BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap individu atau keluarga berusaha memenuhi kebutuhannya dengan
menggunakan sumberdaya yang tersedia. Kebutuhan manusia dapat diklasifikasikan sebagai kebutuhan pangan dan kebutuhan nonpangan, sedangkan
salah satu sumberdaya adalah uang. Pemilikan sumberdaya uang ini salah satunya berasal dari pendapatan. Upaya pemenuhan kebutuhan merupakan upaya
pengalokasian pendapatan untuk kebutuhan pangan dan nonpangan. Hal ini dikarenakan pendapatan bersifat terbatas, sementara kebutuhan terutama
nonpangan bersifat tidak terbatas Fatimah, 1995. Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersediaan
pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha untuk mencukupi kebutuhannya dengan berbagai
cara. Dalam perkembangan peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup yang maju, mandiri, dalam suasana tenteram serta sejahtera lahir dan bathin,
semakin dituntut penyediaan pangan yang cukup, berkualitas, aman, dan merata. Oleh karena itu, kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat
strategis untuk mewujudkan pembangunan sumber daya manusia yang sehat, aktif, dan produktif BKP, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama pembangunan, karena pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia.
Ketahanan pangan dapat diartikan sebagai tersedianya pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi
bagi masyarakat untuk dapat melakukan aktivitas sehari- hari sepanjang waktu. Dengan definisi deperti itu, ketahanan pangan tidak hanya cukup sampai tingkat
global, nasional, maupun regional tetapi harus sampai pada tingkat rumah tangga dan individu Rachman, 2005.
Secara nasional, kewajiban mewujudkan ketahanan pangan tertuang secara
eksplisit dalam UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, dimana dalam konsep ketahanan pangan telah termuat aspek keamanan, mutu dan keragaman sebagai
kondisi yang harus dipenuhi dalam kebutuhan pangan penduduk secara cukup dan merata serta terjangkau. Kondisi ketahanan pangan yang diperlukan juga
mencakup persyaratan bagi kehidupan sehat. Definisi ketahanan pangan sebagaimana yang termuat dalam Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1996
tentang Pangan adalah sebagai berikut : “ Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata terjangkau” Sumarmi, 2010.
Keluarga yang berpenghasilan rendah, sebagian pendapatannnya digunakan untuk
mencukupi kebutuhan pangan, sehingga persentase pengeluaran untuk pangan akan relatif besar. Akan tetapi, karena kebutuhan pangan relatif terbatas, maka
mulai pada tingkat pendapatan tertentu, pertambahan pendapatan akan
Universitas Sumatera Utara
dialokasikan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan nonpangan, sehingga pada kondisi tersebut persentase pengeluaran untuk pangan akan menurun. Peningkatan
pendapatan menyebabkan timbulnya kebutuhan- kebutuhan lain selain pangan, sementara pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam peningkatannya
tidak sebesar pengeluaran nonpangan Fatimah, 1995. Peningkatan total pengeluaran untuk nonpangan mulai pada pendapatan tertentu
jauh lebih besar dari peningkatan pengeluaran untuk pangan, sehingga persentase pengeluaran untuk nonpangan meningkat dengan meningkatnya pendapatan,
sedangkan persentase pengeluaran untuk pangan justru menurun. Persentase pengeluaran untuk pangan pada keluarga berpendapatan rendah akan lebih besar
dari keluarga berpendapatan lebih tinggi Fatimah, 1995. Kemiskinan merupakan suatu kondisi kehidupan serba kekurangan yang dialami
seseorang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal kehidupannya. Standard minimal kebutuhan hidup ini berbeda antara satu daerah dengan daerah
yang lain, karena sangat bergantung pada kebiasaan adat, fasilitas transportasi dan distribusi serta letak geografisnya. Kebutuhan minimal tersebut meliputi
kebutuhan untuk makanan terutama energi kalori sehingga kemungkinan seseorang bisa bekerja untuk memperoleh pendapatan. Patokan tingkat kecukupan
kalori yang dijadikan acuan adalah sebesar 2.100 kalori setiap orang per hari untuk makanan. Selain kebutuhan makanan, juga diperlukan kebutuhan lain
yang minimal harus dipenuhi, yaitu meliputi tempat perlindungan rumah termasuk fasilitas penerangan, bahan bakar dan pemeliharannya, pakaian
Universitas Sumatera Utara
termasuk alas
kaki, pendidikan,
kesehatan, dan
transportasi BPS, 2009.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin
antara lain: pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga umur perkawinan dan
jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin Raskin yang diterima. Dilakukannya penelitian ilmiah ini, karena penulis tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan. Dengan pertimbangan bahwa
daerah Kecamatan Medan Tuntungan merupakan salah satu daerah miskin yang terdapat di Kota Medan, sehingga perlu dibina ketahanan pangannya.
1.2. Identifikasi Masalah