1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab I ini, peneliti membahas mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
spesifikasi produk penelitian, dan definisi operasional sebagai berikut.
1.1 Latar Belakang Masalah
Noor dalam Ahmadi, 2014: 34 memaparkan bahwa pendidikan sebagai aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadian dengan cara
membina potensi kepribadian yang berupa kepribadian jasmansi dan rohani. Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2001 bahwa
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pengendalian diri, keagamaan, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Danim dalam Ahmadi, 2014: 47 tujuan pendidikan untuk mengotimalkan kapasitas atau potensi
dasar manusia. Pendidikan bertujuan mengembangkan potensi dalam diri manusia supaya manusia mampu melaksanakan tugas dan kewajiban dalam kehidupan
guna mencapai kebahagiaan di masa sekarang dan masa mendatang. Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 bahwa pendidikan dasar merupakan
pendidikan yang berbentuk sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah dan sekolah menengah pertama atau madrasah tsanawiyah. Pendidikan dasar merupakan
pendidikan wajib yang ditempuh selama selama 9 tahun. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jejang sekolah dasar adalah matematika.
Matematika merupakan suatu ilmu yang mengajarkan siswa dalam berhitung dan mengukur supaya mampu menyelesaikan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari mengenai bilangan seperti menghitung dan mengukur. Wahana 2016: 115 menuliskan bahwa matematika merupakan bahasa numerik
yang melambangkan serangkaian hitungan dari pernyataan yang ingin disampaikan. Dikmenum dalam Taniredja, 2010: 23 memaparkan bahwa
matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menggunakan rumus matematika yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, peluang, statistika, kalkulus dan trigonometri. Menurut Suherman 2001: 55 matematika berfungsi sebagai alat
untuk memecahkan masalah mata pelajaran lain mengenai menghitung dalam kehidupan kerja atau kehidupan sehari-hari, belajar matematika merupakan
bentuk pola pikir dengan membiasakan siswa memperoleh pemahaman melalui pengalaman dan pengamatan terhadap suatu konsep berhitung. Bruner dalam
Heruman, 2007: 4 menerangkan bahwa dalam pembelajaran matematika, guru berperan menjadi pembimbing dibandingkan menjadi pemberi tahu karena siswa
harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan serta pembelajaran matematika harus termuat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan
konsep yang
akan diajarkan.
Pembelajaran matematikan
bertujuan menumbuhkkan dan mengembangkan kemampuan menghitung dan mengukur
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Dekdipnas dalam Susanto, 2015: 190 memaparkan tujuan pembelajaran matematika di SD adalah 1 Memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, 2 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dan generalisasi, menyusun dan menjelaskan pernyataan matematika, 3 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4 Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,
atau media lain untuk menjelaskan masalah, dan 5 Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Matematika diajarkan di
sekolah dasar karena berguna dalam memecahkan persoalan yang ada di masyarakat, dengan belajar matematika maka siswa akan mampu berhitung,
mengukur, mengolah dan menyajikan data. Dalam pembelajaran matematika siswa dihadapkan pada kenyataan sehari-hari yang berisi masalah matematik yang
berhubungan dengan perhitungan dan pengukuran sehingga siswa akan mampu memecahkannya.
Banyak materi pembelajaran yang dipelajari pada mata pelajaran matematika, salah satu yang dipelajari siswa kelas III SD adalah bangun datar.
Suharyanto 2009: 119 memaparkan bahwa bangun datar merupakan sebuah bangun dua dimensi yang dibuat pada permukaan datar. Masitoch 2009: 134
mengungkapkan bahwa materi bangun datar kelas III SD mencakup mengenal bentuk bangun datar, mengambar bangun datar dan mengidentifikasi sifat pada
bangun datar. Tujuan mempelajari bangun datar adalah untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam berpikir logis. Siswa memahami materi bangun datar
dengan baik, maka siswa terbantu mengembangkan kecerdasan berpikir logis. Materi bangun datar harus dipelajari siswa sejak awal memasuki jenjang sekolah
dasar karena siswa akan menjumpai bentuk bangun datar di kehidupan sehari-hari. Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget, bahwa anak usia sekolah
dasar berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkret yaitu pada usia 7 sampai 11 tahun Susanto, 2015: 184. Pada tahap operasional konkrit
siswa dalam mengembangkan pemikirannya masih menggunakan objek konkret atau objek nyata. Penggunaan objek konkret akan membantu siswa dalam
memahami matematika. Penggunaan objek konkret dalam pembelajaran akan menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar karena siswa mampu berinteraksi
secara langsung dengan objek konkret. Oleh karena itu, pendidik mampu memilih media pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa yaitu dengan
objek konkret. Sehingga pembelajaran akan sesuai dan tujuan pembelajaran matematika tercapai karena pembelajaran matematika terlihat nyata bagi siswa.
