Hasil Analisis Ketepatan Pilihan Kata
Maybrat Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014, dan mendeskripsikan penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di
lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014 dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 154 kalimat dari 19 karangan. Data tersebut diteliti dan telah disetujui oleh triangulator pada tanggal
26 Juni 2015. Data yang diuji oleh triangulator sebanyak 10 dari hasil analisis peneliti yang diambil secara acak.
Menurut Soedjito 1988:39 - 47, dalam kaitannya dengan pilihan kata atau diksi, kosakata bahasa Indonesia dapat digolongkan menjadi kata abstrak, kata
konkret, kata umum, kata khusus, kata populer, kata kajian, kata baku, kata nonbaku, kata asli, dan kata serapan. Dalam menganalisis diksi yang digunakan,
peneliti menganalisis kata-kata di setiap kalimat dalam karangan sesuai dengan penggolongan kata masing-masing.
Berdasarkan hasil penelitian, diksi yang digunakan dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua
Barat, pada tahun 2014 meliputi kata abstrak, kata konkret, kata umum, kata khusus, kata kajian, kata baku, kata tidak baku, dan kata serapan. Dalam karangan
narasi tersebut, tidak ditemukan penggunaan kata populer dan kata asli. Diksi yang ditemukan pun tidak banyak, karena jumlah kalimat pada tiap karangan juga
sedikit, paling sedikit 2 kalimat dan paling banyak hanya 16 kalimat. Dari 154 kalimat, ditemukan 24 kata abstrak, 40 kata konkret, 66 kata umum, 104 kata
khusus, 1 kata kajian, 35 kata baku, 49 kata tidak baku, dan 16 kata serapan.
Menurut Gorys Keraf 1986:88 terdapat 10 syarat ketepatan dan kesesuaian diksi. 10 syarat ketepatan diksi tersebut mencakup aspek penggunaan kata
denotasi dan konotasi, penggunaan kata sinonim, penggunaan kata yang mirip ejaannya, penggunaan kata ciptaan sendiri, penggunaan kata atau frase asing,
penggunaan bentuk idiomatik, penggunaan kata umum dan kata khusus, penggunaan kata indria, perubahan makna, dan kelangsungan diksi.
Berdasarkan hasil penelitian, hanya ditemukan penggunaan diksi yang dilihat dari empat aspek ketepatan pilihan kata, yaitu penggunaan kata denotasi
dan konotasi, penggunaan kata sinonim, penggunaan bentuk idiomatik, dan penggunaan kata umum dan kata khusus.
Berhubungan dengan penggunaan kata denotasi dan konotasi, penggunaan diksi yang digunakan pada karangan cenderung menggunakan kata konotasi,
sehingga makna yang ditimbulkan menjadi tidak jelas. Maka dari itu, agar makna yang ditimbulkan menjadi jelas, kata yang seharusnya digunakan adalah kata
denotasi. Dari 154 kalimat, hanya terdapat 5 kalimat yang menggunakan kata konotasi. Dalam hasil analisis, peneliti telah menyertakan penggunaannya dalam
bentuk denotasi. Berhubungan dengan penggunaan kata sinonim, diksi yang digunakan kurang bervariasi, karena walaupun ada 19 kalimat yang menggunakan
kata bersinonim, tetapi kata yang digunakan cenderung sama antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Berhubungan dengan penggunaan bentuk
idiomatik, hanya ditemukan 2 kalimat yang menggunakan bentuk idiomatik. Bentuk idiomatik yang digunakan dalam kalimat sudah tepat. Berhubungan
dengan penggunaan kata umum dan kata khusus, terdapat 87 kalimat yang
menggunakan kata umum dan kata khusus. Penggunaannya dalam kalimat pun sudah tepat.
Selain menganalisis penggunaan diksi yang dilihat dari segi ketepatan diksi, peneliti juga menganalisis penggunaan diksi yang dilihat dari segi kesesuaian
diksi. Menurut Gorys Keraf 1986:88, terdapat 7 syarat kesesuaian diksi yaitu, penggunaan kata baku dan tidak baku, penggunaan kata ilmiah dan populer,
jargon, kata slang, kata percakapan, idiom, dan bentuk artifisial. Namun, dalam penelitian ini, peneliti hanya menemukan pemakaian diksi berdasarkan
penggunaan kata tidak baku. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 15 kalimat yang menggunakan kata tidak baku menurut aspek ortografi dan ditemukan 25
kalimat yang menggunakan kata tidak baku berdasarkan kaidahragam bahasa yang dilazimkan.
Berdasarkan hasil analisis di atas, diksi yang meliputi kata abstrak, kata konkret, kata umum, kata khusus, kata kajian, kata baku, kata tidak baku, dan kata
serapan telah mendukung landasan teori penggolongan kata menurut Soedjito 1988. Kemudian, penggunaan diksi yang dilihat dari segi ketepatan diksi yaitu
penggunaan kata denotasi dan konotasi, penggunaan kata sinonim, penggunaan kata idiomatik, dan penggunaan kata umum-khusus serta penggunaan diksi yang
dilihat dari segi kesesuaian diksi yaitu penggunaan kata tidak baku telah mendukung teori syarat ketepatan dan kesesuaian diksi menurut Keraf 1986.
Jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Martin 2006, Wijayanti 2008, dan Sulistiorini 2011, hasil penelitian ini mempunyai
beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah ketiga penelitian
tersebut sama-sama meneliti mengenai penggunaan diksi atau pilihan kata. Perbedaannya di antaranya adalah, penelitian Martin 2006 fokus meneliti
kesalahan diksi dari aspek ketepatan dalam pemilihan kata dan aspek kesesuaian pemilihan kata. Kesalahan ketepatan dalam pemilihan kata mencakup kata asing
dan kata serapan. Kesalahan kesesuaian dalam pemilihan kata mencakup aspek kata baku dan kata nonbaku, aspek jati diri kata, dan aspek ragam bahasa.
Penelitian Wijayanti 2008 fokus meneliti pemakaian diksi yang berupa kata umum-khusus dan kata baku-nonbaku. Pemakaian diksi tersebut difokuskan lagi
pada kata umum-baku, kata umum-nonbaku, kata khusus-baku, dan kata khusus- nonbaku. Penelitian Sulistiorini 2011 meneliti diksi yang berfokus pada kata
kajian berdasarkan jenis kata dan bidang ilmu, kata serapan berdasarkan taraf integrasinya, dan kata nonbaku berdasarkan aspek ketidakbakuan kata. Perbedaan
dengan penelitian di atas, bahwa penelitian ini meneliti penggunaan diksi secara keseluruhan berdasarkan penggolongan kata menurut Soedjito 1988 dan meneliti
penggunaan diksi yang dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi atau pilihan kata.