2. Bagian awal
Bagian awal buku wajib memenuhi bagian halaman judul buku sesuai dengan bagian kulit buku, halaman penerbitan, halaman kata pengantar,
halaman daftar isi, halaman daftar gambar, dan halaman tabel. 3.
Bagian isi Bagian isi buku wajib memenuhi bagian materi, selain itu bagian isi
termuat aspek kebahasaan, aspek penyajian materi, dan aspek kegrafikan. 4.
Bagian akhir Bagian akhir buku wajib memenuhi informasi mengenai penulis atau
penyusun buku, glosarium, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
2.1.2 Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI
2.1.2.1 Pengertian Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI
Pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia merupakan suatu pendekatan yang diadaptasi dari pendekatan RME dari
Belanda. Kata “realistik” diartikan sebagai
“real-world” yang artinya dunia nyata yang beranggapan bahwa pendidikan matematika realistik Indonesia merupakan pendekatan pembelajaran
matematika yang selalu menggunakan masalah sehari-hari. Van de Hauvel dalam Wijaya, 2012: 20 mengatakan bahwa kata realistik yang berarti mampu
dibayangkan, sehingga pendidikan matematika realistik Indonesia diartikan pembelajaran matematika tidak sekedar menunjukkan adanya suatu koneksi
dengan dunia nyata namun mengacu pada pendidikan matematika realistik dalam menempatkan penekanan penggunaan suatu situasi yang dibayangkan oleh siswa.
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa pendekatan PMRI merupakan
pendekatan pembelajaran matematika yang menekankan menggunakan situasi yang nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Setiap orang sering berhadapan dengan matematika pada kehidupan sehari-hari, sehingga matematika sangatlah erat dalam kehidupan. Menurut
Freudenthal dalam Wijaya, 2012: 20 menyatakan bahwa matematika merupakan aktivitas atau kegiatan manusia yang dilaksanakan manusia, matematika bukanlah
suatu pelajaran yang siap saji melainkan suatu bentuk aktivitas atau proses yang menkontruksi konsep matematika. Manusia tidak langsung mengerti mengenai
matematika namun manusia mampu menemukan caradalam menyelesaikan permasalahan matametika. Hal tersebut yang menjadi dasar dari Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia PMRI.
2.1.2.2 Karakteristik Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI
Menurut Treffers dalam Wijaya, 2012: 21-23 PMRI memiliki lima karakteristik antara lain.
1. Penggunaan konteks
Penggunaan konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Dalam proses pembelajaran melibatkan
masalah realistik nyata yang mampu dipahami oleh siswa. Bentuk dari konteks berupa masalah dunia nyata serta mampu dalam bentuk permainan,
penggunaan alat peraga, atau situasi lain yang masih bisa dibayangkan siswa. Melalui penggunaan konteks siswa dilibatkan secara aktif untuk melaksanakan
kegiatan eksplorasi permasalahan. Hasil eksplorasi siswa tidak hanya bertujuan untuk menemukan jawaban akhir dari permasalahan yang diberikan,
namun juga diarahkan untuk mengembangkan berbagai strategi penyelesaian masalah yang bisa digunakan, dan juga untuk meningkatkan motivasi dan
ketertarikan siswa dalam belajar matematika. 2.
Penggunaan model Penggunaan model dalam pembelajaran matematika berfungsi sebagai
jembatan dari pengetahuan dan matematika tingkat dasar menuju ke tingkat yang lebih tinggi. Model tidak hanya diartikan sebagai alat peraga namun
model diartikan sebagai langkah atau tahapan siswa dalam belajar matematika dari matematika tingkat konkret
menuju ke matematika tingkat dasar. Model
ada bermacam-macam betuknya seperti model konkret, semi konkret dan abstrak.
3. Kontruksi siswa
Pembelajaran matematika tidak hanya diberikan dalam pembelajaran sebagai produk yang siap dipakai namun sebagai suatu konsep yang dibangun
oleh siswa sendiri. Kontribusi siswa berupa ide atau variasi cara pemecahan masalah. Sehingga setiap siswa akan mengembangkan aktivitas dan
kreativitasnya dalam memecahkan masalah. 4.
Interaktivitas Proses belajar seseorang tidak hanya suatu proses individu melainkan
proses secara bersama atau melalui proses sosial. Proses belajar siswa supaya lebih singkat dan bermakna pada saat siswa saling mengomunikasikan hasil
kerja dan gagasan mereka. Manfaat interaktivias adalah siswa mampu menggabungkan kemampuan kognitif dan afektif.
5. Keterkaitan antar topik
Konsep-konsep dalam matematika tidak selalu berdiri sendiri, namun banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Konsep matematika
tidak dikenalkan secara terpisah atau berdiri sendiri kepada siswa. Melalui keterkaitan , satu pelajaran matematika diharapkan mampu mengenalkan dan
membangun lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan.
2.1.2.3 Sejarah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI