59
konsistensi dengan target sehingga swasembada yang sudah direncanakan bisa langsung terealisasikan pada tahun 2014.
Neraca perdagangan Indonesia dalam setengah tahun 2012 terus melemah. Kendati masih surplus, nilai ekspor terhadap impor selama enam bulan terakhir
menunjukkan tren penurunan. Menurut Badan Pusat Statistik BPS, laju impor Indonesia dalam tiga bulan terkahir selalu lebih tinggi dibandingkan ekspor. Jika
ekspor Indonesia pada bulan Mei 2012 mencapai US 16,83 miliar, pada bulan berikutnya justru menurun menjadi US 15,36 miliar. Penurunan ini juga
sebetulnya terjadi pada aktivitas impor dalam dua bulan terakhir. Laju impor Indonesia pada bulan Mei 2012 tercatat mencapai US 17,04
miliar dan pada bulan Januari 2013 tercatat mencapai US 15,45 miliar. Sementara itu, pada bulan Juni 2012 melemah menjadi US 16,69 miliar dan pada
bulan Juni 2013 mencapai 17,41 miliar. Namun nilai impor yang masih lebih tinggi dibandingkan ekspor menyebabkan Indonesia mengalami defisit
perdagangan beberapa bulan terakhir.
4.6 Kebijakan Impor yang Dilakukan Pemerintah
Kebijakan impor yang diyakini oleh pemerintah Indonesia mampu menekan harga dan ketersediaan bahan pokok kini terus menjadi sorotan. Hal ini
dikarenakan, impor bahan makanan pokok terus meningkat dari tahun ketahun. Dari data BAPENAS tahun 2006, defisit neraca perdagangan bidang pertanian
sebesar US 28.03 juta, dan pada tahun 2011 meningkat menjadi US 5.509 miliar atau setara dengan 5 triliun lebih, itu artinya dalam waktu 5 tahun, impor
bahan makanan pokok telah naik hingga 200 kali lipat. Tiga kebijakan strategis
Universitas Sumatera Utara
60
terkait dengan impor komoditi pangan telah diterbitkan oleh Pemerintah melalui Kementrian Perdagangan, dimana salah satunya menetapkan kebijakan terhadap
kedelai. Hal ini ditunjukkan melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24 Tahun 2013 tentang Ketentuan Impor Kedelai dalam rangka program stabilisasi
harga kedelai. Negara
memiliki kewajiban dalam mensejahterakan kehidupan masyarakatnya, salah satunya dengan dilaksanakannya kewajiban dalam
memenuhi kebutuhan pangan oleh pemerintah. Dalam undang-undang Republik Indonesia tahun 1996 tentang pangan mengatakan bahwa pangan sebagai
kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannyya merupakan hak asasi manusia dan pemenuhannya harus terpenuhi setiap waktu, bermutu dan bergizi tinggi.
Mengacu pada undang-undang tersebut pemerintah membuat dan melakukan tindakan dalam memenuhi kebutuhan terhadap kedelai nasional
melalui impor kedelai. Akan tetapi pemenuhan terhadap impor sangat bergantung dengan kondisi negara pengimpor, seperti dalam hal harga. Akibatnya maka harga
dapat berubah sewaktu-waktu bahkan ketika harga kedelai sangat tinggi dan tidak dapat dijangkau oleh kemampuan daya beli masyarakat.
Penetapan kebijakan impor oleh pemerintah lebih ditujukan dalam penyelamatan perekonomian nasional melalui pengendalian harga dan
ketersediaan komoditi untuk menekan inflasi, karena perekonomian nasional akan stabil jika konsumsinya juga stabil. Disamping itu, produksi dalam negeri juga
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri bahkan untuk satu wilayah sekalipun. Pemerintah mengharapkan agar ketersediaan tetap terjaga, harga
Universitas Sumatera Utara
61
barang terkendali, stabilitas harga tercapai, dan inflasi bisa ditekan karena konsumsi atau daya beli tetap tinggi dengan cara tetap memperlancar arus impor
mengimpor ini. Kebijakan impor yang telah ditetapkan pemerintah bukannya
menguntungkan negara namun malah sebaliknya harga bahan pokok naik, pasar dipenuhi komoditi impor, dan pada akhirnya merugikan petani lokal. Secara nyata
ataupun tidak kebijakan pemerintah ini khususnya kebijakan impor sangat mempengaruhi ketersediaan dan harga komoditi lokal berkurang, namun jika tidak
dilaksanakan maka harga komoditi lokal akan anjlok karena produksi lokal yang berlebihan.
