d. Histogram
Gambar 4.2. Histogram Nilai Tes Kemampuan Melukis dalam Ruang
Dari histogram tersebut, dapat dikatakan data kemampuan melukis dalam ruang tidak berdistribusi normal, karena kurva yang
ditampilkan cenderung condong ke kiri dan terdapat satu data outlier pencilan yaitu nilai 100. Pengujian normalitas akan dibahas lebih
lanjut dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
E. Analisis Data, Penyajian Hasil Analisis, dan Pembahasan
Untuk melihat korelasi antara kemampuan berpikir keruangan dengan kemampuan melukis dalam ruang, data diolah dengan menggunakan Statistik
Inferensi pada tahap-tahap sebagai berikut: 1.
Uji Normalitas
Tujuan dari pengujian normalitas ini adalah untuk menentukan teknik analisis korelasi yang akan digunakan dalam penarikan
kesimpulan. Irianto 2010 menjelaskan bahwa suatu data akan
berdistribusi normal jika mean, median, dan modus dari data tersebut hampir sama. Ini berarti bahwa sebagian nilai mengumpul pada posisi
tengah. Uji normalitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan gambar histogram, uji skewness dan kurtosis, uji Kolmogorov-
Smirnov, atau uji Shapiro-Wilk. Pada analisis ini akan dijabarkan uji normalitas dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan aplikasi SPSS 17. Uji ini merupakan pengujian yang paling mendasar dan paling
banyak digunakan. Uji K-S ini dimanfaatkan untuk uji satu sampel one- sample test
yang memungkinkan perbandingan suatu distribusi frekuensi dengan distribusi normal. Konsep dasar uji K-S adalah mengukur
perbandingan data empirik dengan data berdistribusi normal teoritik yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama dengan data empirik
Kusnadi, 2012. Perbandingan ini berdasarkan frekuensi kumulatif dari
data yang diuji.
a. Data Kemampuan Berpikir Keruangan
Tabel 4.9. Output SPSS untuk Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Keruangan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Keruangan N
42 Normal Parameters
a,,b
Mean 80.7540
Std. Deviation 14.97945
Most Extreme Differences Absolute .164
Positive .099
Negative -.164
Kolmogorov-Smirnov Z 1.060
Asymp. Sig. 2-tailed .211
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
1 Hipotesis
Ho : Data Keruangan berdistribusi normal Hi : Data Keruangan tidak berdistribusi normal
2 Tingkat signifikasi: 0,05 default SPSS
3 Dasar pengambilan keputusan
a Dengan membandingkan Kolmogorov-Smirnov hitung
dengan Kolmogorov-Smirnov tabel :
Jika maka Ho diterima
Jika maka Ho ditolak
b Dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan:
Jika maka Ho diterima Jika maka Ho ditolak
4 Keputusan
a Kolmogorov-Smirnov tabel
dengan didapat
dengan rumus:
√ √
Dari tabel output SPSS didapat lihat baris
absolute. Jadi, karena maka Ho diterima.
b Berdasarkan angka probabilitas. Pada output SPSS didapat
sehingga didapat yang mengakibatkan Ho diterima.
5 Kesimpulan : Data kemampuan berpikir keruangan berdistribusi
normal. b.
Data Kemampuan Melukis dalam Ruang
Tabel 4.10. Output SPSS untuk Uji Normalitas Data Kemampuan Melukis dalam Ruang
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
UTS N
42 Normal Parameters
a,,b
Mean 30.5952
Std. Deviation 18.51968
Most Extreme Differences Absolute .217
Positive .217
Negative -.133
Kolmogorov-Smirnov Z 1.407
Asymp. Sig. 2-tailed .038
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
1 Hipotesis
Ho : Data UTS berdistribusi normal Hi : Data UTS tidak berdistribusi normal
2 Tingkat signifikasi: 0,05 default SPSS
3 Dasar pengambilan keputusan
a Dengan membandingkan Kolmogorov-Smirnov hitung
dengan Kolmogorov-Smirnov tabel :
Jika maka Ho diterima
Jika maka Ho ditolak
b Dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan:
Jika maka Ho diterima Jika maka Ho ditolak
4 Keputusan
a Kolmogorov-Smirnov tabel
dengan didapat
dengan rumus:
√ √
Dari tabel output SPSS didapat lihat baris
absolute. Jadi, karena maka Ho ditolak.
b Berdasarkan angka probabilitas. Pada output SPSS didapat
sehingga didapat yang mengakibatkan Ho ditolak.