Peneliti melaksanakan wawancara dengan 1 guru kelas III SD dan 2 siswa kelas IV SD pada masing- masing sekolah di empat sekolah dasar wilayah Sleman
Timur yang dilaksanakan pada Bulan Juli 2016. Empat SD wilayah Sleman Timur yaitu SD Kanisius Demangan Baru, SD Kanisius Sengkan, SD Kanisius
Eksperimental Mangunan dan SD Negeri Deresan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa guru mengajar menggunakan buku namun guru masih
terpaut dengan buku. Guru menerangkan secara lisan dan tertulis setelah itu memberikan penugasan, dari hal tersebut maka siswa pasif di kelas dan siswa
cepat bosan mengikuti pembelajaran, dengan siswa merasa bosan dalam pembelajaran maka siswa kurang mampu memahami materi dengan baik. Buku
yang guru gunakan kurang lengkap sehingga guru mencari dari sumber buku lain untuk melengkapi materi. Buku yang guru gunakan dalam pembelajaran kurang
sesuai dengan kenyataan kehidupan siswa yang memuat masalah perhitungan sehingga siswa kesusahan dalam menyelesaikan tugas karena permasalahan di
buku kurang mampu dibayangkan oleh siswa. Dengan begitu sangat minim ketersediaan buku ajar matematika yang materi dan kegiatan pembelajaran sesuai
perkembangan siswa dan kehidupan sehari-hari siswa. Dari hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa siswa masih kesulitan dalam memahami
materi pembelajaran terutama materi bangun datar di kelas III SD. Siswa masih kesulitan dalam menyebutkan jenis-jenis bangun datar, siswa kesulitan dalam
mengidentifikasi sifat bangun datar, siswa masih kesulitan dalam membedakan bangun datar yang telihat sama. Siswa kurang memahami materi bangun datar, hal
tersebut manjadikan kendala dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan di
empat sekolah dasar wilayah Sleman Timur adalah pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI. Pendekatan PMRI merupakan
pendekatan pembelajaran
yang menekankan
pembelajaran matematika
menggunakan situasi pembelajaran yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Wijaya 2012: 20 Pendekatan Matematika Realistik Indonesia PMRI
ini menumbuhkan suatu kebermaknaan pada pembelajaran matematika melalui pengalaman nyata yang terdapat pada kehidupan sehari-hari. Dalam belajar
matematika diharapkan siswa terlibat aktif dalam memecahkan permasalahan pada pembelajaran matematika yang mengacu pada permasalahan nyata di
kehidupan sehari-hari siswa. Sehingga pembelajaran akan bermakna bagi siswa dan memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, peneliti melihat adanya kebutuhan guru dan siswa dalam masalah mengenai keterbatasan buku
dalam mengembangkan materi sesuai dengan perkembangan siswa SD kelas III dan pemahaman siswa terhadap materi bangun datar. Oleh karena itu, peneliti
mengembangkan sebuah produk buku guru dan buku siswa dengan pendekatan PMRI. Pengembangan produk ini sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi
masalah. Peneliti menggunakan pendekatan PMRI dengan alasan bahwa pendekatan PMRI mampu digunakan dengan baik untuk mengembangkan media
pembelajaran. Hasil penelitian terdahulu yang dilaksanakan oleh Arifin tahun 2016 menunjukkan bahwa siswa mampu memahami materi bangun datar
sederhana dengan pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar sederhana berdasarkan teori Van Hiele. Anggraini tahun 2016
bahwa siswa mampu meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika pada materi pembagian menggunakan papan pembagian. Ardiani tahun 2015
bahwa siswa mampu memahami materi luas bangun datar mencakup konteks dengan pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI.
Uraian pengembangan produk dengan pendekatan PMRI pada mata pelajaran matematika
dari peneliti
terdahulu membuat
peneliti yakin
dalam mengembangkan produk berupa buku guru dan buku siswa dengan pendekatan
PMRI. Peneliti memperoleh judul penelitian “Pengembangan Buku Guru dan Buku Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas III SD dengan Pendekatan
Matematika Realistik Indonesia PMRI”.
1.2 Batasan Masalah