Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Tinjauan Pustaka

termasuk alas kaki, pendidikan, kesehatan, dan transportasi BPS, 2009. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin antara lain: pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga umur perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin Raskin yang diterima. Dilakukannya penelitian ilmiah ini, karena penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan. Dengan pertimbangan bahwa daerah Kecamatan Medan Tuntungan merupakan salah satu daerah miskin yang terdapat di Kota Medan, sehingga perlu dibina ketahanan pangannya.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut : 1 Bagaimana tingkat ketahanan pangan rumah tangga dilihat dari besar pangsa atau persentase pengeluaran untuk pangan pada rumah tangga miskin di daerah penelitian ? 2 Bagaimana pengaruh faktor pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga umur perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin raskin yang diterima terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian ? Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini antara lain : 1 Untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan rumah tangga dilihat dari besar pangsa atau persentase pengeluaran untuk pangan pada rumah tangga miskin di daerah penelitian. 2 Untuk mengetahui pengaruh faktor pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga umur perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin raskin yang diterima terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian. 1.4. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini antara lain : 1 Sebagai bahan masukan dan informasi bagi peneliti lain yang berminat untuk meneliti lebih lanjut tentang beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin selain daripada faktor pendapatan. 2 Sebagai bahan masukan dan informasi yang bermanfaat bagi para pembaca. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan dan minuman BKP, 2010. Pangan dikelompokkan menjadi sembilan kelompok yakni : 1 Padi- padian Terdiri dari beras, jagung, terigu 2 Makanan berpati atau umbi- umbian Terdiri dari kentang, wortel, ubi kayu, ubi jalar, sagu dan umbi- umbian lain 3 Pangan hewani dan tumbuhan Terdiri dari ikan, daging, susu, telur 4 Minyak dan lemak Terdiri dari minyak kelapa, minyak jagung, minyak kelapa sawit dan margarine 5 Buah dan biji berminyak Terdiri dari kelapa, kemiri, kenari, mete, dan coklat 6 Kacang- kacang lainnya Universitas Sumatera Utara Terdiri dari kacang tanah, kacang hijau, tahu dan tempe 7 Gula Terdiri dari gula pasir, gula merah dan gula lainnya 8 Sayur dan buah Adalah seluruh jenis sayur dan buah yang biasa dikonsumsi 9 Lain- lain Terdiri dari teh, kopi, bumbu makanan dan minuman beralkohol. BKP, 2010. Kemiskinan Penentuan batas kemiskinan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik BPS mengacu pada kebutuhan minimal yang setara dengan kebutuhan energi sebesar 2.100 kalori per kapita per hari ditambah dengan pemenuhan kebutuhan minimum non-makanan. Patokan 2.100 kalori ditentukan berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi yang menyatakan bahwa hidup sehat rata- rata setiap orang harus mengkonsumsi makanan setara 2.100 kalori per kapita per hari BPS, 2009. Konsep kemiskinan menurut Inpres nomor 12 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Program Raskin, dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pengeluaran keluarga yang terdiri atas 4 anggota keluarga. 1 Golongan sangat miskin adalah mereka yang mengkonsumsi makanan senilai sampai dengan 1.900 kalori per hari, yang senilai dengan Rp.120.000,- per Universitas Sumatera Utara minggu atau bila disetarakan dengan pengeluaran per bulannya adalah Rp.480.000,- per rumah tangga per bulan. 2 Golongan miskin adalah mereka yang mengkonsumsi makanan senilai sampai 2.100 kalori per hari, yang senilai dengan Rp.150.000,- per minggu atau bila disetarakan dengan pengeluaran per bulannya adalah Rp.600.000,- per rumah tangga per bulan. 