterampilan yang dimiliki setiap individu untuk menghadapi perubahan jaman yang semakin berkembang, sehingga setiap manusia berhak memperoleh pendidikan. Dalam dunia pendidikan diperlukan pembelajaran. Pembelajaran yang efektif harus disesuaikan dengan kurikulum, karakteristik siswa, dan model pembelajaran. Model pembelajaran dapat membantu siswa mengatasi kesulitan belajar. Kesulitan memahami materi dirasakan oleh siswa kelas V SD Negeri 2 Somawangi pada mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 Januari 2015 dengan guru kelas V SD Negeri 2 Somawangi, diketahui bahwa rata-rata nilai kelas yang mampu dicapai siswa pada tahun 2013/2014 semester genap sebesar 64. Dari 25 siswa terdapat 17 siswa yang nilainya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (68%) dan sisanya 8 siswa sudah mencapai KKM (32%). Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa, aktivitas belajar siswa, dan performansi guru menggunakan model pembelajaran artikulasi.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklusdan masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan.. Objek yang diteliti adalah guru dan siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Somawangi Banjarnegara yang berjumlah 28 siswa. Data diperoleh melalui teknik tes dan non tes.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh peningkatan hasil belajar, aktivitas belajar, dan performansi guru dari siklus I ke Siklus II. Pada siklus I terdapat 14 dari 25 siswa yang tuntas belajar. Persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 56% dengan rata-rata nilai sebesar 71,6, aktivitas belajar siswa sebesar 73,10%, dan nilai performansi guru yakni 73. Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa yaitu dari 28 terdapat 24 siswa yang tuntas belajar. Persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 85,71% dengan rata-rata nilai80,53, aktivitas belajar siswa sebesar 82,71% dan nilai performansi guru sebesar 93,67 dengan kriteria sangat baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran artikulasi dapat meningkatkan aktivitas belajar, hasil belajar, dan performansi guru kelas V di Sekolah Dasar Negeri 2 Somawangi Banjarnegara. Disarankan kepada guru agar menggunakan model artikulasi untuk meningkatkan pembelajaran di kelas.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umun ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Manfaat Bagi Guru ... 7

1.4.2 Manfaat Bagi Siswa ... 7

1.4.3 Manfaat Bagi Sekolah ... 7

1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti ... 7

2 KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Landasan Teori ... 8

2.1.1 Pengertian Pendidikan ... 8

2.1.2 Pengertian Belajar ... 9

2.1.3 Pembelajaran ... 10

2.1.4 Aktivitas Belajar ... 11

2.1.5 Hasil Belajar ... 12

2.1.6 Performansi Guru ... 13

2.1.7 Karakteristik Siswa SD ... 14

2.1.8 Pembelajaran IPS ... 16


(10)

x

2.1.10 Model Pembelajaran Kooperatif ... 22

2.1.11 Model Pembelajaran Artikulasi ... 23

2.1.12 Penerapan Model Artikulasi pada Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ... 25

2.2 Kajian Empiris ... 26

2.3 Kerangka Berpikir ... 29

2.4 Hipotesis Tindakan ... 30

3 METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Subyek Penelitian... 31

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Faktor yang Diselidiki ... 31

3.4 Prosedur/Langkah-langkah PTK ... 32

3.4.1 Rencana Tindakan ... 32

3.4.2 Pelaksanaan Tindakan ... 33

3.4.3 Pengamatan ... 33

3.4.4 Refleksi ... 33

3.5 Siklus Penelitian ... 34

3.5.1 Siklus I ... 35

3.5.2 Siklus II ... 37

3.6 Data dan Cara Pengumpulan Data ... 39

3.6.1 Sumber Data ... 39

3.6.2 Jenis Data ... 40

3.6.3 Teknik Pengambilan Data ... 41

3.7 Teknik Analisis Data ... 50

3.7.1 Aktivitas Belajar Siswa ... 51

3.7.2 Data Hasil Belajar Siswa ... 51

3.8 Indokator Keberhasilan ... 54

3.8.1 Performansi Guru dalam Pembelajaran ... 54

3.8.2 Aktivitas Belajar Siswa ... 54

3.8.3 Hasil Belajar Siswa ... 54


(11)

xi

4.1 Hasil Penelitian ... 56

4.1.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Siklus I ... 56

4.1.2 Deskripsi Data Pelaksanaan Siklus II ... 62

4.2 Pembahasan ... 68

4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian ... 68

4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 69

5 PENUTUP... 72

5.1 Simpulan ... 72

5.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Rekapitulasi Uji Validitas Soal ... 43

3.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 44

3.3 Hasil Pengujian Taraf Kesukaran ... 46

3.4 Hasil Pengujian Daya Pembeda Soal ... 48

3.5 Skor Butir Soal pada Skala Likert ... 50

3.6 Kriteria Keaktifan Siswa... 51

3.7 Kriteria Keberhasilan Tuntas Belajar klasikal ... 52

3.8 Kriteria Keberhasilan Performansi Guru ... 53

4.1 Hasil Observasi Performansi Guru Siklus I ... 57

4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I ... 58

4.3 Rekap Nilai Tes Formatif Siklus I ... 59

4.4 Rekap Nilai Afektif Siswa Siklus I ... 60

4.5 Rekap Nilai Psikomotor Siklus I ... 61

4.6 Hasil Observasi Performansi Guru Siklus II ... 63

4.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 63

4.8 Rekap Nilai Tes Formatif Siklus II ... 64

4.9 Rekap Nilai Afektif Siswa Siklus II ... 65


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 30

4.1 Diagram Ketuntasan Belajar Klasikal Siklus I ... 60

4.2 Diagram Ketuntasan Belajar Klasikal Siklus II ... 65

4.3 Diagram Peningkatan Hasil Belajar ... 67


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Nama dan Nilai IPS Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Siswa Kelas V SD Negeri 2 Somawangi Tahun Pelajaran 2013/2014 78

2. Daftar Nama Siswa Kelas V SD Negeri 2 Somawangi Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 79

3. Pedoman Wawancara... 80

4. Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 83

5. Soal Uji Coba ... 85

6. Analisis Butir Soal ... 95

7. Hasil Validitas Soal ... 103

8. Uji Validitas Soal ... 107

9. Uji Reliabilitas Soal ... 110

10. Hasil Analisis Daya Beda Soal ... 112

11. Hasil Analisis Taraf Kesukaran Soal ... 113

12. Silabus Pembelajaran ... 114

13. Silabus Pengembangan Siklus I ... 118

14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sikus I Pertemuan I ... 120

15. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan I ... 128

16. Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan I ... 130

17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sikus I Pertemuan 2 ... 131

18. Lembar Kerja Siswa Siklus I pertemuan 2 ... 139

19. Soal Evaluasi Siklus I ... 141

20. Soal Tes Formatif Siklus I ... 142

21. Nilai Tes Formatif Siklus I ... 145

22. Analisis Butir Soal Aspek Afektif Siklus I ... 146

23. Soal Afektif Siklus I ... 150

24. Nilai Afektif Siklus I ... 151

25. Analisis Butir Soal Aspek Psikomotor Siklus I ... 152

26. Rubrik Membaca Teks Proklamasi ... 154


(15)

xv

28. Lembar pengamatan Aktivitas Belajar Siswa ... 156

29. Lembar pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 159

30. Lembar pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 160

31. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 161

32. Alat penilaian Kompetensi guru (APKG) I Siklus I Pertemuan 1 ... 162

33. Alat penilaian Kompetensi guru (APKG) II Siklus I Pertemuan 1 ... 165

34. Alat penilaian Kompetensi guru (APKG) I Siklus I Pertemuan 2 ... 169

35. Alat penilaian Kompetensi guru (APKG) II Siklus I Pertemuan 2 ... 172

36. Rekapitulasi Performansi Guru Siklus I ... 176

37. Silabus Pengembangan Siklus II ... 177

38. Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan 1 ... 179

39. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 186

40. Soal Evaluasi Siklus II Pertemun 1 ... 188

41. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan 2 ... 189

42. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 197

43. Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 2 ... 198

44. Soal Tes Formatif Siklus II ... 199

45. Nilai Tes Formatif Siklus II ... 203

46. Kisi-kisi Penilaian Afektif Siklus II ... 204

47. Analisis Butir Soal Aspek Afektif Siklus II ... 205

48. Soal Penilaian Afektif ... 209

49. Nilai Afektif Siklus II ... 210

50. Analisis Butir Soal Psikomotor Siklus II ... 211

51. Rubrik Hormat Bendera Merah Putih (Psikomotor) ... 213

52. Nilai Psikomotor Siklus II ... 214

53. Lembar Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 216

54. Lembar Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 217

55. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 218

56. Alat penilaian Kompetensi guru (APKG) I Siklus II Pertemuan 1 ... 219

57. Alat penilaian Kompetensi guru (APKG) II Siklus II Pertemuan 1 ... 222


(16)

