Penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014.

(1)

ABSTRAK

Yunanda, Saferine. 2015. Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi Karya Guru-Guru SD di Lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada Tahun 2014. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014. Penelitian ini bertujuan, mendeskripsikan: (1) jenis diksi yang digunakan dalam karangan narasi dan (2) penggunaan diksi dalam karangan narasi dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan deskriptif. Data penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung diksi. Sumber data dalam penelitian ini adalah 19 karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes mengarang. Data yang terkumpul dianalisis satu persatu. Tahap analisis data berupa identifikasi, klasifikasi, dan interpretasi.

Hasil penelitian ini, yaitu: (1) jenis diksi yang digunakan dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, meliputi kata abstrak, kata konkret, kata umum, kata khusus, kata kajian, kata baku, kata nonbaku, dan kata serapan. Kata yang tidak ditemukan dalam karangan adalah kata populer dan kata asli. (2) Penggunaan diksi dalam karangan narasi yang dilihat dari segi ketepatan, meliputi penggunaan kata denotasi dan konotasi, penggunaan kata sinonim, penggunaan kata idiomatik, dan penggunaan kata umum-khusus. Penggunaan diksi dalam karangan narasi yang dilihat dari segi kesesuaian diksi meliputi penggunaan kata tidak baku. Penggunaan kata tidak baku tersebut meliputi aspek ortografi dan aspek ragam/kaidah bahasa.


(2)

ABSTRACT

Yunanda, Saferine. 2015. The use of diction in Narrative Essay by Elementary School Teachers in YPPK Maybrat Boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, in 2014. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Literature Study Program, the Faculty of Education, University of Sanata Dharma. This research examines the use of diction in narrative essay by elementary school teachers in YPPK Maybrat boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, in 2014. The aim of this research, describe: (1) the type of diction used in narrative essay and (2) the use of diction in the narrative essay in terms of accuracy and suitability of diction.

This research is a qualitative and descriptive research. This research data is sentences containing diction. Sources of data in this study is 19 narrative essay by elementary school teachers in the YPPK Maybrat boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, in 2014. Data was collected by using an essay test. Data were analyzed one by one. Data analysis stage form of identification, classification, and interpretation.

The result of this research are: (1) the type of diction used in narrative essay by elementary school teachers in the YPPK Maybrat boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, includes an abstract words, concrete words, common words, special words, study words, standard words, non-standard words, and absorptive words. Words that are not found in essay are popular words and original words. (2) The use of diction in the narrative essay in terms of accuracy, includes the use of the word denotation and connotation, the use of synonyms, idiomatic word usage, and usage-specific common words. The use of diction in the narrative essay in terms of suitability diction includes the use of non-standard words. The use of non-standard words includes the standard orthography aspects and aspects of diversity / language rules.


(3)

PENGGUNAAN DIKSI DALAM KARANGAN NARASI KARYA GURU-GURU SD DI LINGKUNGAN YPPK MAYBRAT, KEUSKUPAN MANOKWARI, PAPUA BARAT, PADA TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

SAFERINE YUNANDA NIM: 111224006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

i

PENGGUNAAN DIKSI DALAM KARANGAN NARASI KARYA GURU-GURU SD DI LINGKUNGAN YPPK MAYBRAT, KEUSKUPAN MANOKWARI, PAPUA BARAT, PADA TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

SAFERINE YUNANDA NIM: 111224006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, terima kasih atas segala rahmat dan berkat-Nya yang melimpah.

2. Kedua orangtua terkasih, Stephanus Susilaharda dan Yuliana Prihatin, S.Ag, terima kasih atas segala bimbingan, dukungan, dan motivasi yang tak henti-hentinya selalu diberikan kepada saya.

3. Kedua saudara tersayang, Serafin Aic Priharlina, S.S dan Agustinus Satria Soma Rajasa, terima kasih atas segala dukungan dan keceriaan kalian yang selalu membangkitkan semangat.

4. Teman spesial, Paulus Eko Purwo Widodo, terima kasih atas segala dukungan dan perhatiannya.

5. Teman-teman Kelompok Skripsi Payung Maybrat, Priska Nawang Wulan, Cicilia Ariza Ratna Marwati, Gabrielle Listyarini Dwisulandi, dan Caecilia Nurista Syahdu Hening, terima kasih untuk perjuangan dan kebersamaan yang telah kita lalui bersama.


(8)

v MOTO

1. Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri. (Amsal, 3:5)

2. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya. (Pengkotbah, 3:11a)

3. Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Matius, 11:28)

4. Kegagalan tak berarti saya telah menyia-nyiakan hidup, tetapi berarti saya harus mulai lagi cara lain dengan lebih giat dan lebih sabar. (Dr. Robert H. Schuller)

5. Berpikir seperti seorang ratu, ratu tidak takut gagal, kegagalan adalah batu loncatan lain untuk kehebatan. (Oprah Winfrey)


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 September 2015 Penulis


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Saferine Yunanda

Nomor Mahasiswa : 111224006

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul PENGGUNAAN DIKSI DALAM KARANGAN NARASI KARYA GURU-GURU SD DI LINGKUNGAN YPPK MAYBRAT, KEUSKUPAN MANOKWARI, PAPUA BARAT, PADA TAHUN 2014. Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 11 September 2015

Saya yang menyatakan


(11)

viii ABSTRAK

Yunanda, Saferine. 2015. Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi Karya Guru-Guru SD di Lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada Tahun 2014. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014. Penelitian ini bertujuan, mendeskripsikan: (1) jenis diksi yang digunakan dalam karangan narasi dan (2) penggunaan diksi dalam karangan narasi dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan deskriptif. Data penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung diksi. Sumber data dalam penelitian ini adalah 19 karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes mengarang. Data yang terkumpul dianalisis satu persatu. Tahap analisis data berupa identifikasi, klasifikasi, dan interpretasi.

Hasil penelitian ini, yaitu: (1) jenis diksi yang digunakan dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, meliputi kata abstrak, kata konkret, kata umum, kata khusus, kata kajian, kata baku, kata nonbaku, dan kata serapan. Kata yang tidak ditemukan dalam karangan adalah kata populer dan kata asli. (2) Penggunaan diksi dalam karangan narasi yang dilihat dari segi ketepatan, meliputi penggunaan kata denotasi dan konotasi, penggunaan kata sinonim, penggunaan kata idiomatik, dan penggunaan kata umum-khusus. Penggunaan diksi dalam karangan narasi yang dilihat dari segi kesesuaian diksi meliputi penggunaan kata tidak baku. Penggunaan kata tidak baku tersebut meliputi aspek ortografi dan aspek ragam/kaidah bahasa.


(12)

ix ABSTRACT

Yunanda, Saferine. 2015. The use of diction in Narrative Essay by Elementary School Teachers in YPPK Maybrat Boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, in 2014. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Literature Study Program, the Faculty of Education, University of Sanata Dharma. This research examines the use of diction in narrative essay by elementary school teachers in YPPK Maybrat boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, in 2014. The aim of this research, describe: (1) the type of diction used in narrative essay and (2) the use of diction in the narrative essay in terms of accuracy and suitability of diction.

This research is a qualitative and descriptive research. This research data is sentences containing diction. Sources of data in this study is 19 narrative essay by elementary school teachers in the YPPK Maybrat boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, in 2014. Data was collected by using an essay test. Data were analyzed one by one. Data analysis stage form of identification, classification, and interpretation.

The result of this research are: (1) the type of diction used in narrative essay by elementary school teachers in the YPPK Maybrat boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, includes an abstract words, concrete words, common words, special words, study words, standard words, non-standard words, and absorptive words. Words that are not found in essay are popular words and original words. (2) The use of diction in the narrative essay in terms of accuracy, includes the use of the word denotation and connotation, the use of synonyms, idiomatic word usage, and usage-specific common words. The use of diction in the narrative essay in terms of suitability diction includes the use of non-standard words. The use of non-standard words includes the standard orthography aspects and aspects of diversity/language rules.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa mencurahkan rahmat dan berkat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam segala proses kelancaran dan keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada.

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa memberikan berkat, rahmat, dan kekuatan kepada penulis.

2. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing tunggal yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing, memberikan masukan, dan memberikan kritikan yang membangun dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku triangulator yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk memvalidasi hasil analisis data dalam penelitian ini.

6. Segenap dosen Prodi PBSI, dosen MKU, dan dosen MKK yang telah mendidik dan membimbing penulis selama mengikuti kuliah.

7. Robertus Marsidiq, selaku staf sekretariat Prodi PBSI yang selama ini telah banyak membantu dan memberi kemudahan dalam administrasi yang diperlukan.

8. Stephanus Susilaharda dan Yuliana Prihatin, S.Ag., selaku orangtua terkasih yang senantiasa memberikan cinta kasih, doa, semangat, dukungan, dan motivasi, baik secara moral maupun secara material.


(14)

xi

9. Serafin Aic Priharlina, S.S dan Agustinus Satria Soma Rajasa, selaku saudara tersayang yang senantiasa memberikan dukungan dan menghibur penulis dengan segala keceriannya.

