15
2.1.2 Teori Modern
2.1.2.1 Jhon Stuart Mill dan David Ricardo
Teori yang dikemukakan J.S.Mill menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan kemudian mengekspor barang yang memiliki comparative
advantage terbesar dan mengimpor barang yang dimiliki comparative disadvantage
suatu barang yang dapat dihasilkan dengan biaya yang lebih murah, dan jika mengimpor barang yang dihasilkan sendiri, maka akan memakan biaya
yang lebih besar. Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya
tenaga kerja yang dikerahkan untuk memproduksi barang tersebut. Sebagai contoh:
Tabel 2.3 Produksi 10 orang dalam 1 minggu Produksi
Amerika Prancis
Gandum
6 karung 2 karung
Pakaian 10 Yard
6 Yard
Sumber: Salvatore 2006.
Menurut teori modern perdagangan antara negara Amerika dengan negara Prancis tidak akan timbul, karena absolute advantage dalam memproduksi
gandum dan pakaian sudah tersedia pada negara Amerika. Tetapi yang penting disini bukan absolute advantage akan tetapi comparative advantagenya. Besarnya
comparative advantage untuk negara Amerika dalam memproduksi 6 karung
gandum dibandingkan 2 karung gandum dari negara Prancis yaitu 3 : 1, dan produksi 10 yard pakaian dibandingkan dengan 6 yard yang dimiliki negara
Universitas Sumatera Utara
16
Prancis atau sekitar 53 : 1. Dalam hal ini negara Amerika memiliki comparative advantage
dalam memproduksi gandum yaitu sebesar 3 : 1 dimana lebih besar dari 53 : 1.
Negara Prancis memproduksi gandum sebanyak 2 karung dibandingkan negara Amerika yang memproduksi 6 karung gandum atau 13 : 1. Oleh karena itu
perdagangan akan timbul antara negara Amerika dengan negara Prancis, dengan spesialisasi gandum untuk negara Amerika dan menukarkan sebagian gandumnya
dengan produksi pakaian dari negara Prancis. Dasar nilai pertukaran term of trade
ditentukan dengan batas-batas nilai tukar oleh masing-masing barang di dalam negeri. Kelebihan untuk teori comparative advantage yaitu teori ini dapat
menerangkan berapa besar
k
euntungan karena adanya pertukaran, di mana kedua hal ini tidak dapat diterangkan oleh teori absolute advantage.
David Ricardo 1772-1823 merupakan seorang tokoh aliran klasik yang menyatakan bahwa nilai pertukaran ada jika barang tersebut memiliki nilai
kegunaan. Dengan demikian suatu barang dapat ditukarkan jika barang tersebut memiliki nilai guna yang dibutuhkan oleh orang lain. Selanjutnya David Ricardo
juga membuat perbedaan antara barang yang dapat dibuat atau barang yang dapat diperbanyak sesuai dengan keinginan orang lain. Dilain pihak, ada barang yang
sifatnya terbatas ataupun bersifat monopoli, dalam hal ini untuk jenis barang yang sifatnya terbatas tersebut maka nilainya sangat subyektif dan relatif sesuai dengan
kerelaan membayar dari calon pembeli. Sedangkan untuk barang yang ditambah jumlah produksinya sesuai dengan keinginan, maka nilai pertukarannya
Universitas Sumatera Utara
17
berdasarkan atas pengorbanan yang diperlukan. David Ricardo mengemukakan bahwa berbagai kesulitan yang timbul dari ajaran nilai kerja adalah:
1. Perlu diperhatikan adanya kualitas kerja, yaitu ada kualitas kerja terdidik dan tidak terdidik, kualitas kerja dan lain sebagainya. Aliran klasik dalam
hal ini tidak memperhitungkan jam kerja yang dipergunakan untuk pembuatan barang, tetapi jumlah jam kerja yang biasa dan semestinya
diperlukan untuk memproduksi barang. Dari kesimpulan ini maka kemudian mengganti ajaran nilai kerja dengan “teori biaya produksi”.
2. Kesulitan yang terdapat di dalam nilai kerja yakni bahwa selain kerja masih banyak lagi jasa produktif yang ikut membantu dalam pembuatan
suatu barang dan itu harus dihindarkan. Selanjutnya David Ricardo menyatakan bahwa perbandingan antara kerja dan modal yang
dipergunakan dalam produksi dikarenakan tetap besarnya dan hanya sedikit sekali perubahan.