Untuk melindungi produksi dalam negeri dari ancaman produk sejenis yang diproduksi di luar negeri, maka pemerintah di dalam suatu negara akan
menerapkan ataupun mengeluarkan suatu kebijakan di bidang impor. Kebijakan ini secara langsung maupun tidak langsung pasti akan mempengaruhi struktur,
komposisi, dan kelancaran usaha untuk mendorong atau melindungi pertumbuhan industri di dalam negeri domestik, dan penghematan devisa negara.
Ketika suatu negara ingin memenuhi kebutuhan pangan, yang dapat dilakukan adalah dengan tiga hal yaitu, pemenuhan melalui peningkatan produksi
dalam negeri, impor pangan dan pengelolaan terhadap pangan. Hal inilah yang membuat Indonesia melakukan impor kedelai, karena kondisi ketergantungan
terhadap impor kedelai ini sangat mengancam ketahanan pangan, maka dari itu perlu adanya kemandirian di dalam pemenuhan kebutuhan di dalam negeri. Dalam
hubungan ketergantungan ini diperlukan peran pemerintah untuk mengatasi
Universitas Sumatera Utara
62
ketergantungan terhadap impor kedelai, namun pada kenyataannya sampai sejauh ini pemerintah belum memiliki upaya yang kuat dalam optimalisasi produksi
kedelai dalam negeri. Hal ini dapat terlihat bahwa pemerintah melakukan pilihan untuk impor
kedelai yaitu sebagai salah satu alasan agar lebih efisiensi. Namun dalam hal ini bukannya malah meningkatkan daya saing kedelai lokal namun sebaliknya malah
semakin membuat ketergantungan. Oleh sebab itu, keterbelakangan produksi bukan karena ketimpangan negara eksportir dengan Indonesia sebagai negara
importir, namun disebabkan oleh buruknya manajemen usaha dalam peningkatan produksi dan daya saing kedelai lokal. Ada dampak positif dan negatif di dalam
impor kedelai, salah satunya adalah kebutuhan kedelai di Indonesia jadi dapat terpenuhi dengan adanya impor kedelai.
Berubahnya kebijakan yang dibuat pemerintah menjadi teguran keras karena panen raya yang diharapkan tidak dapat tercapai dengan maksimal akibat
kekeringan melanda. Harga kedelai lokal di tingkat petani saat ini masih tetap tertekan jauh dari harga pasar yang kini terjadi yaitu mencapai Rp 9.000 per
kilogram, namun disisi lain informasi yang di dapat yaitu harga pembelian pemerintah HPP Rp 7.000 per kilogram, sedangkan pemerintah menetapkan
harga kedelai impor Rp 8.490 per kilogram. Disisi lain, rencana pemerintah mencabut bea impor semakin mempersulit
nasib petani, terutama petani kedelai karena harga kedelai lokal yang kurang diminati perajin tahu dan tempe akan semakin tidak laku dipasaran. Kalau
memang kebijakan ini dilakukan, semakin membuat petani merasa percuma saja
Universitas Sumatera Utara
63
menanam kedelai dan dipastikan jumlah petani yang menanam kedelai akan berkurang hingga 50. Adanya banjir impor justru membuat harga kedelai jatuh
dan petani akan semakin dirugikan. Hal ini yang membuat petani semakin tidak percaya dan mengeluarkan pernyataan bahwa pemerintah memang selalu tidak
konsisten dan mempermainkan nasib petani. Kebijakan pemerintah yang telah menghapuskan bea masuk kedelai yang
awalnya sebesar 5 lewat peraturan Menteri Keuangan Permenkeu nomor 133PMK.0112013, akhirnya dianggap dapat menurunkan harga kedelai yang
melambung tinggi.menurunnya harga-harga memang terjadi dan hal ini membuat semakin terbantunya para pengerajin. Namun disisi lain, petani kedelai dalam
