Tabel II. Nilai Indeks Polaritas Pelarut Menurut Snyder, et al. 1997
Pelarut Indeks
Polarits Nilai Eluotopik
UV cut off nm
Alumina C18
Silika Gel Heksana
0,1 0,01
- 0,00
195 Sikloheksana
0,2 0,004
- -
200 Toluena
2,4 0,29
- 0,22
284 Tetrahidrofuran
4,0 0,45
3,7 0,53
212 Etil Asetat
4,4 0,58
- 0,48
256 Aseton
5,1 0,56
8,8 0,53
330 Metanol
5,1 0,95
1,0 0,7
205 Asetonitril
5,8 0,65
3,1 0,52
190 Dimetilformamida
6,4 -
7,6 -
268 Dimetilsulfoksida
7,2 0,62
- -
268 Air
10,2 -
- -
190
4. Penotolan Sampel
Pemisahan yang optimal diperoleh dengan cara menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Jika sampel yang digunakan
terlalu banyak maka akan menurunkan resolusi. Penotolan dapat dilakukan dengan cara manual maupun otomatis dengan instrumen tertentu Gandjar dan
Rohman, 2007. Misalnya Camag Linomat 5 Wall, 2005. Volume penotolan sampel yang digunakan biasanya adalah 0,1-0,5 mm
3
. Apabila lebih dari itu maka dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengelusi sampel. Selain itu dapat
membuat bercak yang dihasilkan menjadi melebar Braithwaite, 1999. Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan kromatogram
memiliki puncak ganda dan menyebabkan bercak yang menyebar. Jika volume sampel yang ditotolkan lebih besar dari 2–10 µL maka penotolan harus dilakukan
secara bertahap dengan dilakukan secara bertahap dan dilakukan pengeringan
terlebih dahulu sebelum kemudian dicelupkan ke dalam fase gerak Gandjar dan Rohman, 2007.
5. Pengembangan
Plat yang telah ditotol oleh sampel kemudian dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah jenuh oleh fase gerak. Tinggi fase gerak dalam
bejana harus di bawah lempeng yang telah ditotol oleh sampel. Bejana kromatografi harus tertutup dengan rapat saat sedang mengelusi sampel.
Penjenuhan bejana dilapisi dengan kertas saring. ada beberapa macam teknik melakukan pengembangan yakni menaik ascending dan menurun denscending
melingkar dan mendatar Gandjar dan Rohman, 2007.
6. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Metode KLT dapat digunakan untuk uji identifikasi suatu senyawa dalam campuran sampel. Parameter yang digunakan adalah nilai R
f
. Dua senyawa dikatakan identik jika memiliki nilai R
f
yang sama jika diukur pada kondisi KLT sama.
Setelah pengembangan sampel akan diperoleh nilai R
f
yang menggambarkan migrasi relatif komponen senyawa terhadap pelarut dan
berhubungan dengan koefisien distribusi komponen Braithwaite, 1999. Nilai R
f
dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
R
f
Dalam analisis kuantitatif dengan metode KLT, nilai R
f
diharapkan berada antara 0,2 dan 0,8 Kowalska, 2003.
Analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan dua cara yakni mengukur bercak secara langsung pada lempeng dengan menggunakan ukuran luas atau
dengan menggunakan teknik densitometri. Cara yang kedua adalah dengan cara mengerok bercak kemudian menetapkan kadar senyawa dalam sampel dengan
metode analisis lain, misalnya metode spektrofotometri. Tetapi terdapat kelemahan pada cara kedua yakni dapat terjadi kesalahan dalam pemindaian
bercak sehingga kadar yang diukur bukan merupakan kadar sebenarnya Gandjar dan Rohman, 2007.
7. Densitometri