ONa
O
Natrium eugenol HCl
OH
O
Eugenol
Gambar 13. Reaksi pembentukan eugenol dari garam natrium eugenol
Ekstraksi dilakukan secara partisi menggunakan corong pisah. Estrkasi partisi disini menggunakan pelarut yang tidak saling campur. Pelarut lain yang
digunakan adalah kloroform. Dipilih kloroform karena analit yang akan digunakan dapat larut dalam pelarut kloroform dengan prisip like disolve like.
Ekstraksi dilakukan 4 kali dengan setiap ekstraksi sebanyak 10 mL dengan tujuan untuk memaksimalkan hasil ekstraksi. Apabila langsung digunakan volume yang
banyak maka ada kemungkinan analit tersebut belum terambil sehingga untuk memaksimalkan ekstraksi digunakan 4 kali ekstraksi dengan harapan analit
tersebut sudah terambil semua. Setelah itu pelarut yang digunakan diuapkan dan setelah kering dilarutkan kembali dengan etanol untuk dilakukan proses
selanjutnya yaitu proses elusi untuk validasi metode.
B. Fase Gerak
Pada penelitian ini menggunakan komposisi fase gerak yang didapatkan dari hasil optimasi yang dilakukan pada proses sebelumnya. Hasil optimasi dari
komposisi fase gerak yang digunakan adalah toluena, etil asetat dan metanol dengan perbandingan toluene: etil asetat: metanol 65,2: 2,4: 32,4 Ediningtyas,
2012. Campuran fase gerak ini bersifat lebih non polar apabila dibandingkan dengan fase diamnya, memiliki nilai indeks polaritas sebesar 3,3228 dan
merupakan fase gerak yang dapat memisahkan asam salisilat dan eugenol secara optimal. Campuran fase gerak ini disebut non-polar karena memiliki nilai indeks
polaritas yang rendah, dimana semakin rendah nilai indeks polaritas suatu fase gerak, maka semakin non-polar sifatnya.
Fase gerak yang cenderung lebih non polar ini akan mampu mengelusi sampel sehingga akan didapatkan pemisahan dari analit karena memiliki sifat
polaritas yang berbeda antara satu dengan yang lain. Prinsip pembuatan dan pencampuran ketiga larutan fase gerak tersebut menggunakan prinsip volume
portion dengan teknik doubling dimulai dari fase gerak yang memiliki volum terkecil lalu ditambah larutan fase gerak selanjutnya sebanyak volum di dalam
wadah, begitu seterusnya. Prinsip volume portion dengan teknik doubling dilakukan untuk mempermudah pencampuran ketiga jenis larutan fase gerak yang
digunakan sehingga ketiganya dapat tercampur dengan sempurna. Pada optimasi pemilihan fase gerak yang telah dilakukan sebelumnya
dihasilkan pemisahan metil salisilat dan eugenol yang baik dan optimal. Pembuatan fase gerak menggunakan bahan-bahan pro analisis karena diharapkan
dengan menggunakan bahan-bahan dengan grade pro analsis ini tidak memiliki pengotor dibanding jika menggunakan bahan-bahan teknis. Adanya pengotor akan
menganggu interaksi antara fase gerak dengan analit. Sistem kromatografi pada penelitian ini merupakan kromatografi fase normal karena fase gerak yang
digunakan bersifat lebih non polar dari pada fase diam yang digunakan.
C. Pembuatan Larutan Baku