xvi

59. Alat penilaian Kompetensi guru (APKG) II Siklus II Pertemuan 2 ... 229

60. Rekapitulasi Performansi Guru Siklus II ... 233

61. Daftar Hadir Siswa kelas V ... 234

62. Surat Ijin Penelitian Lembaga ... 235

63. Surat Pengantar Kebangpolimas ... 236

64. Surat Rekomendasi Penelitian BAPPEDA ... 237

65. Surat Ijin Penelitian Dindikpora ... 238

66. Surat Rekomendasi Ijin Penelitian SD ... 239

67. Surat Pernyataan kesanggupan Sebagai Kolaborator ... 240


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah dan pemecahan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena melalui pendidikan manusia akan memperoleh pengalaman yang bermanfaat. Pendidikan juga dapat mengembangkan potensi-potensi serta keterampilan-keterampilan yang dimiliki setiap individu untuk menghadapi perubahan jaman yang semakin berkembang, sehingga setiap manusia berhak memperoleh pendidikan. Koderan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa:

Sistem Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan (2014: 8).

Untuk mewujudkan pemerataan kesempatan pendidikan bagi setap warga negara Indonesia pemerintah menetapkan program wajib belajar 9 tahun. Undang -Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara


(18)

2

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (2014: 8).

Melalui pendidikan manusia memperoleh pengalaman yang berguna bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat. Peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan agar kualitas manusia Indonesia mampu bersaing dalam menghadapi tantangan global.

Di dalam dunia pendidikan diperlukan suatu kegiatan pembelajaran. Gagne, Briggs, dan Wager dalam Winataputra (2008: 1.19) menjelaskan bahwa “pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa”. Pembelajaran yang efektif harus disesuaikan dengan kurikulum, serta disesuaikan dengan karakteristik siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang AIKEM dan tidak menimbulkan kebosanan.

Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan diperlukan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Penggunaan model pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik materi pembelajaran dan karakteristik peserta didik sehingga hasilnya optimal. Salah satu mata pelajaran yang menuntut penggunaan model pembelajaran yang sesuai adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Menurut Nasution dalam Soewarso (2013: 1) IPS merupakan salah satu program pendidikan yang pada pokoknya mempersoalkan hubungan manusia dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, yang diambil dari berbagai ilmu-ilmu sosial geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik dan psikologi sosial.


(19)

3

masyarakat. Melalui pembelajaran IPS, diharapkan siswa mampu mengembangkan potensinya agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. IPS merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan manusia dan cakupannya cukup luas, sehingga siswa merasa kesulitan untuk menghafal dan mencerna materi yang diberikan guru. Tindakan yang harus dilakukan guru adalah menguasai materi. Selain harus menguasai materi, guru juga harus mampu mengaktifkan dan menarik minat siswa untuk belajar IPS. Salah satu modal yang dapat mengaktifkan dan menarik minat siswa dalam pembelajaran IPS adalah model pembelajaran Artikulasi.

Huda (2014: 268) menyatakan bahwa “model pembelajaran Artikulasi merupakan model pembelajaran yang prosesnya berlangsung layaknya pesan berantai”. Artinya, apa yang telah diberikan guru wajib diteruskan siswa dengan menjelaskan pada siswa yang lainnya (pasangan kelompoknya). Model pembelajaran Artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dan mandiri dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak berpusat pada guru. Model pembelajaran Artikulasi cocok diterapkan pada mata pelajaran IPS, karena pembelajaran IPS menuntut siswa mampu berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, model pembelajaran Artikulasi dapat membantu siswa memahami materi IPS yang luas sehingga sulit untuk dicerna.

Kesulitan memahami materi IPS dirasakan oleh siswa kelas V SD Negeri 2 Somawangi. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 23


(20)

4

Januari 2015 dengan Ibu Etikawati, S.Pd.,M.Pd, guru kelas V SD Negeri 2 Somawangi, diketahui bahwa rata-rata nilai kelas yang mampu dicapai siswa pada tahun pelajaran 2013/2014 semester genap sebesar 64 dimana terdapat 17 anak dari 25 siswa yang nilainya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau sekitar 68% dan sisanya 8 anak sudah mencapai KKM atau sekitar 32%. Berdasarkan hal tersebut maka perlu ada perubahan dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa lebih termotivasi dalam kegiatan belajarnya.

Selama ini, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang menyebabkan siswa menjadi pasif dan cepat bosan. Selain itu, dalam menyampaikan materi guru jarang sekali menggunakan media maupun alat peraga yang berguna untuk memudahkan siswa dalam mencerna materi pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang demikian, harus segera dicari solusinya agar siswa menjadi aktif dan hasil belajarnya meningkat. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran IPS ialah model pembelajaran Artikulasi.

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penggunaan model Artikulasi seperti penelitian yang dilakukan oleh Septiana Eka Kurniawati dari Universitas Sebelas Maret Yang Berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Artikulasi untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Materi Hidrosfer Kelas VII H SMP Negeri 3 Kartasura Tahun Pelajaran 2013/2014”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Artikulasi dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS materi Hidrosfer di kelas VII H SMP Negeri Kartasura. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Afrianto, Erman Har, dan Siska Anggreni dari Universitas Bung Hatta yang berjudul “Peningkatan Minat, Partisipasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada


(21)

5

Pembelajaran IPA melalui Model Artikulasi di SDN 15 Lansano Kabupaten Pesisir Selatan” hasilnya bahwa model Artikulasi dapat meningkatkan minat, partisipasi, dan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA. Penelitian tersebut dijadikan landasan empiris bagi peneliti untuk menerapkan model pembelajaran Artikulasi dengan harapan dapat meningkatkan aktivitas, hasil belajar, dan performansi guru kelas V Sekolah Dasar negeri 2 Somawangi Banjarnegara.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti mengajukan judul “Peningkatan Pembelajaran Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Somawangi Banjarnegara”.

1.2

Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat ditentukan rumusan masalah dan pemecahan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Rumusan Masalah

(1) Bagaimana peningkatkan performansi guru dalam menggunakan model Artikulasi pada materi proklamasi kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 2 Somawangi Banjarnegara?

(2) Bagaimana peningkatkan hasil belajar IPS materi proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model Artikulasi pada siswa kelas V SD Negeri 2 Somawangi Banjarnegara?

(3) Bagaimana peningkatkan aktivitas belajar IPS materi proklamasi kemerdekaan Indonesia menggunakan model Artikulasi pada siswa kelas V SD Negeri 2 Somawangi Banjarnegara?


(22)

6

1.2.2 Pemecahan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah, maka pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah: “melalui penerapan model Artikulasi meningkatkan performansi guru, aktivitas belajar, dan hasil belajar IPS materi proklamasi kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 2 Somawangi Banjarnegara”.

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mencakup tujuan umum dan tujuan khusus seperti berikut ini:

1.3.1 Tujuan Umum

(1) Meningkatkan kualitas pendidikan di SD.

(2) Meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di sekolah dasar. 1.3.2 Tujuan Khusus

(1) Untuk meningkatkan performansi guru dalam pembelajaran IPS materi proklamasi kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 2 Somawangi Banjarnegara melalui penerapan model Artikulasi.

(2) Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPS materi proklamasi kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 2 Somawangi Banjarnegara melalui penerapan model Artikulasi.

(3) Untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi proklamasi kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 2 Somawangi Banjarnegara melalui penerapan model Artikulasi.


(23)

7

1.4

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bagi guru, siswa, sekolah, dan peneliti :

1.4.1 Bagi Guru

(1) Memperoleh wawasan dan pengalaman dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran IPS materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui penerapan model Artikulasi.

(2) Meningkatnya performansi guru dalam pembelajaran IPS materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui penerapan model Artikulasi.

1.4.2 Bagi Siswa

Meningkatnya aktivitas dan hasil belajar IPS materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui penerapan model Artikulasi

1.4.3 Bagi Sekolah

Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pembelajaran IPS materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia kelas V SD.

1.4.4 Bagi Peneliti

Memperolah pengalaman berharga dalam menerapkan model Artikulasi, pada pembelajaran IPS materi proklamasi kemerdekaan Indonesia kelas V SD


(24)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada kajian pustaka akan diuraikan tentang landasan teori, kajian empiris, kerangka berpikir dan hipotesis.

