0,66. Dari gambar 11 tersebut dapat dipastikan pula bahwa asam salisilat dan eugenol tersebut sudah dapat terpisah secara sempurna dengan nilai resolusi R
sebesar 5,125 yang sudah sesuai dengan syarat resolusi dari Gandjar dan Rohman, 2007 yaitu nilai R 1,5.
Perbedaan nilai R
f
antara analit yang satu dengan yang lainnya disebabkan karena adanya perbedaan interaksi antara kedua analit dengan fase
diam maupun fase gerak yang digunakan. Pada penelitian ini digunakan sistem KLT dengan fase normal yang artinya fase diam yang digunakan bersifat lebih
polar daripada fase geraknya. Sehingga senyawa yang lebih bersifat non polar akan terelusi terlebih dahulu oleh fase gerak. Dalam hal ini kepolaran eugenol
lebih kecil daripada asam salisilat sehingga eugenol akan terelusi terlebih dahulu.
Gambar 16. Bagian non polar dari a asam salisilat dan b eugenol
F. Penetapan kurva baku asam salisilat dan eugenol
Persamaan kurva baku yang digunakan untuk mendapatkan hubungan linearitas antara konsentrasi baku yang digunakan dengan AUC Area Under
Curve yang menggambarkan kadar dari tiap masing-masing konsentrasi baku yang digunakan. Hubungan antara konsentrasi dengan AUC dinyatakan sebagai
= bagian non polar A
B
koefisien determinasi. Persamaan kurva baku disini menggunakan syarat nilai koefisien determinasi r
2
≥ 0,997 Chan, 2004. Pada penentuan persamaan kurva baku yang digunakan menggunakan 7
konsentrasi kurva baku dengan replikasi 3 kali untuk tiap analit yaitu asam salisilat dan eugenol. Hasil dari
baku asam salisilat diperoleh data sebagai berikut:
Tabel VI. Konsentrasi Asam Salisilat vs AUC
Asam Salisilat Replikasi 1
Replikasi 2 Replikasi 3
Konsentrasi ppm
AUC Konsentrasi
ppm AUC
Konsentrasi ppm
AUC 816
884 952
1020 1088
1156 1224
17027,4 17980,4
19112,2 20187,3
20737,4 21662
23141,4 816
884 952
1020 1088
1156 1224
18377,7 19249,4
20188,1 20932,4
21992,4 23125,2
24054,1 816
884 952
1020 1088
1156 1224
17893 18781,1
20102,6 21305,5
21901,7 23068,7
24463,3
A b
r r
2
53370,0143 14,3542
0,9957 0,9914
a b
r r
2
6889,3107 13,9628
0,9986 0,9972
a b
r r
2
4956,6286 15,8010
0,9969 0,9938
Dari tabel diatas terlihat bahwa persamaan kurva baku untuk asam salisilat yang digunakan adalah replikasi 2. Replikasi 2 dipilih karena nilai
koefisien determinasi r
2
yang memenuhi syarat yaitu ≥ 0,997. Menurut De Muth 1999 koefisien determinasi menggambarkan kedekatan titik dengan garis linear,
semakin dekat titik dengan garis berarti semakin dekat hubungan korelasinya. Nilai r
2
yang medekati satu maka data-data tersebut akan semakin linear, yang berarti bahwa kenaikan konsentrasi kurva baku sebanding dengan kenaikan AUC
tersebut sehingga hasilnya dapat dipercaya. Nilai linearitas menyatakan adanya hubungan respon pengukuran konsentrasi larutan dengan jumlah analit.
Persamaan kurva baku yang digunakan untuk menetapkan kadar asam salisilat
adalah y = 13,9628 + 6889,3107 dengan nilai r
2
sebesar 0,9972. Kurva hubungan antara konsentrasi dengan AUC dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 17. Kurva baku hubungan konsentrasi asam salisilat vs AUC
Korelasi antara konsentrasi asam salisilat dengan AUC yang baik dapat dilihat dari kurva tersebut dimana dengan bertambahnya konsentrasi asam salisilat
diiringi dengan kenaikan dari nilai AUC. Sehingga dari persamaan kurva baku tersebut dapat digunakan untuk menghitung kadar asam salisilat yang ada dalam
sampel. Sedangkan untuk baku eugenol diperoleh data sebagai berikut:
Tabel VII. Konsentrasi eugenol vs AUC
Eugenol Replikasi 1
Replikasi 2 Replikasi 3
Konsentrasi ppm
AUC Konsentrasi
ppm AUC
Konsentrasi ppm
AUC 560
600 640
680 720
760 800
6270,9 6463,9
6631,4 6847,1
7082,3 7307,1
7461 560
600 640
680 720
760 800
6099,7 6371,7
6687,6 6838,6
7271,2 7341,3
7634,4 560
600 640
680 720
760 800
5790,8 6081,8
6275,2 6462
6645,9 6827,2
7017,6
A b
r r
2
3400,9143 5,0961
0,9986 0,9972
a b
r r
2565,025 6,3633
0,9929 0,9858
a b
r r
2
3078,2036 4,9481
0,9971 0,9942
Dari tabel diatas diketahui bahwa persamaan kurva baku yang diperoleh untuk penetapan kadar eugenol adalah menggunakan replikasi 1 dimana
persamaan yang digunakan adalah y = 5,0961x + 3400,9143 dengan nilai r
2
sebesar 0,9972, hal ini memenuhi syarat yaitu nilai r
2
≥ 0,997. Kurva hubungan antara konsentrasi eugenol dengan AUC dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 18. Kurva baku hubungan konsentrasi eugenol vs AUC
Korelasi antara konsentrasi eugenol dengan AUC yang baik dapat dilihat dari kurva tersebut dimana dengan bertambahnya konsentrasi eugenol diiringi
dengan kenaikan dari nilai AUC. Sehingga dari persamaan kurva baku tersebut dapat digunakan untuk menghitung kadar eugenol yang ada dalam sampel.
G. Validasi Metode