10. Paulus Eko Purwo Widodo, selaku teman spesial yang senantiasa memberikan semangat, perhatian, dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman Kelompok Skripsi Payung Maybrat, Priska Nawang Wulan, Cicilia Ariza Ratna Marwati, Gabrielle Listyarini Dwisulandi, dan Caecilia Nurista Syahdu Hening, terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, dan perjuangan yang telah kita lalui bersama.

12. Teman-teman seperjuangan, Fitriana Rahmawati, Irene Desty Renaningtyas, Cecilia Christa Pramadina, Andronikus Kresna Dewantara, Yohanes Wedha Basundoro, Yanuarius Manggur, Leopold, Hendrika Yuli Surantini, Erlin Advarovi, Elisabeth Prasetiawati, Meilani Triwahyuningrum, Maria Dwi Rianti, dan Maria Eny Kurniati, terima kasih atas kebersamaan, persahabatan, dan keceriaan yang telah kita lalui bersama.

13. Teman-teman PBSI angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan, persaudaraan, dan keceriaan yang indah selama kuliah.

14. Teman-teman Kos Dahlia, Windy Kristanti, Lusia Eli, Kartika Pipit, Maria Esalwa Rosari, Fransiska Indah Citra Dewi, Karini, dan Rene Santa, terima kasih atas keceriaan dan kebersamaan yang telah kita lalui bersama.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Walaupun demikian, peneliti berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.

Penulis


(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.5Batasan Istilah ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 8

2.2 Pilihan Kata atau Diksi ... 11

2.2.1 Syarat Pemilihan Kata ... 17

2.2.2 Aspek Ketidakbakuan Kata ... 24

2.3 Modus dan Modalitas ... 27


(16)

xiii

2.5 Karangan ... 32

2.5.1 Pengertian Karangan ... 32

2.5.2 Pengertian Karangan Narasi ... 33

2.6 Kerangka Berpikir ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

5.1 Jenis Penelitian ... 36

5.2 Subjek Penelitian ... 37

5.3 Objek Penelitian ... 37

5.4 Sumber Data ... 38

5.5 Teknik Pengumpulan Data ... 38

5.6 Instrumen Penelitian ... 38

5.7 Teknik Analisis Data ... 39

5.8 Tahapan Penyajian Hasil Analisis ... 42

5.9 Triangulasi Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Deskripsi Data ... 44

4.2 Analisis Data ... 46

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

4.4 Pembahasan Hasil Triangulasi ... 61

BAB V PENUTUP ... 63

5.1 Simpulan Hasil Penelitian ... 63

5.2 Implikasi ... 64

5.3 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 69


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1a Data dan Jenis Diksi ………..…………. 44

Tabel 1b Data Jenis Diksi (lanjutan) ………. 45

Tabel 1c Jumlah Data dan Jumlah Jenis Diksi ……….. 45


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Data Mentah ………. 69

Lampiran II Hasil Analisis Jenis Diksi ………. 78 Lampiran III Hasil Analisis Penggunaan Diksi Segi Ketepatan……… 117 Lampiran IV Hasil Analisis Penggunaan Diksi Segi Kesesuaian……... 134


(19)

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, terdapat empat keterampilan yang harus dikuasai agar dapat berkomunikasi dengan baik. Empat keterampilan tersebut adalah keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan berbicara, dan keterampilan menyimak. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang disebut caturtunggal (Tarigan, 2008:2).

Tingkat penguasaan keterampilan tersebut berbeda-beda di setiap usia dan jenjang pendidikannya. Keterampilan membaca dan menulis pada umumnya mulai dipelajari ketika anak masuk di pendidikan formal. Anak dikatakan mahir dalam keterampilan membaca dan menulis pada usia 8 tahun ke atas. Pada usia tersebut, umumnya anak duduk di kelas dua sekolah dasar (SD). Apabila dihubungkan dengan teori pembelajaran bahasa menurut kognitifisme, pada usia tersebut anak sudah memiliki sistem kognisi yang tersusun rapi, sehingga sangat dimungkinkan jika mereka sudah menguasai keterampilan membaca dan menulis. Kondisi ini berbeda dengan yang terjadi di lingkungan YPPK Maybrat, Papua Barat. Pendidikan di Maybrat sangat memprihatinkan. Siswa sekolah dasar di lingkungan Maybrat masih belum mampu dalam menguasai keterampilan membaca dan menulis, padahal mereka sudah duduk di kelas lima SD (http://bintangpapua.com). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di


(21)

antaranya faktor guru, faktor siswa, dan faktor kondisi alam. Dalam hal ini, peran guru menjadi faktor utama yang sangat berpengaruh dalam kondisi pendidikan di Maybrat, Papua.

Guru memiliki peran yang dominan dalam kegiatan pembelajaran. Guru juga merupakan pelaku utama yang menjadi komponen strategis dalam proses peningkatan mutu pendidikan peserta didik. Namun, pada kenyataannya kompetensi guru di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat belum memadai. Hal tersebut didukung dengan ditemukannya beberapa fakta mengenai kompetensi guru di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat di antaranya, kurangnya kemampuan guru dalam hal mengawasi metode belajar siswa, tidak adanya inovasi pembelajaran dari guru, dan kurangnya kedisiplinan guru dalam hal kehadiran mengajar (http://bintangpapua.com ).

Berdasarkan fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca dan menulis siswa sangat dipengaruhi oleh peran guru dalam proses pembelajaran di sekolah dasar. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa keterampilan membaca dan menulis menjadi keterampilan dasar yang dibutuhkan oleh siswa agar dapat berkomunikasi dengan baik. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam membaca dan menulis juga sangat dibutuhkan. Tarigan (2008:2) juga menyatakan bahwa, keterampilan membaca dan menulis harus terpenuhi, karena berkaitan dengan keterampilan sebelumnya yaitu keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara.


(22)

Mengenai kompetensi guru yang belum memadai, peneliti melakukan tes mengarang pada guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat. Mereka adalah para guru SD yang terlibat dalam kelompok kerja guru SD YPPK. Peneliti ingin mengetahui kemampuan menulis para guru untuk mencari keterkaitan dengan kemampuan menulis para siswa di sana. Penelitian ini difokuskan pada salah satu aspek kemampuan mengarang yakni penggunaan kata dalam karangan.

Kata merupakan salah satu unsur kebahasaan yang sangat penting. Kata merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan mobilitas posisional (Keraf, 1986:21). Rangkaian dari kata-kata dapat menghasilkan suatu kalimat. Kata juga dapat menjadi salah satu alat untuk menyampaikan gagasan sebagai wujud komunikasi antar berbagai pihak. Agar penggunaan kata tidak menimbulkan ketidakpahaman dan ketidakefektifan, maka perlu adanya seleksi kata atau pemilihan kata. Pemilihan kata merupakan proses atau tindakan memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan pilihan kata adalah hasil dari proses atau tindakan tersebut (Mustakim, 1992:41).

Proses pemilihan kata tidak mudah. Terdapat kriteria pemilihan kata yang harus dicermati. Kriteria pemilihan kata tersebut menyangkut ketepatan kata dan kesesuaian kata. Ketepatan kata terkait dengan konsep, logika, dan gagasan yang hendak ditulis dalam karangan, sedangkan kesesuaian kata menyangkut kecocokan antara kata yang dipakai dengan situasi yang hendak diciptakan sehingga tidak mengganggu suasana batin, emosi, atau psikis antara penulis dan pembacanya, pembicara dan pendengarnya (Widjono, 2007:100).


(23)

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti ingin meneliti penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat dengan beberapa pertimbangan. Pertama, peneliti memilih topik mengenai diksi atau pilihan kata karena analisis mengenai diksi sangat penting dilakukan agar maksud yang ingin disampaikan oleh penulis dalam suatu tulisan dapat tersampaikan dengan jelas dan tepat. Kedua, penelitian dengan topik diksi sudah ada, tetapi sejauh ini belum ada penelitian yang meneliti diksi dengan menggunakan subjek penelitian guru-guru SD. Ketiga, peneliti juga ingin mengetahui kualitas dan kompetensi guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, khususnya dalam keterampilan menulis karangan narasi. Maka dari itu, peneliti memilih Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi Karya Guru-Guru SD di Lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada Tahun 2014, sebagai judul penelitian.

1.2Rumusan Masalah

1) Apa sajakah jenis diksi yang digunakan dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014?

2) Bagaimanakah penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014, dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi?


(24)

1.3Tujuan Penelitian

1) Mendeskripsikan jenis diksi yang digunakan dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014.

2) Mendeskripsikan penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014, dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Bagi guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, yaitu memberikan informasi mengenai ketepatan dan kesesuian penggunaan diksi dalam karangan, sehingga dapat memberikan motivasi agar dapat membuat karya yang lebih baik dan menjadi contoh bagi anak didiknya. 2) Bagi para pendidik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai penggunaan diksi yang tepat dan sesuai dalam pembelajaran bahasa Indonesia, terutama dalam hal karang-mengarang.

3) Bagi perguruan tinggi, penelitian mengenai penggunaan diksi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian yang berguna bagi perkembangan penelitian selanjutnya tentang penggunaan diksi dalam karangan.