negeri harus menahan penderitaan akibat kebijakan tersebut. Sekarang memang harga kedelai impor akan masuk secara terus-menerus ke dalam negeri, sementara
kedelai produksi petani akan semakin tertindas. Ini terlihat bahwa kebijakan yang diterapkan pemerintah salah besar dan akan semakin menjatuhkan nasib para
petani selanjutnya. Pemerintah dapat mengambil kebijakan satu pihak yang dalam hal ini adalah pengerajin sebagai konsumen, soal mahalnya harga kedelai bukan
indikator kuat untuk pemerintah membebaskan bea masuk impor. Meskipun disisi lain dengan mengimpor kedelai lokal menjadi sangat
tertekan produksinya, namun karena kebutuhan impor kedelai maka kebutuhan kedelai nasional dapat terpenuhi dan tidak mematikan usaha pengerajin pangan
berbahan dasar kedelai. Namun impor kedelai yang dilakukan oleh Indonesia selama ini bukan menciptakan kedelai lokal yang lebih kompetitif melainkan
sebuah penurunan dalam produksinya. Di lain hal hambatan dalam negara
Universitas Sumatera Utara
64
seharusnya dibuat seminimal mungkin karena hal tersebut dapat meningkatkan distribusi kesejahteraan antar negara serta meningkatnya kuantitas perdagangan
dunia dan meningkatkan efisiensi ekonomi dibandingkan dengan tidak adanya perdagangan antar negara sama sekali.
Kebijakan untuk mengimpor kedelai ini memang untuk memenuhi kebutuhan pangan, bukan karena Indonesia tidak mampu menghasilkan kebutuhan
pangan kedelai. Oleh karena itu yang perlu dilakukan pemerintah adalah meningkatkan efisiensi dalam produksi kedelai lokal melalui orientasi pemerintah
terhadap impor kedelai lokal. Pangan merupakan suatu kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia, ketergantungan terhadap impor pangan merupakan suatu
wujud ketidakmandirian dalam hal penyediaan pangan nasional. Buktinya, tingkat ketergantungan kedelai nasional terhadap produksi kedelai lokal cenderung
mengalami penurunan disertai dengan perubahan harga yang cukup tajam Saliem, 2004
Sementara itu, kemandirian dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, krisis kedelai yang kerap
dialami oleh negara ini sebagian besar dipengaruhi oleh ketergantungan terhadap impor kedelai. Upaya yang dapat dilakukan untuk keluar dari krisis pangan adalah
dengan cara membangun kemandirian pangan, yaitu negara harus menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang baik dan didasarkan pada
pemanfaatan sumber daya lokal Swastika, 2007 Di sisi lain terjadinya krisis pangan dikarenakan faktor eksternal yang
merupakan ketergantungan dari adanya liberalisasi pertanian. Dengan adanya
Universitas Sumatera Utara
65
liberalisasi pertanian, pemerintah tidak boleh melakukan tindakan yang sifatnya membatasi atau menghambat terhadap komoditas pangan. Tindakan yang bersifat
menghalangi itu bisa berupa kuota impor dan pemberian pajak yang besar. Dengan kemudahan kedelai impor menembus pasar Indonesia, maka persaingan
antar kedelai lokal dan kedelai impor semakin ketat, tergantung produksi kedelai mana yang sesuai dengan permintaan masyarakat. Namun yang menjadi masalah
adalah ketidakmampuan kedelai lokal dalam menangani persaingan ini. Karena kebutuhan kedelai di Indonesia tidak seimbang dengan kebutuhan produksinya,
maka yang dilakukan pemerintah adalah impor kedelai. Kemudian dari masalah ini muncul pola ketergantungan yang dikuatkan oleh faktor internal, yaitu
kenyamanan pemerintah untuk terus memenuhi kebutuhan kedelai nasional dengan cara impor kedelai.