3 Golongan hampir miskin yaitu mereka yang mengkonsumsi makanan senilai sampai dengan 2.300 kalori per hari, yang senilai sampai dengan Rp.175.000,- per minggu atau bila disetarakan dengan pengeluaran per bulannya adalah Rp.700.000,- per rumah tangga per bulan Asa’ad, 2007. Pengeluaran Rumah Tangga Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Tingkat pengeluaran terdiri atas dua kelompok, yaitu pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Tingkat kebutuhan permintaan demand terhadap kedua kelompok tersebut pada dasarnya berbeda- beda. Dalam kondisi pendapatan terbatas, kebutuhan makanan didahulukan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan, maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makanan BKP, 2010. Universitas Sumatera Utara Pergeseran komposisi dan pola pengeluaran tersebut terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan secara umum rendah, sedangkan elastisitas terhadap kebutuhan bukan makanan relatif tinggi. Keadaan ini jelas terlihat pada kelompok penduduk yang tingkat konsumsi makanannya sudah mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang bukan makanan, sedangkan sisa pendapatan dapat disimpan sebagai tabungan saving atau diinvestasikan BKP, 2010. Uraian di atas dapat menjelaskan bahwa pola pengeluaran merupakan salah satu variabel yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk, sedangkan pergeseran komposisi pengeluaran dapat mengindikasikan perubahan tingkat kesejahteraan penduduk BKP, 2010. Pangsa atau Persentase Pengeluaran Pangan Yang dimaksud dengan pangsa atau persentase pengeluaran pangan pada tingkat rumah tangga adalah rasio pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran rumah tangga. Perhitungan pangsa atau persentase pengeluaran pangan pada tingkat rumah tangga menggunakan formula sebagai berikut : PF = Dimana : PF = Pangsa atau persentase pengeluaran pangan PP = Pengeluaran untuk pangan rumah tangga Rpbulan TP = Total pengeluaran rumah tangga Rpbulan Sinaga dan Nyak Ilham, 2002. Universitas Sumatera Utara Dalam konteks analisis ketahanan pangan, pengetahuan tentang proporsi atau pangsa pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran pangan rumah tangga merupakan indikator ketahanan pangan rumah tangga yang sangat penting. Hubungan antara pangsa pengeluaran pangan dengan total pengeluaran dikenal sebagai Hukum Working. Dalam hukum working menyatakan bahwa ketahanan pangan mempunyai hubungan yang negatif dengan pangsa pengeluaran pangan. Hal ini berarti semakin besar pangsa pengeluaran pangan suatu rumah tangga, maka semakin rendah tingkat ketahanan pangan rumah tangga tersebut Pakpahan, 1993. Apabila menggunakan indikator ekonomi, dengan kriteria apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan rendah ≤ 60 pengeluaran total maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga tahan pangan. Sementara itu apabila pangsa atau pengeluaran pangan tinggi 60 pengeluaran total maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan Purwantini, 1999. Rumah tangga tahan pangan adalah rumah tangga yang mempunyai pangsa pengeluaran rendah dan cukup mengkonsumsi energi. Pangsa pengeluaran pangan rendah berarti kurang dari 60 bagian pendapatan dibelanjakan untuk pangan. Dan ini mengindikasikan bahwa rumah tangga tahan pangan memiliki kemampuan untuk mencukupi konsumsi energi karena mempunyai akses yang tinggi secara ekonomi juga memiliki akses yang tinggi secara fisik. Rumah tangga rawan pangan adalah rumah tangga yang mempunyai pangsa pengeluaran tinggi dan kurang mengkonsumsi energi. Pangsa pengeluaran pangan Universitas Sumatera Utara tinggi berarti lebih dari 60 bagian pendapatan dibelanjakan untuk pangan. Ini mengindikasikan rendahnya pendapatan yang diterima oleh kelompok rumah tangga tersebut. Dengan rendahnya pendapatan yang dimiliki, rumah tangga rawan pangan dalam mengalokasikan pengeluaran pangannya tidak dapat memenuhi kecukupan energi Purwaningsih, 2010. Yang dimaksud dengan akses secara fisik adalah: akses pangan yang dipengaruhi oleh kondisi ketersediaan produksi pangan dan sarana infrastruktur seperti akses jalan, transportasi yang mendukung lancarnya distibusi pangan untuk menjamin pasokan pangan tersedia dengan cukup di mana saja dan di setiap waktu. Sedangkan yang dimaksud dengan akses secara ekonomi adalah akses pangan yang dipengaruhi oleh daya beli masyarakat terhadap pangan. Daya beli antara lain dipengaruhi oleh sumber mata pencaharian dan pendapatan BKP, 2010. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin antara lain: pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga umur perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin raskin yang diterima. 