4) Bagi YPPK Maybrat Keuskupan Manokwari, Papua Barat dan pemerintah, penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada YPPK Maybrat,


(25)

Keuskupan Manokwari, Papua Barat dan pemerintah tentang kompetensi guru di lapangan dan memberikan pembinaan yang tepat untuk para guru.

5) Bagi para peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya mengenai diksi.

1.5Batasan Istilah

Berikut merupakan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. 1) Diksi atau Pilihan Kata

Diksi atau pilihan kata adalah kata-kata yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, meliputi fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan (Keraf, 1986:23).

2) Ketepatan Pilihan Kata

Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pendengar (Keraf, 1986:87).

3) Kesesuaian Pilihan Kata

Kesesuaian pilihan kata mempersoalkan kesanggupan mengungkapkan sebuah kata sesuai dengan suasana (Keraf, 1986:102).


(26)

4) Menulis

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik itu (Tarigan, 1985:21).

5) Karangan

Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca (Gie, 1992:17).

6) Narasi

Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu (Keraf, 2007:136).


(27)

(28)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Peneliti memperoleh tiga penelitian sejenis yang berhubungan dengan analisis diksi atau pilihan kata. Ketiga penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Martin (2006) dengan skripsinya yang berjudul Kesalahan Diksi pada Karangan Argumentasi Siswa Kelas II SMK Negeri 5 Yogyakarta, Wijayanti (2008) dengan skripsinya yang berjudul Diksi dan Gaya Bahasa pada Kolom “Dari Redaksi” dan “Liputan” Majalah Sekolah Eksperana SMP Bentara Wacana Muntilan, dan Sulistiorini (2011) dengan skripsinya yang berjudul Diksi dalam Kolom “Sorotan Sekolah” Majalah Sekolah Siswa Nusantara SMP Tamansiswa Yogyakarta.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Martin (2006) bertujuan (1) mendeskripsikan kesalahan diksi kata asing dan kata serapan pada karangan argumentasi siswa kelas II SMK Negeri 5 Yogyakarta dan (2) mendeskripsikan kesalahan diksi kata baku dan kata nonbaku pada karangan argumentasi siswa kelas II SMK Negeri 5 Yogyakarta.

Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Dalam penelitian ini, kesalahan diksi disebabkan karena siswa kurang memahami pemilihan kata yang tepat untuk digunakan dalam penulisan karangan. Kesalahan pilihan kata yang terdapat dalam penelitian ini mencakup lima jenis kesalahan yaitu, kesalahan ketepatan pemilihan kata dan kesalahan kesesuaian pemilihan kata. Kesalahan


(29)

ketepatan dalam pemilihan kata mencakup aspek kata asing dan kata serapan yang meliputi (1) kesalahan unsur asing yang belum sepenuhnya terserap dalam bahasa Indonesia dan (2) kesalahan unsur asing yang pengucapan dan penulisannya telah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Kesalahan kesesuaian dalam pemilihan kata mencakup aspek kata baku dan kata non baku yang meliputi (1) kesalahan aspek ortografi, (2) kesalahan aspek jati diri kata, dan (3) kesalahan aspek ragam bahasa. Berdasarkan hasil penelitian dari data yang berjumlah 80 karangan dari 87 anggota populasi ditemukan 34 kesalahan ketepatan dalam pemilihan kata yang mencakup kata asing dan kata serapan, dan ditemukan 184 kesalahan kesesuaian dalam pemilihan kata yang mencakup aspek kata baku dan kata non baku.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2008) bertujuan (1) mendeskripsikan diksi atau pilihan kata yang dipergunakan dalam kolom “Dari Redaksi” dan “Liputan” Majalah Sekolah Eksperana SMP Bentara Wacana Muntilan dan (2) mendeskripsikan gaya bahasa yang dipergunakan dalam kolom “Dari Redaksi” dan “Liputan” Majalah Sekolah Eksperana SMP Bentara Wacana Muntilan.

Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Dalam penelitian ini, ditemukan adanya pemakaian diksi yang berupa kata umum-khusus dan kata baku-nonbaku, serta ditemukan adanya pemakaian gaya bahasa yang beragam.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Sulistiorini (2011) bertujuan (1) mendeskripsikan diksi yang tergolong kata kajian dalam kolom “Sorotan Sekolah” Majalah Sekolah SISWA NUSANTARA SMP Tamansiswa Yogyakarta, (2)


(30)

mendeskripsikan diksi yang tergolong kata serapan dalam kolom “Sorotan Sekolah” Majalah Sekolah SISWA NUSANTARA SMP Tamansiswa Yogyakarta, dan (3) mendeskripsikan diksi yang tergolong kata nonbaku dalam kolom “Sorotan Sekolah” Majalah Sekolah SISWA NUSANTARA SMP Tamansiswa Yogyakarta.

Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Dalam penelitian ini, kata kajian yang ditemukan berdasarkan bidang ilmu di antaranya meliputi: pendidikan, pekerjaan, sosial, kesenian, olahraga, politik, dan pemerintahan. Kata serapan yang ditemukan berdasarkan taraf integrasinya, meliputi: kata asing yang belum sepenuhnya terserap dalam bahasa Indonesia dan kata asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Kemudian, kata nonbaku yang ditemukan berdasarkan aspek ketidakbakuan kata, meliputi, kata nonbaku akibat kesalahan penulisan kata, kata nonbaku dari bahasa Jawa, Inggris, dan Arab, serta kata nonbaku ragam bahasa tidak resmi/santai.

Ketiga penelitian di atas relevan dengan penelitian yang dilakukan. Alasannya, ketiga penelitian tersebut sama-sama menganalisis mengenai diksi dan pilihan kata. Selain itu, ketiga penelitian di atas menggunakan metode penelitian yang sama yaitu metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini juga menggunakan metode tersebut. Perbedaannya terletak pada subjek dan objek yang diteliti. Martin (2006) menganalisis kesalahan diksi kata serapan kata asing, kata baku, dan kata nonbaku pada karangan argumentasi siswa kelas II SMK Negeri 5 Yogyakarta, Wijayanti (2008) menganalisis penggunaan diksi dan gaya bahasa pada kolom “Dari Redaksi” dan “Liputan” Majalah Sekolah Eksperana SMP


(31)

Bentara Wacana Muntilan, Sulistiorini (2011) menganalisis kata kajian, kata serapan, dan kata nonbaku yang terdapat dalam kolom “Sorotan Sekolah” majalah sekolah SISWA NUSANTARA SMP Tamansiswa Yogyakarta, sedangkan penelitian ini menganalisis penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014.

2.2 Pilihan Kata atau Diksi

Kata merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan mobilitas posisional, yang berarti ia memiliki komposisi tertentu dan secara relatif memiliki distribusi yang bebas (Keraf, 1986:21). Kata-kata yang disusun menjadi sebuah kalimat mampu memberikan suatu informasi. Suatu informasi tersebut akan bermakna apabila kata yang menjadi unsur di dalamnya dapat dimengerti dan dipahami. Maka dari itu, penting sekali untuk menentukan pilihan kata yang tepat dalam menyusun sebuah rangkaian kata.

Kata merupakan alat untuk menyalurkan informasi melalui gagasan atau ide yang disampaikan oleh seseorang. Setiap masyarakat akan menggunakan kata dalam rangka mendukung kegiatan berkomunikasi. Namun, dalam berkomunikasi, seseorang perlu untuk menyeleksi atau memilih kata-kata yang akan diungkapkannya agar tidak menimbulkan ketidakpahaman dan pemborosan kata.

Setiap orang membutuhkan kosa kata untuk berkomunikasi. Kebutuhan akan kata dimaksudkan oleh sebagian besar orang untuk menjalin suatu relasi agar maksud yang ingin disampaikan dapat terlaksana. Selain itu, isi dalam pikirannya


(32)

juga dapat disampaikan tanpa menimbulkan kesalahpahaman. Melalui penguasaan kosa kata yang baik, pikiran yang ingin disampaikan oleh seseorang akan lebih berbobot dibandingkan dengan orang yang minim kosa kata. Seperti yang telah dipaparkan oleh Gorys Keraf (1986:24), bahwa mereka yang luas kosa katanya akan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling harmonis untuk mewakili maksud atau gagasannya.

Dalam berkomunikasi, selain menguasai kosa kata atau perbendaharaan kata, seseorang juga perlu memperhatikan pilihan kata atau diksi. Hal tersebut perlu dilakukan agar seseorang tidak melakukan pemborosan kata dan tetap menyampaikan maksudnya dengan porsi yang tepat. Proses pemilihan kata juga dimaksudkan agar pikiran atau maksud dari seseorang dapat berjalan sesuai dengan konteks tertentu. Menjadi suatu keuntungan bagi seseorang yang menguasai perbendaharaan kata, karena mereka dapat menganalisis kata dan memilih kata sesuai dengan konteks yang dimaksudkan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Gorys Keraf (1986:24), yaitu jelaslah bahwa seorang yang luas kosa katanya dan mengetahui secara tepat batasan-batasan pengertiannya, akan mengungkapkan pula secara tepat apa yang dimaksudnya.

Diksi atau pilihan kata merupakan kata-kata yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan meliputi fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan (Keraf, 1987:23). Selain itu, Widyamartaya (1990:45) juga memaparkan pendapat lain mengenai pengertian diksi atau pilihan kata. Beliau menjelaskan bahwa diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang


(33)

ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan pendengar atau pembaca.