5 Kesimpulan : Data UTS kemampuan melukis dalam ruang
tidak berdistribusi normal. 2.
Uji Korelasi Dari pengujian normalitas tersebut, walaupun data Keruangan
berdistribusi normal, data UTS kemampuan melukis dalam ruang tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu, digunakan prosedur statistik non-
parametrik untuk menentukan korelasi antara kemampuan berpikir keruangan dan kemampuan melukis dalam ruang. Teknik analisis
korelasi yang akan digunakan adalah Korelasi Spearman Rank peringkat Spearman. Supranto 2001 menyatakan koefisien korelasi Spearman
Rank merupakan ukuran atas kadarderajat hubungan antara data
yang telah disusun menurut peringkat. Koefisien korelasi Spearman Rank dihitung menggunakan nilai peringkat untuk hasil tes kemampuan
berpikir keruangan dan hasil tes kemampuan melukis dalam ruang, bukan nilai aktualnya.
Tabel 4.11 Output SPSS untuk Uji Korelasi
Correlations
UTS Keruangan
Spearmans rho UTS Correlation Coefficient
1.000 .725
Sig. 2-tailed .
.000 N
42 42
Keruangan Correlation Coefficient .725
1.000 Sig. 2-tailed
.000 .
N 42
42 . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
a. Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan antara kemampuan berpikir keruangan
dan kemampuan melukis dalam ruang Hi
: Terdapat hubungan antara kemampuan berpikir keruangan dan kemampuan melukis dalam ruang
b. Tingkat signifikasi: 0,05 default SPSS
c. Dasar pengambilan keputusan
1 Dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan:
a Jika maka Ho diterima
b Jika maka Ho ditolak
2 Kekuatan hubungan antara kemampuan berpikir keruangan dan
kemampuan melukis keruangan ditinjau dari koefisien korelasi menurut Sarwono dalam Yamin, 2011:
a : Tidak ada korelasi antara dua variabel
b : Korelasi sangat lemah
c 0 : Korelasi cukup
d : Korelasi kuat
e : Korelasi sangat kuat
f : Korelasi sempurna
3 Dengan melihat arah hubungan:
a Korelasi positif bertanda positif menyatakan hubungan
searah. Semakin tinggi tingkat kemampuan berpikir keruangan maka semakin tinggi pula tingkat kemampuan
melukis dalam ruang, dan sebaliknya. b
Korelasi negatif bertanda negatif menyatakan hubungan tidak searah. Semakin tinggi tingkat kemampuan berpikir
keruangan maka semakin rendah tingkat kemampuan melukis dalam ruang, dan sebaliknya.
d. Keputusan
1 Pada output SPSS didapat sehingga didapat
yang mengakibatkan Ho ditolak. Jadi, terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir
keruangan dan kemampuan melukis dalam ruang.
2 Pada output SPSS didapat koefisien korelasi Spearman
. Dari nilai ini disimpulkan terdapat korelasi atau hubungan yang sangat kuat antara kemampuan berpikir
keruangan dan kemampuan melukis dalam ruang. 3
Dari output SPSS didapat bertanda positif, sehingga terdapat hubungan searah antara kemampuan berpikir keruangan dan
kemampuan melukis dalam ruang. e.
Kesimpulan : Terdapat hubungan positif yang siginifikan dan sangat kuat antara kemampuan berpikir keruangan dan kemampuan melukis
dalam ruang. 3.