1 Pendapatan Rumah Tangga Adanya sifat keterbatasan sumberdaya keluarga atau pendapatan yang tersedia akan mempengaruhi adanya prioritas alokasi pengeluaran keluarga. Keluarga yang berpenghasilan rendah, sebagian besar pendapatannya digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan, sehingga persentase pengeluaran untuk pangan akan relatif besar. Akan tetapi karena kebutuhan pangan relatif terbatas, maka mulai pada tingkat pendapatan tertentu pertambahan pendapatan akan Universitas Sumatera Utara dialokasikan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan nonpangan, sehingga pada kondisi tersebut persentase pengeluaran untuk pangan akan menurun. Peningkatan pendapatan menyebabkan timbulnya kebutuhan- kebutuhan lain selain pangan, sementara pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam peningkatannya tidak sebesar pengeluaran nonpangan Fatimah,1995. Hasil penelitian Oktavionita, 1989 menunjukkan bahwa tingkat pendapatan yang berbeda akan menyebabkan alokasi pengeluaran yang berbeda, karena tingkat pengeluaran merupakan fungsi dari total pendapatan. Pada golongan berpendapatan rendah, persentase pengeluaran untuk pangan lebih besar dibandingkan pengeluaran lainnya, sedangkan pada golongan berpendapatan tinggi, persentase pengeluaran pangan lebih kecil dibandingkan dengan pengeluaran lainnya. Pada rumah tangga dengan pendapatan rendah, 60 - 80 dari pendapatannya dibelanjakan untuk makanan. Elastisitas pendapatan untuk makanan yang digambarkan dari persentase perubahan kebutuhan akan makanan untuk tiap 1 perubahan pendapatan, lebih besar pada rumah tangga yang miskin dibandingkan pada rumah tangga kaya Soekirman, 2000. Untuk komoditas pangan, peningkatan pendapatan tidak diikuti dengan peningkatan permintaan yang progresif. Hal ini sesuai dengan Hukum Engel, yang menyatakan bahwa semakin rendah pendapatan keluarga, maka semakin besar proporsi dari pendapatan tersebut yang dibelanjakan untuk makanan. Sinaga dan Nyak Ilham, 2002. Universitas Sumatera Utara 2 Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga Tingkat pendidikan juga berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang akan memberikan pendapatan relatif lebih tinggi pula. Oleh karenanya, orang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai kemampuan untuk memiliki pangan lebih banyak dan lebih bermutu Roedjito, dkk, 1988. Seorang ibu memiliki peranan besar dalam keluarga, dialah yang berbelanja pangan, mengatur menu keluarga, mendistribusikan makanan, dan lain- lain. Pendidikan ibu rumah tangga berkaitan dengan pengasuhan dan kesadaran dalam pemberian pangan kepada anak. Pendidikan yang tinggi akan meningkatkan kesadaran seorang ibu rumah tangga untuk mencari informasi sebanyak- banyaknya dalam usaha mensejahterakan keluarganya, termasuk informasi tentang pangan dan pengetahuan gizi. Sebaliknya, ibu rumah tangga dengan pendidikan rendah, maka rata- rata pengetahuan gizi ibu rumah tangga ini pun rendah. Semakin tinggi pendidikan seorang ibu rumah tangga, maka semakin kecil persentase pengeluaran untuk pangan Fatimah, 1995. 3 Jumlah Anggota Rumah Tangga Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi konsumsi. Rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga yang lebih besar cenderung mempunyai tingkat konsumsi yang tinggi. Jumlah anggota rumah tangga menentukan sampai batas tertentu jumlah pangan yang dikonsumsi, susunan isi keranjang pangan, Universitas Sumatera Utara ukuran ruang rumah tempat tinggal, pengeluaran untuk pakaian, pendidikan, kesehatan dan rekreasi Sicat dan Arndt, H., 1991. 4 Lamanya Berumah Tangga Umur Perkawinan Alokasi pengeluaran rumah tangga dipengaruhi oleh lamanya berumah tangga umur perkawinan. Setiap tingkatan keluarga baik keluarga yang muda ataupun keluarga tua memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda- beda, baik pangan dan nonpangan. . Karena kebutuhan berbeda pada setiap tahapan rumah tangga, maka penggunaan alokasi pendapatan akan berbeda pula Fatimah, 1995. 5 Jumlah Subsidi Beras untuk Keluarga Miskin Raskin yang Diterima Mengingat pentingnya pemenuhan kebutuhan minimum bagi rakyat miskin sebagai salah satu langkah peningkatan ketahanan pangan, maka sejak tahun 2002 pemerintah melakukan kebijakan Beras Untuk Keluarga Miskin RASKIN. Kebijakan RASKIN ini dianggap sebagai subsidi pangan terarah atau income transfer kepada keluarga miskin dalam bentuk beras. Alasan dilaksanakannya program ini adalah masih banyaknya masyarakat miskin yang masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan minimumnya yaitu makanan pokok. Orientasi RASKIN adalah lebih kepada bantuan kesejahteraan sosial bagi keluarga miskin. Universitas Sumatera Utara

2.2. Landasan Teori