Menurut Gorys Keraf (1986:24), terdapat tiga kesimpulan utama mengenai diksi atau pilihan kata. Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan lain yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.

Berdasarkan pengertian diksi menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa diksi atau pilihan kata adalah adalah kata-kata, kelompok kata, baik ungkapan maupun gaya, yang diseleksi untuk melancarkan proses komunikasi atau berbahasa agar maksud dan gagasan dapat tersampaikan dengan baik, sedangkan prosesnya disebut dengan pemilihan kata.

Proses pemilihan kata tidak dapat dilakukan dengan cara yang sembarangan, tetapi perlu memperhatikan ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Gorys Keraf (1986:24) yang menyatakan bahwa, pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, tetapi juga


(34)

mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat juga diterima atau tidak merusak suasana yang ada. Soedjito (1988), dalam bukunya yang berjudul Kosakata Bahasa Indonesia membagi pilihan kata menjadi tiga bagian, yaitu penggolongan kata, makna kata, dan perubahan makna. Berikut penjelasan mengenai tiga bagian tersebut.

a. Penggolongan Kata

Menurut Soedjito (1988:39 - 47), dalam kaitannya dengan pilihan kata atau diksi, kosakata bahasa Indonesia dapat digolongkan sebagai berikut.

(1) Kata Abstrak dan Kata Konkret

Kata abstrak ialah kata yang mempunyai rujukan berupa konsep/pengertian, sedangkan kata konkret ialah kata yang mempunyai rujukan berupa objek yang dapat dicerap oleh pancaindera (dilihat, diraba, dirasakan, didengarkan, atau dicium) (Soedjito, 1988:39).

Contoh:

Kata Abstrak Kata Konkret

kemajuan membangun jembatan, mendirikan

rumah, membuat jalan

kemakmuran sandang, pangan, rumah

kerajinan bekerja, belajar, membaca

demokrasi musyawarah, berunding

(2) Kata Umum dan Kata Khusus

Kata umum ialah kata yang luas ruang lingkupnya dan dapat mencakup banyak hal, sedangkan kata khusus ialah kata yang sempit/terbatas ruang lingkupnya (Soedjito, 1988: 41).


(35)

Contoh:

Kata Umum Kata Khusus

jatuh roboh, rebah, longsor, runtuh

melihat menonton, menatap, menengok

besar raya, agung, makro, akbar

memotong menebang, membelah, memenggal

(3) Kata Populer dan Kata Kajian

Kata populer ialah kata yang dikenal dan dipakai oleh semua lapisan masyarakat dalam komunikasi sehari-hari, sedangkan kata kajian ialah kata yang dikenal dan dipakai oleh para ilmuan/kaum terpelajar dalam karya-karya ilmiah (Soedjito, 1988:43).

Contoh:

Kata Populer Kata Kajian

keahlian profesi

sementara tentatif

harapan prospek

kecerdasan intelegensi

rancangan desain

contoh sampel

(4) Kata Baku dan Kata Nonbaku

Kata baku ialah kata yang mengikuti kaidah/ragam bahasa yang telah ditentukan/dilazimkan, sedangkan kata nonbaku ialah kata yang tidak mengikuti kaidah/ragam bahasa yang telah ditentukan/dilazimkan (Soedjito, 1988:44).

Contoh:

Kata Baku Kata Nonbaku

Kamis Kemis

teladan tauladan

tradisional tradisionil


(36)

kemarin kemaren

sah syah

musyawarah musawarah

kuitansi kwitansi

(5) Kata Asli dan Kata Serapan

Kata asli ialah kata yang berasal dari bahasa kita sendiri, sedangkan kata serapan ialah kata yang berasal (diserap) dari bahasa daerah atau asing. Kata serapan tersebut misalnya kata strategi, sosial, moral, rujukan, sarana, wacana, dan luwes (Soedjito, 1988:47).

b. Makna Kata

Makna ialah hubungan antara bentuk dan barang (hal) yang diacunya (Soedjito, 1988:51). Ada bermacam-macam makna di antaranya.

(1) Makna leksikal dan makna gramatikal (2) Makna denotatif dan makna konotatif (3) Makna lugas dan makna kiasan (4) Makna kontekstual

c. Perubahan Makna

Berikut merupakan sebab-sebab perubahan makna menurut Soedjito (1988:64).

(1) Peristiwa ketatabahasaan (2) Perubahan waktu


(37)

(4) Perbedaan lingkungan (5) Perbedaan konotasi

Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membahas tentang penggolongan kata dalam kaitannya dengan pilihan kata.

2.2.1 Syarat Pemilihan Kata 2.2.1.1 Ketepatan Pilihan Kata

Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara (Gorys Keraf, 1987:87). Pilihan kata yang memperhatikan ketepatan membuat gagasan yang dibuat oleh penulis menjadi bermakna dan logis. Selain itu, kesalahpahaman dapat dihindari apabila memperhatikan ketepatan pilihan kata.

Agar dapat mencapai ketepatan pilihan kata, Gorys Keraf (1987:88) memaparkan 10 syarat ketepatan pilihan kata. Syarat-syarat tersebut adalah (1) membedakan secara cermat denotasi dari konotasi, (2) membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim, (3) membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya, (4) hindarilah kata-kata ciptaan sendiri, (5) waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, (6) kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatik, (7) penulis atau pembicara harus membedakan kata umum dan kata khusus, (8) menggunakan kata-kata indria, (9) memperhatikan perubahan makna, dan (10) memperhatikan kelangsungan pilihan kata.


(38)

Berikut penjabaran dari syarat-syarat ketepatan pilihan kata. (1) Penggunaan Kata Denotasi dan Konotasi

Denotasi merupakan kata yang bermakna lugas atau makna yang sebenarnya, sedangkan kata konotasi merupakan kata yang bermakna kias atau makna yang tidak sebenarnya. Berikut contoh penggunaan kata denotasi dan konotasi.

(a) Andi membeli meja hijau untuk pamannya. (denotatif)

(b) Susi dibawa ke meja hijau karena menjadi tersangka korupsi. (konotatif) Kata yang digarisbawahi dalam kalimat yang pertama mempunyai arti yang sebenarnya, yaitu meja yang berwarna hijau, sedangkan pada kalimat kedua mempunyai arti pengadilan.

(2) Penggunaan Sinonim

Sinonim merupakan persamaan kata. Penggunaan kata sinonim perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan. Kata yang memiliki persamaan makna belum tentu disama-artikan oleh pihak yang berbeda. Berikut contoh penggunaan sinonim.

(a) Dery memberi ibunya obat umum. (b) Dery memberi ibunya obat generik.

Pada contoh di atas, kata umum dalam kalimat pertama dan kata generik dalam kalimat kedua bersinonim. Penggunaan sinonim dalam kalimat pertama tidak tepat, karena kata umum tidak tepat digunakan dalam kalimat tersebut. Penggunaan sinonim yang tepat terdapat pada kalimat kedua.


(39)

(3) Penggunaan Kata yang Mirip Ejaannya

Apabila penulis tidak dapat membedakan kata-kata yang mirip dengan ejaannya, akan timbul kesalahpahaman yang tidak diinginkan. Alangkah baiknya jika mengacu pada kamus, karena kata yang tertulis pada kamus merupakan kata yang sesuai dengan ejaan. Misalnya, kata bahwa – bawa – bawah.

(4) Penggunaan Kata-Kata Ciptaan Sendiri

Berkembangnya suatu bahasa akan menimbulkan munculnya beberapa kosa kata yang baru. Namun, penggunaannya tidak boleh sembarangan. Kosa kata baru tersebut dapat dipakai apabila sudah mendapat persetujuan dari masyarakat dan dipakai oleh masyarakat tersebut.

(5) Penggunaan Akhiran Asing

Penggunaan akhiran asing harus memperhatikan makna dari kata yang digunakan. Terkadang seseorang sulit membedakannya.

Contoh:

(a) koordinasi bukan koordinir (b) legalisasi bukan legalisir

(6) Penggunaan Kata Idiomatis

Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis (Keraf, 1986:89). Berikut contoh penggunaan kata idiomatis.

(a) ingat akan bukan ingat terhadap (b) berharap akan bukan mengharap akan


(40)

(7) Penggunaan Kata Umum dan Kata Khusus

Kata umum adalah jenis kata yang ruang lingkupnya lebih luas, sedangkan kata khusus adalah jenis kata yang acuannya lebih kepada hal-hal yang khusus dan konkret. Berikut ini contoh penggunaan kata umum dan kata khusus.

(a) Tanti senang memakai baju merah. (b) Anton suka memelihara binatang.

(c) Pak Anas ingin sekali bertemu dengan ibunya.

Kata merah, binatang, dan bertemu pada kalimat di atas merupakan kata umum. Apabila menggunakan kata khusus, kedua kalimat di atas akan berubah menjadi berikut.

(a) Tanti senang memakai baju merah menyala. (b) Anton suka memelihara pitbul.

(c) Pak Anas ingin sekali berjumpa dengan ibunya.