Jenis-Jenis Kesalahan Melukis dalam Ruang Berikut ini akan dijabarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
subjek ketika melukis dalam ruang. Kesalahan-kesalahan tersebut ditemukan berdasarkan kesesuaian antara jawaban yang benar dari
pedoman penskoran dan landasan teori dengan hasil pekerjaan subjek.
Tabel 4.12. Kesalahan-kesalahan yang Dilakukan oleh Subjek ketika Melukis dalam Ruang
No Subjek
Kesalahan
1 S1
1. Bidang frontal, sudut surut, dan garis orthogonal salah.
Perbandingan proyeksi tidak .
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah. Perbandingan
proyeksi tidak .
3. Memotongkan dua garis yang bersilangan.
4. a Memotongkan dua garis yang bersilangan.
b Memotongkan dua garis yang bersilangan 2
S2 1.
Bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal salah.
No Subjek
Kesalahan
Perbandingan proyeksi tidak .
2. Ukuran bangun yang terletak pada bidang frontal salah. Letak
sudut surut dan garis orthogonal salah. Perbandingan proyeksi tidak
. 3.
Salah menentukan titik persekutuan bidang pengiris dengan bidang alas bidang yang memuat titik
. 4.
a Tidak dikerjakan. b Memotongkan dua garis bersilangan. Salah menentukan titik
potong dari dua garis yang berpotongan.
3 S3
1. Bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal salah.
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
3. Irisan yang terbentuk tidak melalui titik .
4. a Memotongkan dua garis bersilangan.
b Pada gambar garis tidak sejajar . Salah menentukan
titik persekutuan bidang pengiris dengan bidang alas bidang yang memuat titik
.
4 S4
1. Bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal salah.
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah. Perbandingan
proyeksi tidak .
3. Memotongkan dua garis yang bersilangan.
4. a Salah menentukan garis persekutuan antara bidang
dengan bidang yang melalui garis . Memotongkan dua garis
yang bersilangan. b Memotongkan dua garis yang bersilangan
5 S5
1. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah. Perbandingan
proyeksi tidak .
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
3. Memotongkan dua garis yang bersilangan.
4. b Salah menentukan titik persekutuan bidang pengiris dengan
bidang alas bidang yang memuat titik .
6 S6
1. Bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal salah.
2. Prisma yang digambar tidak diberi nama. Letak sudut surut dan
garis orthogonal salah. 3.
Irisan yang terbentuk tidak melalui titik . 4.
b Tidak ada langkah pengerjaan. Memotongkan dua garis yang bersilangan.
No Subjek
Kesalahan
7 S7
1. Bangun yang digambarkan bukan limas segiempat beraturan
seperti yang diminta pada soal karena bidang alas yang digambar berupa trapesium. Garis horisontal, bidang frontal, letak sudut
surut, dan garis orthogonal salah. Perbandingan proyeksi tidak 2.
Penamaan prisma salah sehingga bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal salah.
3. Memotongkan dua garis yang bersilangan. Irisan yang terbentuk
tidak melalui titik .
4. a Titik tembus yang ditemukan berupa garis.
b Pada gambar tidak sejajar . Irisan yang terbentuk tidak
melalui titik dan .
8 S8
1. Bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal salah.
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah
3. Langkah pengerjaan tidak sampai selesai sehingga irisan belum
terbentuk. 4.
a Salah menentukan garis persekutuan bidang dengan bidang yang melalui garis
. Pada gambar tidak sejajar . b Tidak dikerjakan.
9 S9
1. Bidang frontal, sudut surut, dan garis orthogonal salah.
Perbandingan proyeksi tidak 2.
Sudut surut dan garis orthogonal salah. Perbandingan proyeksi tidak
. 3.
Memotongkan dua garis yang bersilangan. 4.
a Salah menentukan garis persekutuan bidang dengan bidang yang melalui garis
. b Memotongkan dua garis yang bersilangan. Pada gambar
tidak sejajar .
10 S10
1. Bangun yang digambarkan bukan limas segiempat seperti yang
diminta pada soal melainkan prisma segitiga. 2.
Bangun yang digambarkan bukan prisma segitiga seperti yang diminta soal melainkan limas segiempat.