2.1

Landasan Teori

Dalam kajian teori akan membahas tentang pengertian pendidikan, pengertian belajar, pembelajaran, aktivitas belajar, hasil belajar, performansi guru, karakteristik siswa SD, pembelajaran IPS, materi proklamasi kemerdekaan Indonesia, pembelajaran kooperatif, model pembelajaran Artikulasi.

2.1.1 Pengertian Pendidikan

Dryakara dalam Mikarsa, Taufik, dan Prianto (2008: 1.3) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan upaya untuk memanusiakan manusia, selanjutnya Thompson juga menyatakan bahwa pendidikan merupakan pengaruh yang ditimbulkan lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan -perubahan, kebiasaan-kebiasaan, pemikiran, sikap-sikap dan tingkah laku. Crow and Crow dalam Rifa’i dan Anni (2011: 190) mengemukakan bahwa “pendidikan diartikan sebagai proses dimana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai hasil dari proses belajar”.

Dari paparan penting tentang pendidikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses memberikan bantuan dan pertolongan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan sikap, sehingga kemampuan


(25)

9

peserta didik berkembang secara optimal. Untuk mengembangkan kemampuannya, peserta didik harus melewati sebuah proses yang disebut dengan belajar.

2.1.2 Pengertian belajar

Istilah belajar telah dikemukakan oleh banyak ahli dalam bidang pendidikan. Menurut Slameto (2013: 2), belajar ialah “suatu proses usaha yang dila kukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Bell-Gredler dalam Winataputra (2008: 1.5) menyatakan bahwa “belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude”. Gagne dalam Rifa’i dan Anni (2011: 82) menyebutkan “bahwa belajar merupakan perubahan dispossisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan”.

Rifa’i dan Anni (2011: 82-83) menyatakan bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu: (1) Belajar berkaitan dengan perilaku yang mengacu pada suatu tindakan seperti berbicara, menulis, mengerjakan sesuatu yang dapat memberi pemahaman tentang perubahan perilaku seseorang; (2) Perubahan perilaku terjadi karena didahului oleh proses pengalaman yang dapat berupa pengalaman fisik, psikis, dan sosial; (3) Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen. Lamanya perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang sulit untuk diukur, perubahan yang terjadi pada diri seseorang tidak bisa lepas dari pengalaman masa lalunya.


(26)

10

bahwa belajar merupakan proses pembentukan suatu makna baru melalui serangkaian kegiatan untuk menghasilkan perubahan perilaku. Proses perubahan perilaku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dan dari paham bisa mengembangkannya yang harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan perkembangan siswa.

2.1.3 Pembelajaran

Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar, proses belajar mengajar atau kehiatan belajar mengajar. Menurut Gagne, Briggs, dan Wager dalam Winataputra (2008: 1.19) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang dan bertujuan agar terjadi suatu proses belajar pada peserta didik. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, “pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Susanto (2014: 19) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik kepada peserta didik agar memperolehan ilmu pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik.

Menurut Brunner dan Ausubel dalam Winataputra (2008: 3.4) ada empat aspek utama yang harus menjadi perhatian dalam pembelajaran yaitu: 1) struktur mata pelajaran harus berisi ide-ide, konsep-konsep dasar, hubungan antar konsep, atau contoh-contoh dari bidang tersebut yang dianggap penting; 2) kesiapan untuk belajar, disini guru harus memperhatikan kesiapan siswa untuk mempelajari materi baru atau yang bersifat lanjutan; 3) intuisi merupakan teknik-teknik


(27)

11

intelektual analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan yang sahih atau tidak; 4) motivasi merupakan kondisi khusus yang dapat mempengaruhi seorang individu untuk belajar.

Dari pengertian pembelajaran tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan memperoleh ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik maka diperlukan aktivitas belajar.

2.1.4 Aktivitas Belajar

Dalam belajar diperlukan adanya sebuah aktivitas, karena pada prinsipnya belajar merupakan berbuat. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas, itulah sebabnya aktivitas merupakan prisip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Laguador (2014: 46) menyatakan bahwa “The active participation of the students in the classroom discussion is always being encouraged to strengthen not only the cognitive ability of the learners but also the affective and psychomotor domains”. Artinya, partisipasi aktif dari siswa dalam diskusi kelas selalu menjadi didorong untuk memperkuat tidak hanya kemampuan kognitif peserta didik tetapi juga afektif dan domain psikomotorik.

Montes dalam Sardiman (2011: 96) menegaskan bahwa “anak-anak memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri”. Hal ini diperkuat oleh pendapat Rousseau dalam Sardiman (2011: 96) yang menyatakan bahwa “segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri baik secara rohani maupun teknis”. Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik dan mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu


(28)

12

berkaitan.

Berdasarkan pandangan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah pembelajaran siswalah yang banyak melakukan aktivitas, sedangkan guru hanya memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan dipelajari oleh siswa. Aktivitas belajar akan menghasilkan sebuah hasil, ilmu pengetahuan yang diperoleh siswa itulah yang disebut dengan hasil belajar

2.1.5 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Nawawi dalam susanto (2014: 5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran yang dinyatakan dalam sebuah skor dan nilai yang diperoleh dari hasil tes pada materi tertentu. Dalam kegiatan pembelajaran, biasanya guru menetapkan tujuan belajar yang ingin dicapai. Anak dikatakan berhasil dalam belajar apabila anak berhasil mencapai tujuan belajar yang ditetapkan oleh guru. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan belajar dapat diketahui melalui evaluasi. Rifa’i dan Anni (2011: 86) menyatakan bahwa “tujuan yang harus dicapai oleh setiap individu dalam belajar memiliki beberapa peranan penting, yaitu, memberikan arah pada peserta didikan [peserta didik], untuk mengetahui kemajuan belajar dan perlu tidaknya pemberian peserta didik pembinaan bagi peserta didik, dan sebagai bahan komunikasi”.

Bloom dalam Rifa’i dan Anni (2011: 86) menyatakan bahwa hasil belajar mencakup tiga ranah yang disebut dengan ranah belajar salah satunya yaitu ranah


(29)

13

kognitif yang meliputi knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk hubungan baru), dan evaluation (menilai).

Dari beberapa paparan para ahli tersebut tentang hasil belajar, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan keberhasilan siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran setelah melalui serangkaian kegiatan belajar yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar diperoleh melalui kegiatan pembelajaran yang di dalamnya terdapat peran serta seorang guru.

2.1.6 Performansi Guru

Westra dalam Susanto (2014: 28) menyatakan bahwa “performance adalah pelaksanaan tugas pekerjaan pada waktu tertentu”. Tugas seorang guru ialah mendidik, mengajar, dan memberi bimbingan kepada peserta didik, sehingga seorang guru memiliki tanggungjawab terhadap segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas.

Menurut Rifa’i dan Anni (2009: 7-11), empat kompetensi pendidik/guru yaitu: (1) Kompetensi pedagogik, adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran meliputi pemahaman terhadap siswa, merancang dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar, dan mengembangkan potensi siswa untuk mengaktualisasikan diri; (2) Kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan performansi pribadi seorang pendidik; (3) kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam untuk membimbing siswa mencapai standar


(30)

14

kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan; (4) kompetensi sosial, merupakan kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik dengan siswa, guru, tenaga pendidik, orang tua peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa performansi guru merupakan kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Kemampuan yang dimiliki guru harus mencakup empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.

2.1.7 Karakteristik siswa SD

Rifa’i dan Anni (2011 :30) menyebutkan bahwa pada usia 7 sampai 11 tahun anak sudah mampu mengoperasionalkan berbagai logika yang dimilikinya. Pada usia SD anak lebih senang bermain atau berinteraksi dalam kelompoknya. Siswa usia SD adalah usia berkelompok dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima teman sebaya sebagai anggota kelompok terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya dan usia penyesuaian diri, anak menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok.

Guru harus mengetahui karakteristik yang dimiliki oleh siswa untuk menentukan pembelajaran yang cocok diterapkan sesuai dengan karakteristik siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sumantri dalam Susanto (2014: 71) menyebutkan bahwa seorang guru perlu mempelajari perkembangan peserta didiknya agar guru memperoleh pengetahuan yang nyata tentang anak dan remaja, pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak dapat membantu guru untuk merespon perilaku peserta didik dan mengenali berbagai penyimpangan dari


(31)

15

perkembangan yang semestinya.