(8) Penggunaan Kata Indria

Dalam memilih kata-kata yang tepat, perlu memperhatikan penggunaan istilah-istilah yang menyatakan pengalaman-pengalaman yang dicerap oleh pancaindria (Keraf, 1986:94). Kata-kata yang sering dipakai untuk menyatakan pencerapan itu adalah.

Peraba : dingin, panas, lembab, basah, kering, kasar, halus, rata, licin, dll. Perasa : pedas, pahit, asam, asin, pedis, manis, dll.

Penciuman : asam, tajam, pedis, pesing, lapuk, apak, basi, dll. Pendengaran : dengung, deru, ringkik, desing, lengking, dll.


(41)

(9) Perubahan Makna

Makna kata tidak selalu bersifat statis (Keraf, 1986:95). Dalam memilih kata, perlu sekali mengetahui terjadinya perubahan makna. Maka dari itu, perlu memperluas referensi mengenai kosa kata dan makna yang sedang berkembang sesuai dengan kaidah bahasa yang ditentukan. Macam-macam perubahan makna yang penting adalah perluasan arti, penyempitan arti, ameliorasi, peyorasi, metafora, dan metonimi.

(10) Kelangsungan Pilihan Kata

Kelangsungan pilihan kata perlu diperhatikan agar suatu informasi dapat disampaikan secara tepat dan tidak menimbulkan ketidakpahaman. Selain itu, kelangsungan pilihan kata yang sesuai juga sangat dibutuhkan. Suatu proses komunikasi akan berjalan dengan baik dan lancar apabila memperhatikan sesuatu yang tepat dan sesuai.

2.2.1.2 Kesesuaian Pilihan Kata

Kesesuaian pilihan kata merupakan unsur penting dalam pemilihan kata selain ketepatan pilihan kata. Kesesuaian kata menyangkut kecocokan antara kata yang dipakai dengan situasi yang hendak diciptakan sehingga tidak mengganggu suasana batin, emosi, atau psikis antara penulis dan pembacanya, pembicara dan pendengarnya (Widjono, 2007:101).

Gorys Keraf (1986:103 – 104) memaparkan 7 (tujuh) syarat kesesuaian diksi. Syarat-syarat tersebut adalah (1) hindarilah sejauh mungkin bahasa atau


(42)

unsur substandar dalam situasi yang formal, (2) perhatikan situasi penggunaan kata ilmiah dan kata populer, (3) hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum, (4) hindarilah pemakaian kata-kata slang, (5) jangan menggunakan kata percakapan dalam penulisan, (6) hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati), dan (7) jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial.

Berikut penjabaran dari syarat-syarat kesesuaian pilihan kata. (1) Penggunaan Kata Standard dan Kata Substandar

Bahasa standar (baku) adalah semacam dialek kelas dan dapat dibatasi sebagai tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat (Keraf, 1986:104). Bahasa substandard (nonbaku) adalah bahasa dari mereka yang yang tidak memperoleh kedudukan atau pendidikan yang tinggi (Keraf, 1986:104).

(2) Penggunaan Kata Ilmiah dan Kata Populer

Menurut Keraf (1986:105 – 106), kata populer adalah kata yang dikenal dan diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat, sedangkan kata ilmiah adalah sejumlah kata yang biasa dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah. Kata ilmiah sering digunakan dalam penulisan karangan ilmiah. Kata-kata ini biasa dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, selain itu juga digunakan dalam pertemuan-pertemuan resmi dan forum diskusi. Lain halnya dengan kata ilmiah, kata populer digunakan dalam komunikasi non ilmiah dan terdiri dari kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan masyarakat. Berikut beberapa contoh dari kata ilmiah dan kata populer.


(43)

Kata Ilmiah : harmonis, eksentrik, analogi, modern Kata Populer : sesuai, aneh, kiasan, maju

(3) Penggunaan Jargon

Jargon mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau tutur yang dianggap kurang sopan atau aneh (Keraf, 1986:107). Jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, maka dari itu sebaiknya menghindari unsur jargon dalam sebuah tulisan umum.

(4) Penggunaan Kata Slang

Kata slang adalah kata-kata non-standar yang informal, yang disusun secara khas; atau kata-kata biasa yang diubah secara arbitrer; atau kata-kata kiasan yang khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan (Keraf, 1986:108). Penggunaan kata slang biasanya ditemukan pada kelompok-kelompok pemuda di wilayah-wilayah tertentu.

(5) Penggunaan Kata Percakapan

Kata percakapan adalah kata-kata yang dipakai dalam percakapan atau pergaulan orang-orang yang terdidik (Keraf, 1986:107). Bentuk dari bahasa percakapan adalah singkatan-singkatan.

Contoh:

(a) dok untuk dokter

(b) prof untuk professor


(44)

(6) Penggunaan Idiom yang Mati

Idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya (Keraf, 1986:109).

(7) Penggunaan Artifisial

Bahasa artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni (Keraf, 1986:110). Bahasa ini tidak terkandung dalam kata yang digunakan, tetapi dalam pemakaiannya untuk menyatakan suatu maksud.

2.2.2 Aspek Ketidakbakuan Kata

Terdapat beberapa aspek yang dapat digunakan untuk mengetahui ketidakbakuan kata antara lain, aspek ortografi, aspek jati diri kata, dan aspek ragam bahasa (Sabariyanto, 1994:366). Berikut penjelasan mengenai aspek-aspek tersebut.

1. Aspek Ortografi

Perbedaan ortografi atau huruf pada kata-kata tertentu dapat digunakan untuk membedakan kebakuan dan ketidakbakuan kata. Berikut contoh penggunaan kata baku dan tidak baku berdasarkan aspek ortografi.

(1a) Perusahaan itu mengeluarkan produk terbarunya. (1b) Perusahaan itu mengeluarkan prodek terbarunya.

(2a) Lahan kering seperti ini, sudah tidak produktif lagi untuk ditanami palawija.

(2b) Lahan kering seperti ini, sudah tidak produktip lagi untuk ditanami palawija.


(45)

(3a) Pemerintah menuntut agar siswa lebih aktif di kelas. (3b) Pemerintah menuntut agar siswa lebih aktip di kelas. (4a) Para tentara harus berbaris dengan rapi.

(4b) Para tentara harus berbaris dengan rapih.

Kata produk, produktif, aktif, dan rapi pada kalimat (1a), (2a), (3a), dan (4a) merupakan contoh penggunaan kata-kata baku berdasarkan aspek ortografi, sedangkan kata prodek, produktip, aktip, dan rapih pada kalimat (1b), (2b), (3b), dan (4b) merupakan penggunaan kata tidak baku.

2. Aspek Jati Diri Kata

Aspek jati diri kata bahasa Indonesia yaitu kosakata yang bebas dari kata-kata bahasa daerah atau kata-kata-kata-kata asing, dan apabila sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia maka penyerapannya (kata serapan) sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. aspek jati diri kata dapat digunakan untuk membedakan kata baku dan kata nonbaku. Bentuk baku sebagai aspek jati diri kata ialah kata bahasa Indonesia, sedangkan bentuk tidak baku sebagai aspek jati diri kata ialah bahasa lain. Berikut contohnya.

1) Kata yang tidak baku bahasa Jawa

(5a) Wajahnya pucat setelah mendengar berita duka itu. (5b) Wajahnya pucet setelah mendengar berita duka itu. (6a) Indonesia menjadi negara yang subur dan makmur. (6b) Indonesia menjadi negari yang subur dan makmur.

Kata pucat dan negara pada kalimat (5a) dan (6a) adalah contoh penggunaan kata baku, sedangkan kata pucet dan negari pada kaimat (5b) dan (6b) merupakan pemakaian kata tidak baku karena pemakaiannya masih menggunakan bahasa Jawa.


(46)

2) Kata yang tidak baku bahasa Belanda/Inggris

(7a) Dia kecewa nilai rapornya semester ini sangat jelek. (7b) Dia kecewa nilai raportnya semester ini sangat jelek. (8a) Keputusan yang diambilnya sangat riskan untuk dilakukan. (8b) Keputusan yang diambilnya sangat riskant untuk dilakukan.

Kata rapornya dan riskan pada kalimat (7a) dan (8a) adalah contoh penggunaan kata baku, sedangkan kata raportnya dan riskant pada kalimat (7b) dan (8b) merupakan pemakaian kata tidak baku bahasa Indonesia, karena pemakaiannya masih menggunakan bahasa Belanda atau Inggris.

3) Kata yang tidak baku bahasa Arab

(9a) Tahun ini Delon akan mengeluarkan album rohani. (9b) Tahun ini Delon akan mengeluarkan album ruhani. (10a) Kerajaan Romawi sangat terkenal akan kebudayaannya. (10b) Kerajaan Rumawi sangat terkenal akan kebudayaannya.

Kata rohani dan romawi pada kalimat (9a) dan (10a) adalah contoh penggunaan kata baku, sedangkan kata ruhani dan rumawi pada kalimat (9b) dan (10b) merupakan pemakaian kata tidak baku bahasa Indonesia karena pemakaianya masih menggunakan bahasa Arab.

3. Aspek Ragam Bahasa

Ragam bahasa ada bermacam-macam, yaitu ragam resmi dan ragam santai, ragam tulis dan ragam lisan, serta ragam baku dan tidak baku. Kata baku dan tidak baku berikut ini dibedakan ragamnya.