Untuk meningkatkan produksi lokal itu sendiri, bagaimanapun juga aktor utama yang dapat diberikan motivasi adalah para petani itu sendiri. Selama ini
petani lebih memilih komoditas lain dibandingkan kedelai, hal ini dikarenakan daya saing kedelai lokal yang sangat rendah dan tidak memberi keuntungan yang
besar. Kenyataannya para petani di Indonesia cenderung mengarah kepada kemiskinan. Ketidaksiapan petani memasuki liberalisasi perdagangan membuat
beban yang ditanggung petani semakin besar, seperti mahalnya harga pupuk dan dominasi pangan impor yang semakin menekan harga pangan lokal. Oleh karena
itu dilakukan pemberian intensif kepada petani, maka para petani memiliki alasan untuk terus memproduksi kedelai kedepannya
Universitas Sumatera Utara
66
Pada akhirnya, pengoptimalan produksi kedelai lokal dengan berorientasi pada promosi ekspor bertujuan untuk menghindari krisis kedelai yang kerap
terjadi sehingga dapat mencapai kesejahteraan untuk mayoritas masyarakat. Selama ini impor yang dilakukan hanya menguntungkan negara eksportir saja,
sementara petani kedelai mengalami kelesuan dalam memproduksi kedelai. Selain itu para pengolah kedelai juga mengalami kesulitan saat harga kedelai impor
melonjak drastis sementara kedelai lokal sulit ditemukan dan harganya pun tidak sesuai dengan kualitas.
Jadi akar masalahnya lebih kepada ketidakseimbangan antara ketersediaan dan pengaturan harga oleh pemerintah. Kebijakan yang ditempuh untuk
swasembada kedelai tahun 2014 ini pada dasarnya diarahkan untuk mendorong terwujudnya usaha tani kedelai yang memiliki daya saing terhadap kedelai impor
guna memenuhi kebutuhan kedelai nasional serta untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Secara operasional, kebijakan pembangunan tanaman
pangan khususnya Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi diprioritaskan pada pencapaian swasembada kedelai tahun 2014.
Dalam pencapaian swasembada pangan perlu didukung oleh iklim berusaha tani yang kondusif. Dukungan kebijakan untuk menciptakan iklim usaha
tani kedelai yang kondusif diantaranya dengan: 1. Harga
Usaha tani kedelai dapat berjalan apabila petani memperoleh intensif atau keuntungan yang memadai. Oleh karena itu pemerintah perlu menjaga kestabilan
harga dan pasar melalui penetapan harga pembelian oleh pemerintah. Dalam
Universitas Sumatera Utara
67
pengendalian harga tersebut diperlukan koordinasi dengan instansi dan stakeholder terkait, baik pada tingkat pusat, provinsi maupun kabupatenkota.
2. Penetapan Tarif Bea Masuk Produk kedelai impor sering membanjiri pasar dalam negeri dengan harga
yang lebih murah. Hal ini dapat menghancurkan agribisnis kedelai dalam negeri. Oleh karena itu perlindungan terhadap petani mulai dari aspek proses produksi
sampai aspek pemasaran hasil dan sistem perdagangannya perlu dikembangkan lebih lanjut. Salah satu upaya untuk menghadapi persaingan dengan produk
impor, pemerintah menerapkan pemberlakuan tariff bea masuk impor. 3. Penyedarhanaan Tata Niaga
Rantai tata niaga kedelai dalam negeri cenderung rumit dan panjang sehingga selisih harga di tingkat produsen petani dengan harga di tingkat grosir
dan eceran cukup mencolok. Untuk meminimalisir hal tersebut, pemerintah perlu mengatur tata niaga kedelai agar lebih sederhana dengan rantai tata niaga yang
lebih pendek.
4.7 Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai