Kesesuaian Pilihan Kata Syarat Pemilihan Kata .1 Ketepatan Pilihan Kata

3a Pemerintah menuntut agar siswa lebih aktif di kelas. 3b Pemerintah menuntut agar siswa lebih aktip di kelas. 4a Para tentara harus berbaris dengan rapi. 4b Para tentara harus berbaris dengan rapih. Kata produk, produktif, aktif, dan rapi pada kalimat 1a, 2a, 3a, dan 4a merupakan contoh penggunaan kata-kata baku berdasarkan aspek ortografi, sedangkan kata prodek, produktip, aktip, dan rapih pada kalimat 1b, 2b, 3b, dan 4b merupakan penggunaan kata tidak baku. 2. Aspek Jati Diri Kata Aspek jati diri kata bahasa Indonesia yaitu kosakata yang bebas dari kata- kata bahasa daerah atau kata-kata asing, dan apabila sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia maka penyerapannya kata serapan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. aspek jati diri kata dapat digunakan untuk membedakan kata baku dan kata nonbaku. Bentuk baku sebagai aspek jati diri kata ialah kata bahasa Indonesia, sedangkan bentuk tidak baku sebagai aspek jati diri kata ialah bahasa lain. Berikut contohnya. 1 Kata yang tidak baku bahasa Jawa 5a Wajahnya pucat setelah mendengar berita duka itu. 5b Wajahnya pucet setelah mendengar berita duka itu. 6a Indonesia menjadi negara yang subur dan makmur. 6b Indonesia menjadi negari yang subur dan makmur. Kata pucat dan negara pada kalimat 5a dan 6a adalah contoh penggunaan kata baku, sedangkan kata pucet dan negari pada kaimat 5b dan 6b merupakan pemakaian kata tidak baku karena pemakaiannya masih menggunakan bahasa Jawa. 2 Kata yang tidak baku bahasa BelandaInggris 7a Dia kecewa nilai rapornya semester ini sangat jelek. 7b Dia kecewa nilai raportnya semester ini sangat jelek. 8a Keputusan yang diambilnya sangat riskan untuk dilakukan. 8b Keputusan yang diambilnya sangat riskant untuk dilakukan. Kata rapornya dan riskan pada kalimat 7a dan 8a adalah contoh penggunaan kata baku, sedangkan kata raportnya dan riskant pada kalimat 7b dan 8b merupakan pemakaian kata tidak baku bahasa Indonesia, karena pemakaiannya masih menggunakan bahasa Belanda atau Inggris. 3 Kata yang tidak baku bahasa Arab 9a Tahun ini Delon akan mengeluarkan album rohani. 9b Tahun ini Delon akan mengeluarkan album ruhani. 10a Kerajaan Romawi sangat terkenal akan kebudayaannya. 10b Kerajaan Rumawi sangat terkenal akan kebudayaannya. Kata rohani dan romawi pada kalimat 9a dan 10a adalah contoh penggunaan kata baku, sedangkan kata ruhani dan rumawi pada kalimat 9b dan 10b merupakan pemakaian kata tidak baku bahasa Indonesia karena pemakaianya masih menggunakan bahasa Arab. 3. Aspek Ragam Bahasa Ragam bahasa ada bermacam-macam, yaitu ragam resmi dan ragam santai, ragam tulis dan ragam lisan, serta ragam baku dan tidak baku. Kata baku dan tidak baku berikut ini dibedakan ragamnya. 11a Karena malas mengerjakan PR, Doni dihukum oleh gurunya. 11b Karena males mengerjakan PR, Doni dihukum oleh gurunya. 12a Mari kita berantas narkoba sampai keakar-akarnya. 12b Ayo kita berantas narkoba sampai keakar-akarnya. 13a Ani merapikan tempat tidurnya di pagi hari. 13b Ani membereskan tempat tidurnya di pagi hari. 14a Pak Dadang tergesa-gesa memberhentikan bus. 14b Pak Dadang tergesa-gesa menyetop bus. Kata malas, mari, merapikan, dan memberhentikan pada kalimat 11a, 12a, 13a, dan 14a merupakan contoh penggunaan kata baku karena kalimat tersebut menggunakan ragam bahasa yang resmi, sedangkan kata males, ayo, membereskan, menyetop pada kalimat 11b, 12b, 13b, dan 14b merupakan kalimat tidak baku karena dalam pemakaiannya menggunakan ragam santai.

2.3 Modus dan Modalitas

Pada dasarnya, penulis atau pembicara mempunyai maksud dan tujuan dalam menghasilkan suatu tulisan atau mengungkapkan suatu ujaran. Hal tersebut dikenal dengan sebutan modus dan modalitas. Menurut Chaer 2007:258, modus merupakan pengungkapan atau penggambaran suasana psikologis perbuatan menurut tafsiran si pembicara atau sikap si pembicara tentang apa yang diucapkannya. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa modus merupakan sikap pembicara yang dituangkan dalam ujarannya. Djajasudarma 1985 menyatakan bahwa, secara semantik modus dapat menyangkut makna yang luas, terutama menyangkut pembicara ke arah isi tuturannya secara faktual dan secara sintaktik kontras akan ditandai dengan verba infleksional atau verba batu modal modalitas. Pandangan ahli dalam memaparkan modalitas berbeda antara ahli yang satu dengan yang lain. Modalitas menurut Fowler 1986:1991 dalam Widharyanto 2000, dimengerti sebagai komentar atau sikap, yang berasal dari teks, baik secara eksplisit atau implisit, diberikan oleh penulis terhadap hal yang dilaporkan, yakni keadaan, peristiwa, dan tindakan. Menurut Lyons 1977 dalam Abdurahman 2011, modalitas merupakan alat yang dipergunakan oleh seorang pembicara guna menggambarkan sikapnya. Menurut Chaer 2007:262, modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, yaitu mengenai perbuatan, keadaan, dan peristiwa atau juga sikap terhadap lawan bicaranya. Berdasarkan ketiga pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa modalitas merupakan sikap pembicara untuk menggambarkan maksudnya yang terdapat dalam tulisan maupun yang menjadi ujaran. Modus dan modalitas, keduanya saling berkaitan. Modus mempunyai kaitan dengan modalitas karena keduanya menyangkut amanat ujaran Suwarno, 1985: 101. Letak perbedaannya yaitu, modalitas menyangkut masalah besar kecilnya kemungkinan kebenaran yang dikandung dalam suatu ujaran sedangkan modus menekankan pada masalah sikap pembicara sesuai dengan amanat ujaran Suwarno, 1985:101. Selain itu, perbedaan modus dan modalitas juga dipaparkan oleh Gustianingsih 2008, bahwa perbedaan modus dan modalitas terletak pada pernyataan sikap masing-masing. Modus menyatakan sikap secara gramatikal mengacu pada bentuk, sedangkan modalitas menyatakan sikap secara leksikal termasuk kategori semantis yaitu menyangkut makna. Pendapat tersebut