(11a) Karena malas mengerjakan PR, Doni dihukum oleh gurunya. (11b) Karena males mengerjakan PR, Doni dihukum oleh gurunya.


(47)

(12a) Mari kita berantas narkoba sampai keakar-akarnya. (12b) Ayo kita berantas narkoba sampai keakar-akarnya. (13a) Ani merapikan tempat tidurnya di pagi hari. (13b) Ani membereskan tempat tidurnya di pagi hari. (14a) Pak Dadang tergesa-gesa memberhentikan bus. (14b) Pak Dadang tergesa-gesa menyetop bus.

Kata malas, mari, merapikan, dan memberhentikan pada kalimat (11a), (12a), (13a), dan (14a) merupakan contoh penggunaan kata baku karena kalimat tersebut menggunakan ragam bahasa yang resmi, sedangkan kata males, ayo, membereskan, menyetop pada kalimat (11b), (12b), (13b), dan (14b) merupakan kalimat tidak baku karena dalam pemakaiannya menggunakan ragam santai.

2.3 Modus dan Modalitas

Pada dasarnya, penulis atau pembicara mempunyai maksud dan tujuan dalam menghasilkan suatu tulisan atau mengungkapkan suatu ujaran. Hal tersebut dikenal dengan sebutan modus dan modalitas. Menurut Chaer (2007:258), modus merupakan pengungkapan atau penggambaran suasana psikologis perbuatan menurut tafsiran si pembicara atau sikap si pembicara tentang apa yang diucapkannya. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa modus merupakan sikap pembicara yang dituangkan dalam ujarannya. Djajasudarma (1985) menyatakan bahwa, secara semantik modus dapat menyangkut makna yang luas, terutama menyangkut pembicara ke arah isi tuturannya secara faktual dan secara sintaktik kontras akan ditandai dengan verba infleksional atau verba batu modal (modalitas).


(48)

Pandangan ahli dalam memaparkan modalitas berbeda antara ahli yang satu dengan yang lain. Modalitas menurut Fowler (1986:1991) dalam Widharyanto (2000), dimengerti sebagai komentar atau sikap, yang berasal dari teks, baik secara eksplisit atau implisit, diberikan oleh penulis terhadap hal yang dilaporkan, yakni keadaan, peristiwa, dan tindakan. Menurut Lyons (1977) dalam Abdurahman (2011), modalitas merupakan alat yang dipergunakan oleh seorang pembicara guna menggambarkan sikapnya. Menurut Chaer (2007:262), modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, yaitu mengenai perbuatan, keadaan, dan peristiwa atau juga sikap terhadap lawan bicaranya. Berdasarkan ketiga pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa modalitas merupakan sikap pembicara untuk menggambarkan maksudnya yang terdapat dalam tulisan maupun yang menjadi ujaran.

Modus dan modalitas, keduanya saling berkaitan. Modus mempunyai kaitan dengan modalitas karena keduanya menyangkut amanat ujaran (Suwarno, 1985: 101). Letak perbedaannya yaitu, modalitas menyangkut masalah besar kecilnya kemungkinan kebenaran yang dikandung dalam suatu ujaran sedangkan modus menekankan pada masalah sikap pembicara sesuai dengan amanat ujaran (Suwarno, 1985:101).

Selain itu, perbedaan modus dan modalitas juga dipaparkan oleh Gustianingsih (2008), bahwa perbedaan modus dan modalitas terletak pada pernyataan sikap masing-masing. Modus menyatakan sikap secara gramatikal (mengacu pada bentuk), sedangkan modalitas menyatakan sikap secara leksikal (termasuk kategori semantis yaitu menyangkut makna). Pendapat tersebut


(49)

didukung oleh pendapat Alwi (1990) dalam Abdurahman (2011), bahwa modus merupakan kategori gramatikal, sedangkan modalitas termasuk ke dalam kategori semantis.

Modalitas sebagai sikap dari penulis atau pembicara dibedakan menjadi bermacam-macam jenis menurut beberapa ahli. Menurut Chaer (2007:262 – 263), dalam kepustakaan linguistik dikenal adanya beberapa jenis modalitas, yaitu. 1) Modalitas Intensional

Modalitas intensional yaitu modalitas yang menyatakan keinginan, harapan, permintaan, atau juga ajakan.

2) Modalitas Epsitemik

Modalitas epistemik yaitu modalitas yang menyatakan kemungkinan, kepastian, dan keharusan.

3) Modalitas Deontik

Modalitas deontik yaitu modalitas yang menyatakan keizinan atau keperkenaan.

4) Modalitas Dinamik

Modalitas dinamik yaitu modalitas yang menyatakan kemampuan.

Menurut Widharyanto (2000), modalitas dibagi menjadi empat jenis, yaitu. 1) Modalitas Kebenaran

Dalam modalitas kebenaran, penulis menyatakan makna tentang kebenaran dari yang disampaikannya. Pernyataan yang disampaikan dapat berupa kejadian yang sudah pasti dan dapat berupa kejadian yang belum pasti.


(50)

Berikut merupakan contoh yang dapat memberi penjelasan mengenai pengertian modalitas kebenaran.

(a) Namun, keamanan layanan tersebut masih perlu dipastikan. (Tempo, 25 Agustus 2014).

(b) Penyebab lainnya kemungkinan disebabkan oleh adanya budaya yang tidak kondusif serta kurangnya kesadaran akan pentingnya praktik berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar di lingkungan sekolah. (Bernas, 3 September 2014).

2) Modalitas Keharusan

Dalam modalitas keharusan, penulis bermaksud untuk menyatakan suatu keharusan dan ketidakharusan terhadap subjek yang dimaksudkan.

Contoh:

(a) Seseorang yang menjadi wakil rakyat bagaimanapun harus memiliki integritas dan kredibilitas, bersih serta tidak memiliki masalah hukum yang serius. (Tribun Jogja, September 2014).

(b) Dunia pendidikan harus turut ambil bagian untuk menyelamatkan talenta-talenta muda dari pengaruh buruk narkoba. (Educare, Agustus 2014).

3) Modalitas Izin

Dalam modalitas izin, penulis menyatakan untuk memberikan suatu persetujuan atau menolak terhadap sesuatu yang dilakukan oleh subjek yang dimaksudkan oleh penulis.

Contoh:

(a) Ancaman hukumannya bisa 20 tahun (Tribun Jogja, 20 Februari 2012). (b) Widyawisata pun dapat menjadi semacam wahana untuk learning by doing.

(Kedaulatan Rakyat, 18 Desember 2013).

(c) Konjungsi “dan” merupakan bentuk penghubung koordinatif yang hanya boleh hadir dalam posisi intrakalimat.


(51)

4) Modalitas Keinginan

Dalam modalitas keinginan, penulis menyatakan untuk menghendaki atau menginginkan suatu kejadian yang dilakukan oleh subjek yang dimaksudkan oleh penulis.

Contoh:

(a) Keputusan yang diambil oleh presiden sudah sangat tepat. (b) Aku ingin pergi ke Jakarta.

2.4 Menulis

Menulis merupakan salah satu kegiatan dari empat keterampilan berbahasa selain kegiatan menyimak, membaca, dan berbicara. Menurut Tarigan (1985:4), menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik itu. Dalam kegiatan menulis, kita perlu memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan ketatabahasaan. Apabila tidak memperhatikan penggunaan tata bahasa yang benar, informasi yang akan disampaikan dapat menimbulkan ketidakpahaman.

Menulis juga merupakan suatu kegiatan untuk berkomunikasi. Menulis tentu saja akan menghasilkan sebuah tulisan. Fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung (Tarigan, 1985: 22). Maka dari itu, kegiatan menulis memerlukan kecermatan dalam penggunaan ejaan, tanda baca, dan aspek ketatabahasaan yang lain. Hal tersebut dimaksudkan agar tulisan yang


(52)

dihasilkan benar-benar mampu menjalankan fungsinya sebagai alat komunikasi yang memberikan informasi seperti yang diinginkan.

Menurut Tarigan (1985), terdapat empat tujuan dari menulis. Tujuan-tujuan tersebut adalah (1) memberitahukan atau mengajar yang disebut dengan wacana informatif, (2) meyakinkan atau mendesak yang disebut dengan wacana persuasif, (3) menghibur atau menyenangkan yang disebut dengan tulisan literer, dan (4) mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api yang disebut dengan wacana ekspresif.

Uraian di atas menunjukkan bahwa kegiatan menulis sangat penting bagi banyak orang. Tidak hanya sebatas sebagai sebuah kegiatan berbahasa, tetapi menulis juga menjadi sarana untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan gagasan bagi setiap penulis.

2.5 Karangan

2.5.1 Pengertian Karangan

Karangan merupakan hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca (Gie, 1992:23). Sebuah karangan dapat berisi tentang berbagai macam informasi dan ciri-ciri tertentu. Berdasarkan hal tersebut, karangan dapat digolongkan ke dalam 5 (lima) golongan. Penggolongan tersebut adalah (1) bentuk, (2) ragam, (3) jenis, (4) rumpun, (5) macam.