Selanjutnya menurut Piaget dalam Rifa’i dan Anni (2011: 26-30), perkembangan kognitif manusia terbagi menjadi empat tahap, yaitu: (1) tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun), perkembangan kognitif pada tahap ini anak menyusun pemahaman dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman indera dengan gerakan motorik mereka; (2) tahap praoperasional (umur 2-7 tahun), perkembangan kognitif pada tahap ini pemikiran anak lebih bersifat simbolis, egoisentris, dan intuitif; (3) tahap operasional konkret (umur 7-11 tahun), perkembangan kognitif pada tahap ini anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika, tetapi masih dalam bentuk benda konkret, kemampuan menggolongkan sudah ada tapi belum bisa memecahkan masalah abstrak; serta (4) tahap operasional formal (umur 11 tahun ke atas), perkembangan kognitif pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis.

Menurut Sumantri dan Syaodih (2008: 6.3-4), karakteristik perkembangan siswa sekolah dasar terbagi menjadi empat macam, yaitu senang bermain, senang bergerak, bekerja secara berkelompok, dan memeragakan sesuatu secara langsung. Karakteristik pertama, siswa sekolah dasar yaitu senang bermain. Guru harus menyajikan pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan. Permainan dalam proses pembelajaran dapat menarik siswa untuk memperhatikan dan memahami materi pembelajaran, sehingga pembelajaran yang disajikan guru bermakna bagi siswa. Kebermaknaan ini dapat dicapai dengan berbagai model pembelajaran sesuai kebutuhan dan karakteristik siswa.

Karakteristik kedua, siswa sekolah dasar yaitu senang bergerak. Tidak seperti orang dewasa yang mampu duduk berjam-jam, anak sekolah dasar dapat


(32)

16

duduk dengan tenang paling lama hanya sekitar 30 menit. Hal ini menuntut guru untuk menyajikan model pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif bergerak.

Karakteristik ketiga, siswa sekolah dasar yaitu senang bekerja dalam kelompok. Pembelajaran secara berkelompok dapat diterapkan untuk mempelajari atau menyelesaikan tugas dengan membentuk kelompok kecil. Melalui pembelajaran seperti ini, diharapkan siswa dapat belajar bagaimana bersosialisasi dengan individu lainnya dan pada akhirnya siswa dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat.

Karakteristik keempat, siswa sekolah dasar yaitu senang merasakan atau melakukan atau memeragakan sesuatu secara langsung. Berdasarkan perkembangan kognitif, usia siswa sekolah dasar memasuki tahap operasi konkret. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa SD masih senang bermain, bergerak, bekerja dalam kelompok, dan memeragakan. Berdasakan karakteristik yang dimiliki peserta didiknya guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

2.1.8 Pembelajaran IPS

Pengertian IPS menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam Soewarso (2013: 1) ialah bidang studi yang merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran, sedangkan menurut Nasution menyatakan bahwa IPS merupakan suatu program pendidikan yang pada pokoknya mempersoalkan hubungan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya, dan yang diambil dari berbagai ilmu-ilmu sosial: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik dan psikologi sosial.


(33)

17

IPS merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang telaah manusia dan dunianya, seperti yang dikemukakan oleh Soewarso (2013: 5) bahwa “hakikat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya”. IPS melihat manusia dari berbagai sudut pandang. IPS melihat bagaimana manusia hidup bersama sesamanya di lingkungan sendiri, dengan tetangganya, yang dekat sampai yang jauh. IPS merupakan kajian yang luas tentang manusia dan dunianya, sehingga dapat menimbulkan kesulitan pada mereka yang menggelutinya.

Menurut Mutakin dalam Susanto (2014: 10-11) tujuan pembelajaran IPS di sekolah yaitu: (1) Agar siswa memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan yang terdapat di masyarakat; (2) Agar siswa mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang muncul dalam masyarakat; (3) Siswa mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat; (4) Agar siswa menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial yang muncuk di masyarakat, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat; (5) Siswa mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab mambangun masyarakat.

Pada intinya tujuan IPS tersebut diarahkan pada proses pengembangan potensi siswa. Dengan mempelajari IPS siswa diharapkan dapat peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap


(34)

18

perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa orang lain.

Susanto (2014:10) menyatakan bahwa karakteristik IPS dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek tujuan, ruang lingkup materi, dan aspek pendekatan pembelajaran. Karakteristik dilihat dari aspek tujuan, IPS harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Karakteristik dilihat dari aspek ruang lingkup materi, IPS memiliki karakteristik menggunakan pendekatan lingkungan yang luas, menggunakan pendekatan terpadu antar mata pelajaran yang sejenis, berisi materi konsep, nilai-nilai sosial, kemandirian, dan kerja sama, mampu memotivasi peserta didik untuk aktif, kreatif, dan inovatif dan sesuai dengan perkembangan anak, mampu meningkatkan keterampilan peserta didik dalam berpikir dan memperluas cakrawala budaya. Karakteristik dilihat dari aspek pendekatan pembelajaran bahwa IPS cenderung bersifat praktik di masyarakat dan keluarga atau antar teman di sekolah.

Rasional mempelajari IPS menurut Soewarso (2013:4) adalah supaya para peserta didik dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan kemampuan yang dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna. Supaya para peserta didik dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial yang muncul secara rasional dan bertanggungjawab. Supaya para peserta didik dapat meningkatkan rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungannya sendiri.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan suatu mata pelajaran yang mempelajari kehidupan manusia dan lingkungannya. IPS bertujuan


(35)

19

agar siswa mampu berinteraksi dengan lingkungannya serta mampu mengatasi berbagai permasalahan yang muncul di masyarakat.

2.1.9 Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Materi proklamasi kemerdekaan adalah materi IPS kelas V semesteri 2. Materi tersebut terdapat pada kompetensi dasar 2.3 yaitu menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Indikator yang akan dicapai adalah menceritakan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia, membuat garis waktu tentang tahapan proklamasi kemerdekaan Indonesia, membuat riwayat singkat tentang tokoh-tokoh penting dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia, dan memberikan contoh cara menghargai jasa tokoh-tokoh kemerdekaan Indonesia.

Materi tersebut digunakan dalam penelitian ini sebagai bahan pembelajaran dengan model Artikulasi. Materi proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu materi yang penting bagi kehidupan siswa dan bertujuan untuk memahami barbagai peristiwa yang terjadi sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia serta melatih siswa untuk menghargai jasa-jasa para tokoh kemerdekaan.

Sulislaningsih dan Limbong menjelaskan bahwa (2008: 177-192) “ada beberapa peristiwa sejarah menjelang Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang patut kita ketahui”. Berikut adalah peristiwa menjelang proklamasi kemerdekaan:

(1) Pertemuan di Dalat terjadi pada tanggal 12 Agustus 1945. (2) Berita Kekalahan Jepang sangat dirahasiakan oleh Jepang.


(36)

20

(3) Peristiwa Rengasdengklok (Jawa Barat). (4) Perumusan Teks Proklamasi.

(5) Detik-Detik Proklamasi.

Garis waktu tahapan peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia, meliputi :

(1) Pada tanggal 7 Agustus 1945 pembentukan PPKI.

(2) Pada tanggal 9 Agustus 1945, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Dr. Radjiman Widyodiningrat menghadap Jendral Terauchi di Dalat.

(3) Pada tanggal 14 Agustus 1945, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Dr. Radjiman Widyodiningrat pulang dari dalat membawa berita Jepang akan memerdekakan Indonesia.

(4) Pada tanggal 15 Agustus, Jepang menyerah tanpa syarat.

(5) Pada tanggal 16 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta diculik ke Rengasdengklok.

(6) Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya.

Tokoh yang berperan dalam peristiwa proklamasi adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ahmad Soebardjo, Fatmawati, dan Sutan Syahrir. Tindakan yang dilakukan oleh para pejuang semata-mata untuk memerdekakan negara Indonesia. Ada berbagai cara dalam mengisi kemerdekaan bagi para pelajar.

Diantaranya dengan belajar tekun supaya kelak bisa menjadi generasi penerus

yang cerdas, terampil, dan berguna bagi bangsa dan negara. Disamping itu sebagai

anak Indonesia harus memiliki sikap bangga sebagai bangsa Indonesia, di antaranya hafal lagu kebangsaan yaitu lagu Indonesia Raya, mengikuti upacara


(37)

21

bendera setiap Senin di sekolah dengan khikmad, giat dan tekun belajar untuk meraih cita-cita, melakukan ziarah ke Taman Makam Pahlawan dan mendoakan semoga arwahnya diterima disisi Tuhan Yang Maha Esa, meneladani semangat perjuangan para pahlawan dalam kehidupan sehari-hari, serta mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif seperti rela berjuang demi bangsa dan negara dan berpendirian tetapi juga menghormati pendapat orang lain.

