kulit buah P.americana telah memenuhi syarat serbuk yang baik yang telah ditetapkan.
D. Uji Pendahuluan
1. Penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida
Senyawa yang digunakan sebagai toksin yang akan merusak hati pada penelitian ini yaitu karbon tetraklorida. Alasan dilakukannya penentuan dosis karbon
tetraklorida untuk mengetahui pada dosis berapa hepatotoksin karbon tetraklorida dapat menyebabkan kerusakan hati pada tikus, yang ditandai dengan adanya
penurunan kadar albumin. Korelasi antara aktivitas ALT dengan kadar albumin yaitu ketika tikus terinduksi hepatotoksin maka aktivitas ALT akan meningkat kemudian
diikuti dengan adanya penurunan dari kadar albumin sebanyak 28,57 dari keadaan vehicle control Ahmed et al., 2002 ; Sivakrishnan et al., 2014 ; Mahmud et al.,
2012. Penelitian Janakat dan Merie 2002 juga menunjukkan bahwa dosis yang mampu memberikan efek toksik terhadap hati sebesar 2 mLkg BB.
2. Penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji
Penentuan waktu pencuplikan darah pada hewan uji dilakukan untuk mengetahui kehepatotoksikan dari karbon tetraklorida dengan dosis 2 mLkg BB
mencapai titik maksimal yaitu dengan adanya peningkatan tertinggi aktivitas ALT serum pada rentang waktu 24 jam dan 48 jam. Diambil serum darah tikus pada jam
ke-0 lalu diukur aktivitas ALT yang nantinya akan dipakai sebagai pembanding setelah pemberian hepatotoksin. Pencuplikan darah tersebut dilakukan melalui bagian
sinus orbitalis mata pada tikus. Hasil aktivitas ALT serum setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mLkg BB dapat dilihat pada tabel I serta gambar 7.
Tabel I. Aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2mLkg BB pada selang waktu 0,24 dan 48 jam
Selang waktu jam Purata aktivitas ALT ± SEUL
72,3 ± 5,8 24
217,3 ± 2,7 48
90,3 ± 3,7 Keterangan: SE Standard Eror
Setelah dianalisis menggunakan Kolmogorov-Smirnov diperoleh distribusi data normal. Selanjutnya dianalisis dengan One Way Anova menunjukkan nilai
signifikasi 0,000 0,05. Dengan diperolehnya hasil tersebut maka dinyatakan bahwa ada perbedaan antara ketiga kelompok waktu. Dilakukan uji Scheffe dengan tujuan
mengetahui kebermaknaan perbedaan antar kelompok yang tersaji pada tabel II.
Tabel II. Hasil uji statistik aktivitas ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mLkg BB pada waktu pencuplikan darah jam ke 0, 24 serta
48 Selang waktu
jam ke 24
48 BB
TB 24
BB BB
48 TB
BB BB = berbeda bermakana p0,05 dan TB= berbeda tidak bermakna p0,05
Berdasarkan data tabel I, pada pencuplikan darah jam ke-24 didapatkan hasil, ada peningkatan aktivitas ALT 2-3 kali dari nilai normal jam ke-0 yaitu 217,3 ± 2,7
UL. Pada tabel II juga memperlihatkan aktivitas ALT pada jam ke-24 memberikan peningkatan yang signifikan serta berbeda bermakna bila dibandingkan dengan jam
ke-0 dan 48. Terlihat bahwa pada jam ke-48 aktivitas ALT akan mengalami
penurunan sebesar 90,3 ± 3,7 UL, yang berarti pada jam ke-48 aktivitas ALT telah kembali normal, dimana peningkatan aktivitas ALT terjadi pada jam ke-24.
Gambar 7. Diagram batang rata-rata aktivitas SGPTALT sel hati tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mLkg BB pada selang waktu 0,
24 dan 48 jam 3.
Penentuan dosis ekstrak etanol kulit buah P. americana
Penelitian ini menggunakan ekstrak etanol kulit buah P. americana menggunakan tiga peringkat dosis. Penentuan tiga tingkatan dosis ekstrak etanol kulit
buah P. americana mengacu pada penelitian Nopitasari 2013 bahwa konsentrasi tertinggi dari ekstrak etanol biji P. americana yang akan menjadi dosis maksimal dari
ekstrak etanol kulit buah P. americana. Konsentrasi tertinggi diperoleh sebesar 70 mgmL yang merupakan konsentrasi yang dibuat yang mana pada konsentrasi
tersebut ekstrak dapat dengan mudah dikeluarkan serta dimasukkan dari dan ke spuit oral. Dari konsentrasi tertinggi ini maka didapat dosis maksimal dari ekstrak etanol
kulit P. americana sebesar 1,40 gkg BB, dan tingkatan dosisnya ditentukan dari setengah serta seperempat dari dosis maksimal yaitu 0,70 dan 0,35 gkg BB.
E. Pengaruh Pemberian Jangka Pendek Ekstrak Etanol Kulit Buah