(53)

2.5.2 Pengertian Karangan Narasi

Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu (Keraf, 2007:136). Berbeda dengan Keraf, Nurgiyantoro (1995:331) berpendapat bahwa narasi merupakan cerita yang mengisahkan secara langsung, pengungkapan secara langsung. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan sebuah bentuk karangan berupa cerita yang di dalamnya terdapat peristiwa dan kejadian dalam suatu urutan waktu tertentu.

Terdapat dua tujuan dari narasi menurut Keraf (2007:136). Kedua tujuan tersebut adalah (1) narasi bertujuan untuk memberikan informasi kepada para pembaca, agar pengetahuannya bertambah luas, yaitu narasi ekspositoris dan (2) menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya, yaitu narasi sugestif. Berikut penjelasan mengenai kedua tujuan narasi menurut Keraf (2007:136).

1) Narasi Ekspositoris

Narasi ekspositoris adalah narasi yang bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan (Keraf, 2007:136). Dalam hal ini, isi dari narasi mengajak pembaca untuk mengembangkan daya pikir atau akalnya untuk menyelami rangkaian peristiwa yang disajikan untuk mendapatkan informasi yang sesuai. Narasi ekspositoris hanya sekedar memberikan informasi kepada para pembaca agar para pembaca memperoleh pengetahuan melalui


(54)

informasi yang disampaikan. Berikut karakteristik dari narasi ekspositoris yang telah dipaparkan oleh Keraf (2007:138 – 139).

(1) Memperluas pengetahuan

(2) Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian

(3) Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional

(4) Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif.

2) Narasi Sugestif

Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca (Keraf, 2007:138). Narasi sugestif memberikan informasi, selain itu narasi sugestif juga membuat para pembaca mampu menemukan makna yang terkandung dalam sebuah narasi tersebut. Berikut karakteristik dari narasi sugestif yang telah dipaparkan oleh Keraf (2007:138 – 139).

(1) Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat (2) Menimbulkan daya khayal

(3) Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna

(4) Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif.

Sesuatu yang berwujud pasti memiliki struktur. Struktur tersebut yang nantinya akan menjadi aktor penting yang membuat suatu wujud tertentu menjadi jelas dan runtut. Narasi juga mempunyai struktur tertentu dalam pembentukannya.


(55)

Selain itu, narasi juga memiliki sebuah plot atau alur. Menurut Keraf (2007:145), ada bagian yang mengawali narasi, ada bagian yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari situasi awal, dan ada bagian yang mengakhiri narasi itu.


(56)

(57)

36 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian dengan judul Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi Karya Guru-Guru SD di Lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada Tahun 2014 ini, termasuk jenis penelitian deskriptif dan menggunakan metode kualitatif. Tujuan utama menggunakan metode ini adalah untuk menyusun data yang telah terkumpul, menjelaskan, dan menganalisis data tersebut.

Dalam penelitian deskriptif kualitatif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 1989:7). Data penelitian ini berupa hasil tertulis tentang diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014. Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti akan mendeskripsikan jenis diksi yang digunakan dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat dan mendeskripsikan penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi.


(58)

3.2Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat. Jumlah guru sebanyak 19 orang. Berikut ini nama-nama guru yang karangannya peneliti ambil sebagai data penelitian.

1. Agustinus Baru 11. Monika Yewen

2. Anjelo Fanatay 12. Paskalis Tenan 3. Arnoldus Sedik 13. Pelipus Korain

4. Emiliana Kocu 14. Sandra Togas

5. Falentinus Bame 15. Thadeus Taus 6. Florensia Leltakaeb 16. Tresita Tenau 7. Fransiska Fede 17. Valerius Korain 8. Hendrikus Turot 18. Yanuarius Fanataf

9. Inventus Taa 19. Yosepha Korain

10. Matheus Yumte

3.3Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah kata-kata yang terdapat di setiap kalimat pada karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014.


(59)

3.4 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014. Karangan tersebut berjumlah 19 karangan yang diperoleh dari para guru ketika menjalani pelatihan Kurikulum 2013 pada tahun 2014 di Sorong, Papua.

3.5Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik untuk memperoleh data yang diperlukan atau proses pengadaan data untuk keperluan penelitian (Nasir, 1988:221). Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan tes mengarang. Tes mengarang yang dilakukan adalah mengarang sebuah karangan narasi. Dalam melaksanakan tes mengarang, guru-guru diberi waktu 45 menit. Guru-guru membuat karangan narasi berdasarkan gambar seri yang bertema “Kegiatan di Pagi Hari Sebelum Pergi ke Sekolah”.

3.6Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2002:123). Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data berupa perintah membuat karangan dan gambar berseri. Berikut


(60)

ini perintah penulisan karangan dan gambar seri dengan tema “Kegiatan di Pagi Hari Sebelum Pergi ke Sekolah”.

3.7Teknik Analisis Data

Data yang sudah terkumpul selanjutnya akan diolah dan dianalisis. Analisis data menurut Moleong (1989:112) adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Langkah-langkah analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Peneliti mengidentifikasi penggunaan kata yang terdapat pada data yang

menjadi objek penelitian. Identifikasi ditujukan pada penggunaan diksi yang 1. Buatlah sebuah cerita berdasarkan gambar berseri berikut ini.

2. Tema cerita adalah kegiatan di pagi hari sebelum berangkat ke sekolah. 3. Cerita ditulis menggunakan tulisan tegak bersambung pada kertas yang


(61)

digolongkan dalam penggolongan kata, serta penggunaan diksi yang dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan kode-kode yang dibuat peneliti. Berikut kode-kode tersebut. (1) Data Karangan

i. AB = Agustinus Baru ii. AF = Anjelo Fanatay iii. AS = Arnoldus Sedik iv. EK = Emiliana Kocu v. FB = Falentinus Bame vi. FL = Florensia Leltakaeb vii. FF = Fransiska Fede viii. HT = Hendrikus Turot ix. IT = Inventus Taa

x. MY = Mateus Yumte

xi. MYn = Monika Yewen

xii. PT = Paskalis Tenan xiii. PK = Pelipus Korain xiv. ST = Sandra Togas xv. TT = Thadeus Taus xvi. TTu = Tresita Tenau xvii. VK = Valerius Korain xviii.YF = Yanuarius Fanataf xix. YK = Yosepha Korain


(62)

(2) Penggolongan Kata (Menurut Soedjito, 1988)

i. KAb = Kata Abstrak

ii. KKo = Kata Konkret

iii. KU = Kata Umum

iv. KKh = Kata Khusus

v. KP = Kata Populer

vi. KKa = Kata Kajian

vii. KB = Kata Baku

viii. KNB = Kata Nonbaku

ix. KAs = Kata Asli

x. KS = Kata Serapan

(3) Ketepatan Pilihan Kata

i. PKDK = Penggunaan Kata Denotasi dan Konotasi

ii. PKS = Penggunaan Kata Sinonim

iii. PKI = Penggunaan Kata Idiomatik

iv. PKUK = Penggunaan Kata Umum dan Khusus

(4) Kesesuaian Pilihan Kata


(63)

2) Peneliti membuat tabel analisis yang digunakan untuk melakukan koding atau pengkategorian. Kemudian, peneliti mengelompokkan diksi dan dimasukkan ke dalam tabel yang telah dibuat.

3) Peneliti menemukan jenis-jenis diksi yang digunakan dan penggunaan diksi yang dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi pada karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, kemudian mendeskripsikan hasil temuan tersebut.

3.8 Tahapan Penyajian Hasil Analisis

Tahap penyajian hasil analisis dilakukan setelah tahap analisis data. Hasil analisis data akan menggunakan metode informal. Metode informal adalah metode penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa, artinya penyajian hasil analisis tidak menggunakan rumus, lambang-lambang atau diagram (Sudaryanto, 1993:145). Pilihan kata yang sudah ditandai dan diidentifikasi kemudian dicatat dalam tabel. Hasil analisis dijelaskan secara rinci dalam sebuah uraian.

3.9 Triangulasi Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data (kevaliditasan) data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 1989:195). Maka dari itu, data penelitian ini dapat dikatakan valid apabila sudah melalui salah satu proses keabsahan data yang disebut triangulasi.


(64)

Menurut Denzin dalam Moleong (1978:330 – 331), terdapat empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi penyidik. Pakar atau ahli bahasa yang peneliti pilih sebagai triangulator adalah Bapak Dr. Y. Karmin, M. Pd. Beliau adalah dosen pengampu mata kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa PBSI di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Berdasarkan hasil triangulasi analisis data, diperoleh saran dan komentar dari triangulator. Triangulator memberikan komentar agar peneliti lebih teliti dalam menganalisis pilihan kata. Triangulator juga memberikan masukan kepada peneliti agar lebih jelas dalam memberikan penjelasan terkait dengan subjek yang akan dijelaskan.


(65)

(66)

44 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Sumber data penelitian ini adalah 19 buah karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014. Data penelitian ini berupa kalimat yang mengandung diksi. Objek penelitian ini adalah diksi atau pilihan kata yang terdapat dalam kalimat, yaitu (1) kata abstrak dan kata konkret, (2) kata umum dan kata khusus, (3) kata populer dan kata kajian, (4) kata baku dan kata nonbaku, dan (5) kata asli dan kata serapan. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis penggunaan diksi atau pilihan kata yang digunakan pada kalimat dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi.

Berikut merupakan tabel data karangan dan diksi yang ditemukan pada tiap karangan. Dalam tabel, dicantumkan kode karangan dan jumlah jenis kata yang ditemukan pada setiap karangan.

Tabel 1a Data dan Jenis Diksi

Data

Jenis Diksi

KAb KKo KU KKh KP KKa KB KNB KAs KS

AB 3 2 6 10 - - 2 7 - -

AF 3 4 1 2 - - 4 - - -

AS 1 1 - 2 - - 2 1 - -

EK - 1 5 5 - - 4 1 - -


(67)

Tabel 1b

Data dan Jenis Diksi (lanjutan)

Data

Jenis Diksi

KAb KKo KU KKh KP KKa KB KNB KAs KS

FL 5 2 7 10 - - 3 2 - -

FF - 1 - 6 - - 2 5 - -

HT 1 1 2 5 - - - 1 - -

IT 1 4 1 6 - - 1 1 - 2

MY - 4 2 10 - - 3 3 - 1

MYn 1 2 4 7 - - - 5 - 1

PT - 2 4 1 - - - 4 - 1

PK 3 1 3 7 - - - 3 - 1

ST - 2 7 6 - - 3 3 - 4

TT 2 1 5 6 - - 2 3 - 2

TTu - 1 - 2 - - 2 - - 1

VK 2 4 11 7 - - 1 2 - -

YF 2 3 2 2 - 1 3 2 - 1

YK - 1 2 5 - - 2 - - 1

Jumlah 24 40 66 104 - 1 35 49 - 16

Tabel 1c

Jumlah Data dan Jumlah Jenis Diksi

Jumlah Data

Jenis Diksi

KAb KKo KU KKh KP KKa KB KNB KAs KS

19 24 40 66 104 - 1 35 49 - 16

Berikut merupakan tabel data karangan dan penggunaan diksi pada karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi. Dalam


(68)

tabel, dicantumkan kode karangan dan jumlah penggunaan diksi yang dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi.

Tabel 2

Data dan Penggunaan Diksi

Data Ketepatan Diksi

Kesesuaian Diksi

PKDK PKS PKI PKUKK PKTB

AB 1 4 1 14 5

AF 1 - - 2 -

AS - 1 - 2 1

EK - 1 1 3 1

FB - 1 - 5 3

FL - 2 - 12 1

FF - - - 2 3

HT - 1 - 4 1

IT - 1 - 7 1

MY - 2 - 9 2

MYn - 1 - 8 5

PT - - - - 4

PK - 1 - 3 3

ST 1 1 - 3 3

TT - 1 - 4 2

TTu - - - 4 1

VK 1 - - - 2

YF 1 1 - 2 1

YK - 1 - 3 -

4.2 Analisis Data

Penelitian ini bertujuan (a) mendeskripsikan jenis diksi yang digunakan dan (b) mendeskripsikan penggunaan diksi yang dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi. Proses analisis data dimulai dengan mengidentifikasi seluruh data yang tersedia dari sumber berupa karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014. Langkah berikutnya adalah membuat tabel analisis untuk pengkategorian.


(69)

Kategori-kategori tersebut dibuat dengan melakukan koding. Koding adalah proses untuk membuat kategorisasi data kualitatif dan juga menguraikan implikasi dan rincian dari kategori-kategorinya (Moleong, 2008:27).

Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Data yang diperoleh kemudian ditulis dengan kode-kode yang telah ditentukan. Selanjutnya, dilakukan interpretasi berupa uraian mengenai hasil analisis data.

4.2.1 Analisis Jenis Diksi

Hasil analisis diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014, dapat dilihat dalam tabel yang telah dimunculkan pada bagian deskripsi data. Dalam kolom yang disajikan, dituliskan jumlah kalimat tiap karangan dan banyaknya temuan tentang diksi dalam setiap karangan. Diksi yang dimaksud meliputi (1) kata abstrak dan kata konkret, (2) kata umum dan kata khusus, (3) kata populer dan kata kajian, (4) kata baku dan kata non baku, (5) kata asli dan kata serapan. Secara khusus, analisis mengenai diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014 akan dibahas dalam uraian di bawah ini.


(1)

170 TRIANGULASI DATA ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI DALAM KARANGAN NARASI KARYA GURU-GURU SD

YPPK MAYBRAT, KEUSKUPAN MANOKWARI, PAPUA BARAT PADA TAHUN 2014 DILIHAT DARI SEGI KESESUAIAN DIKSI

Penggunaan Kata Tidak Baku (PKTB)

Kode Kode Analisis Sampel Kalimat Penjelasan

Pendapat

Triangulator Alasan Setuju Tidak

Setuju AB/k. 3 PKTB Setelah mandi Gerardus pun

membuka lemari pakaian.

Kata lemari dalam kalimat tersebut merupakan bentuk tidak baku. Bentuk baku untuk kata lemari adalah

almari.

AB/k. 5 PKTB Oleh karena sudah pukul 07.00, Ibu Gerardus segera

menyetop sebuah taksi

penumpang, untuk ditumpang anaknya Gerardus terus bertolak dengan teapt waktu yaitu pukul 07.30.

Kata menyetop dalam kalimat tersebut merupakan bentuk tidak baku. Bentuk baku dari kata menyetop adalah

memberhentikan atau

menghentikan.

AS/k. 4 PKTB Kemudian Arnol kembali kerumah tepat pulang sekolah jam 13.20 dan

Kata jam pada kalimat tersebut merupakan bentuk tidak baku. Bentuk baku dari


(2)

171 kembali ke rumah sampai

dirumah jam 13.20 sampai dirumah.

kata jam untuk kalimat tersebut adalah pukul.

MY/k. 2 PKTB Setelah bangun pagi ia

membereskan tempat tidurnya dan ia mengambil keperluan mandi (sabun, sikat gigi, odol, handuk dan pakaian ganti) lalu melangkah ke kamar mandi untuk mandi.

Kata membereskan pada kalimat tersebut merupakan bentuk tidak baku. Bentuk

baku untuk kata

membereskan adalah

merapikan. Kata odol

merupakan bentuk tidak baku karena merupakan nama jenis pasta gigi, sedangkan kata baku dari odol adalah pasta

gigi.

FB/k. 4 PKTB Pada jam 7 Pagi Pak Andi menerima telpon lalu beliau segera bergegas menuju kesekolah dan Pak Andi tiba di sekolah tepat pada pukul 08.30 (setengah delapan tepat) lalu mengajak anak sekolah berkumpul di lapangan sekolah untuk mendengarkan arahan.

Kata telpon pada kalimat tersebut merupakan bentuk tidak baku karena mengalami perubahan ortografi dengan pengurangan vokal e. Bentuk baku dari telpon adalah

telepon.

AB/k. 1 PKTB Pada senen pagi, teapt pukul 06.00, Gerardus bangun dari tempat tidurnya.

Kata senen mengalami perbedaan ortografi dengan perubahan vokal i menjadi vokal e. kata senen


(3)

172 seharusnya adalah Senin.

EK/k. 1 PKTB Pagi ini jarum jam di kamar Beni menunjukan pukul 06.00.

Kata menunjukan mengalami perubahan ortografi dengan pengurangan konsonan k.

Kata yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah

menunjukkan.

IT/k. 4 PKTB Sebelum ia berngkat ke sekolah ia berpamitan dulu dengan kedua orang tuanya.

Kata berngkat mengalami perubahan ortografi dengan pengurangan konsonan a

sehingga menjadi bentuk tidak baku. Bentuk baku untuk kata tersebut adalah

berangkat.

FF/k. 4 PKTB Pada pukul 7.20 menit Dimas dan kawan-kawan baris dengan rapih dan masuk kekelas dengan berbaris yang rapih.

Kata rapih mengalami perubahan ortografi dengan penambahan konsonan h di belakang kata tersebut, sehingga menjadi bentuk tidak baku. Bentuk baku dari kata rapih adalah rapi.

FF/k. 1 PKTB Setelah selesai berdoa Dimas mengambil sikat gigi dan odol untuk mengosok gigi.

Kata mengosok mengalami perubahan ortografi dengan pengurangan konsonan g.

Bentuk baku dari kata


(4)

(5)

173 BIODATA

Saferine Yunanda yang akrab dipanggil Nanda adalah anak kedua dari tiga bersaudara yang lahir di Magelang pada tanggal 8 Desember 1993. Putri kedua dari pasangan Stephanus Susilaharda dan Yuliana Prihatin, S.Ag ini mengawali pendidikan formalnya pada tahun 1999 – 2000 di TK Pertiwi Podosoko. Pada tahun 2000 – 2006, ia melanjutkan pendidikan di SD Negeri Podosoko II, kemudian lulus sekolah menengah pertama di SMPK Santa Maria Sawangan pada tahun 2008. Pada tahun 2008 – 2011, ia melanjutkan sekolahnya ke SMA Negeri 1 Muntilan.

Setelah tamat SMA, ia melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sejak tahun 2011 hingga tahun 2015, ia terdaftar sebagai mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diselesaikan dengan menulis skripsi berjudul Penggunaan Diksi dalam

Karangan Narasi Karya Guru-Guru SD di Lingkungan YPPK Maybrat,


(6)