Berdasarkan materi proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakteristik materi proklamasi kemerdekaan Indonesia lebih cenderung bersifat hafalan. Siswa dituntut untuk menghafal kronologi peristiwa proklamasi kemerdekaan indonesia. Untuk itu, materi proklamasi kemerdekaan Indonesia lebih cocok diterapkan dengan model pembelajaran yang inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Model pembelajaran yang dimaksud yaitu model pembelajaran kooperatif, karena model pembelajaran kooperatif akan membuat siswa lebih mudah memahami materi dan melatih siswa untuk bersosialisasi dengan teman yang lain.

2.1.10 Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif sudah lama dikembangkan oleh para ahli sebagai alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Model kooperatif ini menekankan efektivitas pembelajaran pada keterlibatan peserta didik pada proses pembelajaran. Model pembelajaran ini memandang keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata diperoleh dari guru, melainkan juga diperoleh dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran seperti teman sebaya.


(38)

22

Menurut Johnson dalam Susanto (2014: 202) pembelajaran kooperatif artinya belajar bersama-sama dan saling membantu antar individu satu dengan individu lainnya serta memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mampu mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Nur dalam Susanto (2014: 203) pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang siswanya bekerja dalam kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari siswa yang memiliki perbedaan kemampuan, jenis kelamin bahkan latar belakang untuk saling membantu satu sama lainnya sebagai sebuah tim dalam belajar. Huda (2014: 111) menyatakan bahwa salah satu asumsi yang mendasari pengembangan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) ialah sinergi yang muncul melalui kerja sama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar daripada melalui lingkungan kompetitif individual.

Ibrahim dalam Susanto (2014: 206) menyatakan bahwa terdapat tiga tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif yaitu: (1) Hasil belajar siswa diharapkan dapat meningkat, karena dengan model pembelajaran kooperatif siswa terhindar dari rasa jenuh serta dapat memotivasi belajar siswa; (2) Dapat menerima perbedaan/keragaman individu, pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk saling bekerja sama dengan siswa lain dalam mengerjakan tugas-tugas akademik, sehingga siswa dapat belajar untuk saling menghargai satu sama lain; (3) Pengembangan keterampilan sosial, pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Johnson dalam Renslow (2015: 18) menyatakan bahwa “explains that cooperative learning is a generic term that refers to many ways one can conduct and organize their class”. Artinya,


(39)

23

pembelajaran kooperatif merupakan istilah yang mengacu pada banyak cara untuk melakukan dan mengatur kelas. Pembelajaran kooperatif berguna untuk mengatur siswa di kelas agar aktif dalam proses pembelajaran.

Dari beberapa uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam sebuah kelompok. Model pembelajaran kooperatif terdiri atas berbagai tipe, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Artikulasi.

2.1.11 Model Pembelajaran Artikulasi

Huda (2014: 268) menyebutkan bahwa “model Artikulasi merupakan model pembelajaran yang prosesnya berlangsung layaknya pesan berantai”. Artinya, materi yang diberikan oleh guru harus disampaikan kepada teman satu kelompok. dalam model Artikulasi ini siswa dituntut untuk siap menyampaikan dan menerima pesan. Selain itu model Artikulasi juga menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran.

Menurut Huda (2014: 269) manfaat dari penerapan model Artikulasi yaitu siswa menjadi lebih mandiri, siswa dapat bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar, penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu, adanya interaksi antar siswa dalam kelompok kecil, masing -masing siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berbicara atau tampil di depan kelas menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Menurut Sohimin (2014: 27) langkah-langkah penerapan model Artikulasi yaitu:

(1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. (2) Guru menyampaikan materi pelajaran.


(40)

24

(3) Guru membentuk siswa menjadi kelompok berpasangan, setiap kelompok terdiri dari dua siswa.

(4) Guru menugaskan salah satu siswa dari sebuah pasangan untuk menceritakan materi yang baru disampaikan oleh guru kepada teman satu kelompoknya, dan pasangannya mendengarkan sambil membuat catatan kecil, kemudian keduanya berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya (5) Guru menugaskan siswa secara bergiliran/diacak untuk menyampaikan

hasil wawancaranya dengan teman pasangannya di depan teman-temannya.

(6) Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami.

Kelebihan model Artikulasi yaitu: (1) Semua siswa terlibat dalam pembelajaran; (2) Melatih kesiapan siswa; (3) Melatih daya serap atau pemahaman siswa dari orang lain; (4) Cocok untuk tugas sederhana; (5)Siswa menjadi lebih mandiri; (6) Meningkatkan partisipasi anak; (7) Lebih mudah dalam membentuk kelompok.

Kelemahan model Artikulasi yaitu: (1) Hanya untuk mata pelajaran tertentu saja; (2) Waktu yang dibutuhkan banyak; (3) Materi yang didapat sedikit; (4) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor; (5) Lebih sedikit ide yang muncul.

Solusi untuk mengatasi kelemahan pada model Artikulasi yaitu: (1) Menerapkan model Artikulasi pada mata pelajaran dan materi yang sedikit agar waktu yang digunakan tidak terlalu banyak serta semua materi dapat tersampaikan; (2) Guru harus memancing siswa dengan pertanyaan agar siswa


(41)

25

dapat menyampaikan ide-ide yang dimilikinya.

1.2.12 Penerapan Model Artikulasi pada Materi Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia.

Untuk menerapkan model Artikulasi pada pembelajaran materi Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia diperlukan langkah-langkah berikut:

(1) Guru menjelaskan materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

(2) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang

beranggotakan 2 orang untuk menjelaskan kembali materi Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia yang telah diberikan oleh guru.

(3) Guru memberi waktu 10-15 menit kepada siswa untuk menjelaskan materi

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia kepada teman satu kelompok dan

membuat ringkasan.

(4) Guru menunjuk siswa secara acak untuk mempresentasikan hasil

wawancara bersama teman satu kelompoknya.

(5) Guru menjelaskan kembali materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

yang sekiranya belum dipahami oleh siswa.

(6) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.

2.2

Kajian Empiris

Beberapa hasil penelitian yang mendukung pada penelitian ini di antaranya adalah:

1) Ni Luh Eni Agustini, A. A. Gede Agung, dan Ni Ketut Suarni dari Universitas Pendidikan Ganesha yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Artikulasi Berbantuan Media Kartu Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak TK” pada tahun 2014. Hasil


(42)

26

penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I diperoleh rata-rata hasil sebesar 9,45. Sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata hasil sebesar 13,7. Dari hasil tersebut dapat diketahui terjadinya peningkatan hasil belajar siswa. 2) Hasmiati Pese, Hendrik Arung Lamba, dan Muhammad Ali dari Universitas

Tadulako yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Artikulasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Kelas VIIIB SMP Negeri 2 Marawola” pada tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 73,68% dan daya serap klasikal sebesar 72,98%. Sedangkan pada siklus II diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 89,47% dan daya serap klasikal sebesar 85,26%. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mengalami peningkatan.

3) Adi Ika Rachmawan dan Nur Kholis dari Universitas Negeri Surabaya yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Artikulasi dengan Tipe Explicit Instruction Pada Standar Kompetensi Menggunakan Hasil Pengukuran Listrik di SMK Negeri 2 Surabaya” pada tahun 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa menggunakan model Artikulasi sebesar 82,00. Sedangkan siswa yang dibelajarkan menggunakan model explicit instruction

mendapat nilai rata-rata sebesar 72,89. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model Artikulasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4) Waris Leluhur pada Jurnal Ilmiah Progressif yang berjudul “Pengaruh Persepsi Pembelajaran Model Artikulasi dengan Media LCD Proyektor dan


(43)

27

Tingkat Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP Negeri 1 Licin Semester 2 Tahun Pelajaran 2011-2012” pada tahun 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Artikulasi berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan koefisien determinasi berganda (R square) sebesar 0.656, yang berarti kontribusi teori dalam penelitian ini adalah sebesar 65.6% dan sisanya 34.4% dipengaruhi oleh hal-hal lain yang tidak diteliti, artinya bahwa prestasi belajar siswa 65.6% dipengaruhi secara positif oleh metode Artikulasi dan media LCD Proyektor. Sedangkan yang 34.4% dipengaruhi oleh hal-hal diluar variabel bebas tersebut, seperti latar belakang sosial siswa, kondisi keluarga, kemampu an serta sikap guru, dan sebagainya.

