161
Untuk eksplorasi wujud tiga dimensional ada beberapa jenis bahan dan alat. Bahan-bahan tersebut dikategorikan menjadi tiga, yakni : bahan
lunak, bahan liat, dan bahan keras. Semua bahan itu memiliki ka- rakternya masing-masing dan harus diketahui oleh perupa dan kriyawan.
Namun pada praktek ini, dan mengingat beberapa keter-batasan, tidak semua bahan sempat digunakan.
1. Bahan Lunak
Kertas, karton, gabus dan styrofoam termasuk bahan lunak. Bahan-bahan ini relatif mudah didapat dan membentuknya dapat dengan
alat yang sederhana seperti pisau, silet dan gunting. Bahkan tanpa alatpun, kertas dapat dilipat langsung dengan tangan tanpa bantuan alat
yang lain. Latihan dengan bahan lunak ini lebih banyak menggunakan bahan karton. Jenis karton cukup banyak, namun untuk latihan dengan
teknik potong dan toreh gunakanlah karton yang kaku agar bentuk yang dibuat tidak mudah melengkung. Untuk teknik melipat, karton tebal dan
kaku tidak baik digunakan karena sulit dilipat. Walaupun dapat digunakan tetapi hasilnya kurang baik. Bagi pemula karton dan styrofoam sangat
baik digunakan untuk latihan memahami seni rupa tiga dimensional. Untuk styrofoam, agar mendapatkan hasil potongan yang baik, perlu
menggunakan alat khusus yang dapat dibeli di toko dan harganya pun tidak terlalu mahal. Apabila menggunakan pisau kadang-kadang hasil
potongan kurang baik 2. Bahan Liat
Bahan liat ada beberapa jenis, seperti tanah liat, gips, plastisin dan lilin. Dalam latihan ini digunakan bahan tanah liat yang mudah didapat
karena hampir ada di seluruh tempat, hanya pengolahannya perlu ditingkatkan kualitasnya.Tanah liat ada beberapa jenis, yaitu : Earthen-
ware, stoneware, raku dan porselin. Tanah liat sangat mudah dibentuk. Untuk itu ada beberapa teknik dasar dalam pembentukannya dan
memiliki cirinya masing-masing. Hal ini dibahas dalam bab V.
Earthenware pada umumnya dikenal berwarna merah, namun ada juga yang berwarna putih. Jenis tanah liat ini paling banyak digunakan
karena mudah mendapatkannya. Untuk pembakaran dengan tungku diperlukan panas 1000ºC, dan untuk mengglasirnya diperlukan panas
1040º C - 1160º.
Di unduh dari : Bukupaket.com
162
a b
c d
Gambar 154. Jenis tanah liat a Earthen Ware, b Stone Ware, c Porselin, d Raku
Stoneware berbeda dengan earthenware karena memerlukan suhu yang lebih tinggi dalam pembakaran glasirnya, yaitu untuk bakaran
biscuit diperlukan panas 1000º C dan untuk glasir 1200-1300º C. Stoneware hasilnya lebih berat dan kuat dibanding earthenware. Efek
lebih halus dapat dihasilkan jika menggunakan teknik reduksi dalam pembakarannya. Untuk itu perlu digunakan tungku yang dapat dimatikan
dengan seketika.
Di unduh dari : Bukupaket.com
163
Porselin merupakan jenis tanah liat yang sangat halus dan hasilnya keras. kehalusannya hampir seperti glasir jika digunakan untuk memoles
tanah liat lainnya dan dibakar dengan suhu bakaran glasir. Porselin memiliki kualitas bening yang tidak dimiliki oleh tanah liat lainnya dan
dapat juga dibuat kusam. Sifatnya sangat cepat kering namun masih memungkinkan untuk dibentuk, sekalipun dengan teknik putar. Untuk
pembakaran biscuit dibutuhkan panas 1000º C dan untuk glasir 1240 - 1300º C.
Bahan raku merupakan jenis tanah liat yang kasar karena mengandung pertikel butiran pasir. Ketika telah menjadi produk bahan
raku ini memberikan kesan tekstur seperti batu. Untuk pembakaran biskuit memerlukan temperatur panas lebih rendah dari jenis tanah liat
lainnya yaitu sekitar 900º C, sedangkan untuk glasir 800-1000º C. Bahan raku dapat dibakar beberapa kali hingga mendapatkan hasil pembakaran
yang diinginkan.
Gambar 155. Benda-benda dari bahan eartheware a Periuk kuno dari NTT,
b Kendi dari Zaman Majapahit sumber: Museum Nasional
3. Bahan Keras