Teori perdagangan internasional ditengahkan oleh David Ricardo yang memulai dengan anggapan bahwa lalu lintas pertukaran internasional hanya
berlaku antara dua negara, dimana antara dua negara tersebut tidak ada pabean dan di antara kedua negara tersebut hanya beredar uang dalam bentuk emas.
David Ricardo memanfaatkan hukum pemasaran yang secara bersama-sama dengan teori kuantitas uang untuk mengembangkan teori perdagangan
internasional. Walaupun suatu negara memiliki keunggulan absolute, apabila dilakukan perdagangan tetap akan menguntungkan bagi kedua negara yang
melakukan perdagangan.
Universitas Sumatera Utara
18
Teori perdagangan telah merubah dunia menuju globalisasi dengan lebih cepat. Dahulu negara yang memiliki keunggulan absolute belum berani dalam
melakukan perdagangan, berkat “law of comparative costs” dari Ricardo, negara Prancis mulai membuka kembali sistem perdagangan bebas antara beberapa
negara lain. Teori comparative advantage telah berkembang menjadi dynamic comparative advantage
yang menyatakan bahwa keunggulan komparatif dapat dengan mudah diciptakan, oleh karena itu penguasaan teknologi dan kerja keras
menjadi salah satu faktor keberhasilan suatu negara. Bagi negara yang menguasai teknologi maka akan semakin diuntungkan dengan adanya perdagangan bebas,
sedangkan negara yang hanya mengandalkan kepada kekayaan alam akan kalah dalam persaingan internasional.
1. Cost Comparative Advantage Labor Efficiency Menurut teori cost comparative advantage labor efficiency, suatu negara
akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang, dimana negara tersebut dapat
memproduksi serta mengimpor barang relatif lebih efisien. Berdasarkan contoh hipotesis di bawah ini maka dapat dikatakan bahwa teori comparative advantage
dari David Ricardo adalah cost comparative advantage
Tabel 2.4 Data Hipotesis Comparative Cost
Produksi 1 kg Gula
1 meter Kain Indonesia
3 Hari Kerja 4 Hari Kerja
China 6 Hari Kerja
5 Hari Kerja Sumber: Salvatore2006.
Universitas Sumatera Utara
19
Dalam tabel di atas negara Indonesia memiliki keunggulan absolute dibandingkan dengan negara Cina untuk produk gula dan kain. Maka tetap terjadi
perdagangan internasional yang menguntungkan kedua negara melalui spesialisasi jika negara-negara tersebut memiliki cost comparative advantage atau labour
efficiency .
Berdasarkan perbandingan Cost Comparative Advantage Efficiency, dapat dilihat bahwa tenaga kerja Indonesia lebih efisien dibandingkan dengan tenaga
kerja Cina dalam memproduksi 1 kg gula atau hari kerja dari pada produksi 1 meter kain pada saat hari kerja. Hal ini akan semakin mendorong Indonesia
dalam melakukan spesialisasi produksi dan ekspor gula. Sebaliknya tenaga kerja Cina ternyata lebih efisien dibandingkan tenaga kerja Indonesia dalam
memproduksi 1 meter kain pada hari kerja dari pada produksi 1 kg gula pada hari kerja, hal ini mendorong Cina melakukan spesialisasi produksi dan ekspor
kain. 2. Production Comparative Advantage Labor Productivity
Suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang, dimana negara
tesebut dapat berproduksi relatif kurangtidak produktif. Walaupun negara Indonesia memiliki keunggulan absolute dibandingkan negara Cina untuk kedua
produk, namun perdagangan internasional dapat terjadi dan saling menguntungkan keduanya melalui spesialisasi di masing-masing negara yang memiliki labor
productivity. Kelemahan yang terdapat di dalam teori klasik Comparative
Advantage tidak dapat menjelaskan mengapa terdapat perbedaan fungsi produksi
Universitas Sumatera Utara
20
antara dua negara. sedangkan kelebihannya adalah perdagangan internasional antara dua negara tetap terjadi walaupun hanya satu negara yang memiliki
keunggulan absolute asalkan masing-masing dari negara tersebut memiliki perbedaan dalam Cost Comparative Advantage atau Production Comparative
Advantage. Teori ini mencoba melihat keuntungan atau kerugian dalam
perbandingan relatif. Teori ini berlandaskan pada asumsi: Labor Theory of Value, yaitu bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipergunakan untuk menghasilkan barang tersebut, dimana nilai barang yang ditukar seimbang dengan jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk
memproduksinya.
2.1.2.2 Teori Hecksher-Ohlin H-O