5) Evia Anjar Susanti, Wardi Syafmen, dan Yelli Ramalisa pada jurnal Edumatica yang berjudul “Studi Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Learning Celll dan Tipe Artikulasi di Kelas VII SMPN 7 MA. Jambi” pada tahun 2011. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model Artikulasi lebih baik yaitu 66,67, sedangkan rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu 63,41. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Artikulasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

6) Fistisia Rahmadini pada Jurnal Pendidikan Ekonomi yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Artikulasi Dibandingkan dengan Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe NHT (Numbered Head Together) dalam Mata Pelajaran Ekonomi Siswa


(44)

28

Kelas X SMA Negeri 2 Bukittinggi” pada tahun 2013. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar yang menggunakan model Artikulasi dan yang menggunakan model NHT. Pada saat menggunakan model Artikulasi rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa yaitu sebesar 80,75, sedangkan saat menggunakan model NHT rata-rata hasil belajar yang dapat diperoleh siswa hanya sebesar 76,62. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Artikulasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa lebih baik dibanding model NHT.

7) Rohmah Nuriati , Bambang Priyo Darminto, dan Mita Hapsari Jannah pada Jurnal Pendidikan Matematika yang berjudul “Eksperimentasi Model Pembelajaran Artikulasi dengan Mengunakan Alat Peraga pada Materi Bangun Ruang” pada tahun 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh saat menggunakan model Artikulasi sebesar 95, sedangkan saat menggunakan model konvensional sebesar 91. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model Artikulasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibanding model konvensional.

8) Afrian Junianto pada Jurnal FKIP yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan hasil belajar IPS melalui Model Artikulasi dan Media Power Point” pada tahun 2014. Pada penelitian ini terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar yaitu pada siklus I sebesar 83,38 dan pada siklus II sebesar 85,49. Selain hasil belajar terdapat peningkatan pula pada aktivitas belajar siswa yaitu pada siklus I sebesar 69% dan pada siklus II sebesar 82,5%. Dapat disimpulkan bahwa model Artikulasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(45)

29

performansi guru, serta belum menerapan model Artikulasi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Pembelajaran Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui Model Artikulasi pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Somawangi Banjarnegara.

2.3

Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPS pada umumnya masih berpusat pada guru dan belum menggunakan model pembelajaran Kooperatif yang inovatif, sehingga siswa cenderung pasif dan mudah bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan siswa tidak dapat mampu mengembangkan potensinya, sehingga hasil belajar siswa kurang dan tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai secara optimal.

Berdasarkan kondisi tersebut perlu adanya perubahan agar pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan, sehingga diharapkan aktivitas dan hasil belajar meningkat. Agar pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan, maka guru perlu menerapkan model pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan sebagai inovasi peningkatan kualitas pembelajaran yaitu model Artikulasi. Melalui model pembelajaran Artikulasi, siswa dapat bekerja sama dengan teman satu kelompoknya dan saling membantu dalam memahami materi, sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Dalam model Artikulasi siswa dikelompokan bersama teman satu bangku. Kemudian siswa menjelaskan


(46)

30

kembali materi yang telah dijelaskan oleh guru kepada teman satu kelompoknya secara bergantian, sehingga pencapaian hasil belajar diharapkan dapat meningkat.

Berikut ini adalah gambaran secara umum kerangka berpikir:

2.4

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: “melalui penerapan model Artikulasi pada mata pelajaran IPS kelas V materi proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat meningkatkan performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa.

Kondisi awal Guru

menggunakan model

konvensional

Tindakan Guru melaksanakan

pembelajaran dengan menerapkan model artikulasi.

Kondisi akhir Performansi guru

meningkat. Aktivitas dan

hasil belajar siswa meningkat.


(47)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bagian ini dibahas mengenai subjek penelitian, waktu penelitian, faktor yang diselidiki, prosedur penelitian tindakan kelas, siklus penelitian, sumber data dan cara pengambilan data, teknik analisis data, serta indikator keberhasilan. Uraian selengkapnya sebagai berikut:

3.1

Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti adalah guru dan siswa kelas V semester II tahun ajaran 2014/2015 Sekolah Dasar Negeri 2 Somawangi Banjarnegara, jumlah siswa 28 siswa, terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

3.2

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Somawangi, yang beralamat di Jalan Desa Somawangi Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara, karena hasil belajar IPS materi proklamasi kemerdekaan Indonesia di Sekolah Dasar Negeri 2 Somawangi masih rendah dan belum mencapai KKM yang ditetapkan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 4 minggu pada bulan Januari sampai April 2015.

3.3

Faktor yang Diselidiki


(48)

32

belajar, dan performansi guru pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi proklamasi kemerdekaan Indonesia kelas V Sekolah dasar negeri 2 Somawangi Banjarnegara.

3.4

Prosedur/Langkah-langkah PTK

Penelitian ini, peneliti penelitian tindakan kelas kolaboratif. Menurut Arikunto,dkk (2010: 19-22) “penelitian kolaboratif ialah penelitian yang dilakukakan bersama-sama atau berpasangan, sehingga semua prosedur atau langkah-langkah dilakukan bersama dengan guru kelas yang bersangkutan”. Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pengamat pada saat pelaksanaan pembelajaran, dan berkolaborasi dengan guru kelas dalam pembuatan RPP, media, dan soal kognitif, afektif, serta psikomotor. Guru kelas sebagai objek yang diamati sekaligus kolaborator. Langkah-langkah PTK yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

3.4.1 Rencana Tindakan (planning)

Arikunto (2010:138) menyatakan bahwa “perencanaan adalah kegiatan menyusun rancangan penelitian tindakan kelas”. Tahapan ini menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pada tahap ini peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian yaitu prasurvei, menetukan tujuan pembelajaran, membuat rencana pembelajaran, merancang instrumen, membuat lembar observasi dan alat evaluasi untuk setiap pertemuan. Adapun rincian langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(49)

33

(1) Prasurvei dan pengamatan mengenai kondisi sekolah, kondisi kelas, kondisi siswa, guru, sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran. (2) Merumuskan tujuan pembelajaran.

(3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). (4) Membuat rancangan instrumen.

(5) Menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan lembar pengamatan performansi guru.

3.4.2 Pelaksanaan Tindakan (action)

Arikunto (2010:139) menyatakan bahwa “tindakan yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan penelitian tersebut, yaitu mengenai tindakan yang akan dilakukan di kelas”. Pada tahap tindakan, guru melakukan kegiatan pembelajaransesuai rencana, yaitu kegiatan pembelajaran menggunakan model artikulasi.

3.4.3 Pengamatan (observation)

Arikunto (2010:139) menyatakan bahwa “pengamatan yaitu pelaksanaan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat”. Pengamatan dapat dilakukan pada saat tindakan sedang berlangsung, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pengamatan merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi. Pelaksanaan pengamatan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Jika peneliti sebagai pengamat maka fokus pengamatan pada siswa dan guru kelas.

3.4.4 Refleksi (reflection)

Arikunto (2010:140) menyatakan bahwa “refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi”. Tahapan ini dimaksudkan


(50)

34

untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Kegiatan refleksi ini dilakukan oleh guru setelah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti, untuk bersama-sama menemukan hal-hal yang sudah sesuai dengan rancangan dan mengetahui secara cermat mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki.

Peneliti melakukan monitoring evaluasi secara sistematis terhadap kegiatan atau keaktifan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Monitoring adalah kegiatan untuk mengenali dan mengevaluasi perkembangan yang terjadi dengan tindakan yang telah dilaksanakan. Fungsi monitoring adalah mengevaluasi dua hal, yaitu: (1) Apakah pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan rencana tindakan?, (2) apakah mulai terjadi atau sudah terjadi peningkatan, perubahan positif menuju ke arah pencapaian tujuan yang telah dilaksanakan? Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data dan menganalisis data yang diperoleh. Adapun evaluasi tiap siklus digunakan untuk merencanakan siklus berikutnya.

Setelah siklus I selesai, dilanjutkan siklus II. Tahapan kerja siklus II berdasarkan hasil siklus I. Siklus II diharapkan mampu memperbaiki kegiatan pada siklus I. Refleksi pada tiap pertemuan dirangkum kembali secara keseluruhan agar diperoleh gambaran secara umum dalam setiap siklusnya.

3.5

Siklus Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas direncanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan, dan setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran.


(51)

35

3.5.1 Siklus I

Siklus pertama dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Setiap pertemuan 2 jam pelajaran. Setiap siklus terdiri dari 4 jam untuk pembelajaran dan 1 jam untuk tes formatif. Kegiatan siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

3.5.1.1Perencanaan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah sebagai berikut.

(1) Mengidentifikasi masalah, mendiagnosis masalah, dan mengembagkan pemecahan masalah.

(2) Merancang dan menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah dan komponen-komponen dalam pembelajaran model Artikulasi. (3) Merancang media pembelajaran dan lembar kegiatan siswa.

(4) Menyiapkan lembar pengamatan performansi guru. (5) Menyusun soal tes formatif beserta kisi-kisinya.. 3.5.1.2Pelaksanaan

Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap ini adalah:

(1) Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa dan performansi guru. (2) Menyiapkan media pembelajaran, bahan dan lembar kegiatan siswa.

(3) Melaksanakan kegiatan pembelajaran, yaitu mengecek kesiapan kelas, berdoa, presensi, apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan memberi motivasi.

(4) Guru membentuk kelompok belajar dimana setiap kelompok terdiri dari 2 siswa (teman sebangku).


(52)

36

(6) Guru menugaskan siswa untuk menjelaskan kembali materi yang telah dijelaskan guru kepada teman satu kelompok secara bergantian dan mencatat hasil ringkasan.

(7) Guru memanggil salah siswa secara acak untuk menyampaikan hasil kerja kelompoknya.

(8) Guru kembali serta meluruskan kesalahpahaman yang terjadi diantara siswa. melakukan tanya jawab bersama siswa dan menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.

(9) Guru melakukan refleksi dan memberikan evaluasi. (10) Pada akhir siklus II, siswa mengerjakan soal tes formatif. 3.5.1.3Pengamatan

Kegiatan pada tahap ini adalah mengamati performansi guru dan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran model artikulasi dalam menerapkan model pembelajaran Artikulasi. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dibantu rekan guru/rekan peneliti dengan menggunakan alat penilaian kemampuan guru dan lembar pengamatan aktivitas siswa. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pengamatan difokuskan pada:

(1) Aktivitas belajar siswa dari awal sampai akhir kegiatan pembelajaran. (2) Hasil belajar siswa berupa rata-rata kelas, banyaknya siswa yang tuntas

belajar, dan persentase tuntas belajar secara klasikal.

(3) Performansi guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran model pembalajaran Artikulasi. Pengamatan dilakukan oleh guru sejawat menggunakan APKG I dan APKG II.


(53)

37

3.5.1.4Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan atau menganalisis apa yang sudah dilakukan pada pembelajaran siklus I. Analisis dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang terjadi yang akan ditindak lanjuti pada siklus berikutnya.. Hasil analisis digunakan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.

3.5.2 Siklus II

Kegiatan siklus II berdasarkan pada hasil siklus I.

3.5.2.1Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

(1) Mengidentifikasi masalah, mendiagnosis masalah, dan mengembangkan pemecahan masalah.

(2) Merancang dan menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran Artikulasi berdasarkan hasil refleksi siklus I. (3) Menyiapkan lembar pengamatan.

(4) Merancang media pembelajaran dan lembar kegiatan siswa. (5) Menyiapkan lembar performansi guru.

(6) Menyusun soal tes formatif 2.

3.5.2.2Pelaksanaan

(1) Menyiapkan lembar pengamatan.

(2) Menyiapkan media pembelajaran, bahan dan lembar kegiatan siswa.

(3) Melaksanakan kegiatan awal pembelajaran yaitu mengecek kesiapan kelas, berdoa, presensi, apersepsi, menyampaiakan tujuan pembelajaran, dan memberi motivasi.


(54)

38

(4) Guru membentuk kelompok belajar dimana setiap kelompok terdiri dari 2 siswa (teman sebangku).

(5) Guru menjelaskan materi diselingi tanya jawab bersama siswa.

(6) Guru menugaskan siswa untuk menjelaskan kembali materi yang telah dijelaskan guru kepada teman satu kelompok secara bergantian dan mencatat hasil ringkasan.

(7) Guru memanggil salah siswa secara acak untuk menyampaikan hasil kerja kelompoknya.

(8) Guru kembali serta meluruskan kesalahpahaman yang terjadi diantara siswa. melakukan tanya jawab bersama siswa dan menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.

(9) Guru melakukan refleksi dan memberikan evaluasi. (10) Pada akhir siklus II, siswa mengerjakan tes formatif 2.

3.5.2.3Pengamatan

Kegiatan pada tahap ini adalah mengamati performansi guru dan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran model artikulasi dalam menerapkan model pembelajaran Artikulasi. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dibantu rekan guru/rekan peneliti dengan menggunakan alat penilaian kemampuan guru dan lembar pengamatan aktivitas siswa. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pengamatan difokuskan pada:

(1) Aktivitas belajar siswa dari awal sampai akhir kegiatan pembelajaran. (2) Hasil belajar siswa berupa rata-rata kelas, banyaknya siswa yang tuntas

belajar, dan persentase tuntas belajar secara klasikal


(55)

39

model pembalajaran Artikulasi. Pengamatan dilakukan oleh guru sejawat menggunakan APKG I dan APKG II.

3.5.2.4 Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan atau menganalisis semua kegiatan pembelajaran pada siklus II. Analisis dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang terjadi pada siklus II.

Berdasarkan hasil analisis pada siklus I dan II terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa serta performansi guru, maka dapat disimpulkan apakah hipotesis tindakan sudah tercapai atau belum. Jika aktivitas dan hasil belajar serta performansi guru sesuai dengan indikator (terjadi peningkatan), maka penerapan model pembelajaran Artikulasi efektif dapat meningkatkan proses dan hasil belajar IPS kelas V di SD Negeri 2 Somawangi Banjarnegara. Namun, apabila aktivitas dan hasil belajar serta performansi guru tidak sesuai dengan indikator (tidak terjadi peningkatan), maka penerapan model pembelajaran artikulasi dapat dikatakan belum efektif dan ditindak lanjuti pada siklus berikutnya.

3.6

Data dan Cara Pengumpulan Data

Pada bagian ini akan diuraikan sumber data, jenis data, dan teknik pengambilan data.

3.6.1 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari siswa, guru, dan dokumentasi penelitian.

3.6.1.1Siswa

Data siswa yang akan dijadikan sebagai sumber data adalah diambil aktivitas dan hasil belajar IPS kelas V materi prokamasi kemerdekaan Indonesia


(56)

40

selama kegiatan pembelajaran pada siklus I dan II.

3.6.1.2Guru

Data guru yang akan dijadikan sebagai sumber data adalah diambil aktivitas guru pada pembelajaran IPS kelas V materi proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan APKG I dan APKG II.

3.6.1.3Data Dokumen

Data dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa daftar nama dan daftar nilai siswa kelas V SD Negeri 2 Somawangi Banjarnegara tahun pelajaran 2013/2014 dan tahun ajaran 2014/2015, lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar pengamatan performansi guru, RPP, LKS, soal tes formatif, bahan ajar, media balajar, serta foto-foto dan video pembelajaran.

3.6.2 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah data kuantitatif dan kualitataif.

3.6.2.1Data kuantitatif

“Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan/scoring” (Sugiono 2014: 6). Data ini diambil dari nilai siswa

kelas V tahun pelajaran 2013/2014 dan hasil tes formatif siswa kelas V tahun ajaran 2014/2015 pada siklus I dan siklus II.

3.6.2.2Data kualitatif

“Data kualitatif merupakan data yang berbentuk kata, kalimat, gerak tubuh, ekspresi wajah, bagan, gambar dan foto” (Sugiono 2014: 6). Data ini diambil dari hasil pengamatan aktivitas belajar siswa dari awal sampai akhir pembelajaran dan dari hasil pengamatan performasi guru.


(57)

41

3.6.3 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik tes dan teknik non tes.

3.6.3.1Teknik Tes

“Tes merupakan salah satu alat untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban atau respons benar atau salah” (Widoyoko 2014: 51). Dalam penelitian ini menggunakan tes formatif. Tes formatif digunakan untuk memperoleh data hasil belajar IPS materi proklamasi kemerdekaan Indonesia menggunakan model Artikulasi. Pada penelitian ini menggunakan tes untuk mengukur ranah kognitif dan tes pernyataan untuk ranah afektif. Soal tes kognitif yang digunakan telah melalui pengujian validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya beda.

3.6.3.1.1 Pengujian Validitas

Menurut Arikunto (2010: 211), “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen”. Sebuah instrumen yang valid atau sahih memiliki validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Uji validitas dilakukan dengan menganalisis bukti instrumen meliputi validitas logis dan validitas empirik. Uji validitas logis nantinya akan memberitahu hasil pemikiran yang dilakukan apakah sesuai dengan kaidah penyusunan alat tes atau tidak, kemudian diujikan dengan validitas empiris untuk memberitahu hasil pengujian alat tes berdasarkan pengalaman di lapangan berupa uji coba instrumen. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:


(58)

42

(1) Validitas Logis

Arikunto (2010: 212) menyatakan bahwa “validitas logis merupakan validitas yang diperoleh dengan suatu usaha hati-hati melalui cara-cara yang benar, sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki”. Pengujian validitas logis dapat dilakukan dengan cara menilai tingkat kesukaran butir-butir soal dengan kisi-kisi soal yang telah dibuat sebelumnya. Proses pengujian validitas logis melibatkan 2 penilai ahli. Penilai ahli 1 yaitu Dra. Umi Setijowati, M.Pd. dan penilai ahli 2 yaitu Etikawati, S.Pd.,M.Pd (Guru kelas V) SD Negeri 2 Somawangi. Penilaian yang dilakukan berupa kesesuaian butir-butir soal dengan kisi-kisinya dengan menggunakan lembar telaah validitas isi. Pengujian validitas ini dilakukan terhadap soal-soal baik soal ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.

(2) Validitas Empiris

Arikunto (2010: 212) berpendapat bahwa sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Selanjutnya Riduwan (2013: 98) mengatakan bahwa setelah data didapat, dan ditabulasikan, kemudian pengujian validitas dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengorelasikan antarskor item instrumen dengan rumus Pearson Product Moment.

Pengujian validitas ini menggunakan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20 untuk mempermudah penghitungan tanpa mempengaruhi hasil. Untuk mencari validitas dalam SPSS 20 ini menggunakan menu Analyze – Correlate – Bivariate. Pengambilan keputusan pada uji validitas dilakukan dengan batasan rtabel dengan signifikansi 0,05. Jika nilai positif dan


(59)

43

rhitung ≥ rtabel, maka item dapat dinyatakan valid. Jika rhitung ˂ rtabel, maka item dinyatakan tidak valid. Adapun rekap data hasil penghitungan SPSS 20 dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Rekapitulasi Uji Validitas Soal dengan rtabel = 0,396 Signifikansi 0,05

N=25 Nomor Item Corrected Item-Total Correlation

Validitas Nomor Item

Corrected Item-Total Correlation

Validitas

1 ,618 Valid 31 ,546 Valid

2 ,724 Valid 32 ,668 Valid

3 ,549 Valid 33 ,511 Valid

4 ,000 Tidak Valid 34 ,668 Valid

5 ,404 Valid 35 ,301 Tidak Valid

6 ,526 Valid 36 ,588 Tidak Valid

7 ,724 Valid 37 ,233 Tidak Valid

8 ,598 Valid 38 ,652 Valid

9 ,000 Tidak Valid 39 ,451 Valid

10 ,562 Valid 40 ,506 Valid

11 ,429 Valid 41 ,256 Tidak Valid

12 ,524 Valid 42 ,645 Valid

13 ,668 Valid 43 ,079 Valid

14 ,783 Valid 44 ,209 Tidak Valid

15 ,605 Valid 45 ,572 Valid

16 ,464 Valid 46 ,534 Valid

17 ,700 Valid 47 ,202 Tidak Valid

18 ,679 Valid 48 ,451 Valid

19 ,528 Valid 49 ,431 Valid

20 ,545 Valid 50 ,451 Valid

21 ,441 Valid 51 ,544 Valid

22 ,679 Valid 52 ,382 Valid

23 ,528 Valid 53 ,783 Valid

24 ,724 Valid 54 ,599 Valid

25 ,451 Valid 55 ,209 Tidak Valid

26 ,465 Valid 56 ,582 Valid

27 ,429 Valid 57 ,134 Tidak Valid

28 ,233 Tidak Valid 58 ,844 Valid

29 ,637 Valid 59 ,272 Tidak Valid

30 ,301 Tidak Valid 60 ,724 Valid


(60)

44

menggunakan program SPSS 20, sehingga diperoleh 21 butir soal yang valid pada siklus I, dan 17 butir soal pada siklus II.

3.6.3.1.2 Reliabilitas Tes

Sudjana (2009: 16) menyatakan bahwa “reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilai”. Artinya, kapan pun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama, selanjutnya Arikunto (2010: 221) menambahkan bahwa “reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.

Berdasarkan hasil penghitungan validitas, diperoleh item yang valid sebanyak 25 butir soal, dan semuanya dipilih sebagai soal tes formatif. Item yang valid tersebut kemudian dihitung indeks reliabilitasnya dengan menggunakan reliability analysis. Untuk dapat mengetahui reliabilitas tiap butir soal, peneliti menggunakan cronbach’s alpha pada SPSS 20. Data dikatakan reliabel jika nilai Alpha > 0,6 (Priyatno, 2012:187). Berikut merupakan output hasil penghitungan reliabilitas secara keseluruhan.

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Siklus I Reliability Statistics Cronbach's

Alpha Based on Standardized Cronbach's Alpha Items

N of Items


(61)

45

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, diperoleh nilai cronbach’s alpha pada siklus I sebesar 0, 926, dan pada siklus II sebesar 0,900, sehingga dapat dikatakan data tersebut reliabel.

3.6.3.1.3 Taraf Kesukaran

Sudjana (2009: 135) berpendapat bahwa “asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut”. Keseimbangan yang dimaksud ialah adanya soal-soal yang termasuk kategori mudah, sedang, dan sukar secara proporsional. Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus:

I =

N

Keterangan:

I = indeks/taraf kesukaran untuk tiap soal

B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal

N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksud (Sudjana, 2009: 137)

Kriteria yang digunakan ialah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal itu ialah sebagai berikut:

0 - 0,30 = soal kategori sukar 0,31 - 0,70 = soal kategori sedang


(62)

46

0,71 - 1,00 = soal kategori mudah (Sudjana, 2009: 137)

Pengujian taraf kesukaran dilakukan dengan membandingkan banyaknya jumlah siswa yang menjawab soal benar pada setiap butir soal dibandingkan dengan jumlah peserta tes. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria kesukaran soal yang ditentukan, yaitu soal mudah, sedang, dan sulit. Berdasarkan hasil penghitungan manual diperoleh data sebagai berikut: Tabel 3.3 Hasil Pengujian Taraf Kesukaran

Kriteria Nomor Soal

Mudah 1, 2, 3, 7, 14, 15, 20, 23, 24, 25, 31, 32, 33, 34, 37, 39, 45, 46, 50, 53, 54, 60.

Sedang 5, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 26, 27, 29, 35, 36, 38, 40, 42, 48, 49, 51, 56, 58.

3.6.3.1.4 Daya Pembeda

Arikunto (2013: 226) manyetakan bahwa “daya pembeda soal, adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah)”. Untuk menghitung daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut:

D =BJ −BJ = P − P

Keterangan:


(1)

239 Lampiran 66


(2)

240 Lampiran 67


(3)

241 Lampiran 68

DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN

Dok 1

Guru membuka pelajaran

Dok 2


(4)

242

Dok 3

Siswa menjelaskan materi kepada teman satu kelompok ( penggunaan model artikulasi)


(5)

243

Dok 5

Siswa mengerjakan tes formatif

Dok 6


(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATERI BUMI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KARANGJATI 01 KABUPATEN TEGAL MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE

0 5 273

Peningkatan Pembelajaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui Model Tari Bambu pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Randugunting 5 Kota Tegal

0 24 280

PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI MANGKUKUSUMAN

11 133 334

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATERI PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI MELALUI MODEL JIGSAW PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 01 GONDANG PEMALANG

0 19 201

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI STRATEGI Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Melalui Strategi Everyone Is A Teacher Here Kelas V SD Negeri 2 Gedaren

0 1 13

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN MELALUI METODE ROLE PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN MELALUI METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SAMBI TAHUN AJ

0 1 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) KELAS V SD NEGERI 2 LESMANA

0 0 18

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PLIKEN

0 0 16

PENINGKATAN PERCAYA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI DI KELAS V A SD NEGERI 1 BROBOT

0 0 15

PENINGKATAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA KELAS V DI SD NEGERI 2 PIASA - repository perpustakaan

0 1 15