3. Penamaan titik baru sama dengan titik yang sudah diketahui.
Memotongkan dua garis yang bersilangan. 4.
a Langkah pengerjaan tidak sampai selesai sehingga titik tembus tidak ditemukan.
b Pada gambar tidak sejajar . Memotongkan dua garis
yang bersilangan.
No Subjek
Kesalahan
11 S11
1. Bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal salah.
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah. Perbandingan
proyeksi tidak .
3. Memotongkan dua garis yang bersilangan.
4. a Memotongkan dua garis yang bersilangan. Salah menentukan
garis persekutuan bidang dengan bidang yang melalui garis
. b Menarik garis hanya dari satu titik dan memotongkan garis
tersebut dengan garis lain sehingga titik potongnya tidak tertentu.
12 S12
1. Bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal salah.
2. Terdapat dua gambar dengan kesalahan masing-masing:
a Panjang ruas garis orthogonal pada gambar salah dan perbandingan proyeksi tidak
. b Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
4. b Memotongkan dua garis yang bersilangan.
13 S13
1. Penamaan limas salah. Bidang frontal, letak sudut surut, dan
garis orthogonal salah. 2.
Penamaan prisma salah. Garis orthogonal dan letak sudut surut salah.
Tidak menggunakan
perbandingan proyeksi
perbandingan proyeksi tidak .
3. Memotongkan dua garis yang bersilangan. Irisan yang terbentuk
memotong bidang di tiga garis terdapat tiga garis
persekutuan. 4.
a Memotongkan dua garis yang bersilangan. b Memotongkan dua garis yang bersilangan. Irisan yang
terbentuk memotong bidang di tiga garis terdapat tiga
garis persekutuan.
14 S14
1. Bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal salah.
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
3. Menarik garis hanya dari satu titik dan memotongkan dengan
garis lain sehingga titik potongnya tidak tertentu. Irisan yang terbentuk tidak melalui titik
dan . 4.
a Salah menentukan garis persekutuan antara bidang dengan bidang yang melalui garis
garis yang sejajar melalui titik
belum tentu berpotongan dengan . b Menarik garis hanya dari satu titik sehingga titik potong garis
tersebut dengan garis lain tidak tertentu. Salah menentukan kedudukan dua garis yang sejajar kedua garis tidak terletak
No Subjek
Kesalahan
pada sebuah bidang. Memotongkan dua garis yang bersilangan.
15 S15
1. Besar sudut surut salah.
2. Penamaan prisma tidak lengkap. Segitiga bantuan untuk
mencari garis tinggi bidang alas sebagai garis orthogonal tidak sama sisi sehingga panjang ruas garis orthogonal yang
sesungguhnya salah. Perbandingan proyeksi tidak .
3. Menarik garis hanya dari satu titik dan memotongkan garis
tersebut dengan garis lain sehingga titik potongnya tidak tertentu. Memotongkan dua garis yang bersilangan. Irisan yang
terbentuk memotong bidang di dua garis terdapat dua garis
persekutuan. 4.
a Langkah sudah benar tetapi tidak lengkap karena tidak menentukan titik tembusnya.
b Tidak dikerjakan.
16 S16
1. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
3. Posisi titik dan titik tidak sesuai dengan soal. Memotongkan
garis yang terletak pada suatu bidang dengan bidang tersebut. Memotongkan dua garis yang bersilangan.
4. b Posisi titik tidak sesuai dengan soal.
17 S17
1. Penamaan limas tidak sesuai dengan soal. Bidang frontal, letak
sudut surut, dan garis orthogonal salah. Perbandingan proyeksi tidak
. 2.
Letak sudut surut dan garis orthogonal salah. Perbandingan proyeksi tidak
. 3.
Memotongkan dua garis yang bersilangan. Menarik garis hanya dari satu titik dan memotongkan dengan garis lain yang
seharusnya bersilangan. 4.
a Titik tidak terletak pada bidang dan titik tidak terletak pada bidang
. Titik tembus yang ditemukan berupa garis.
b Memotongkan dua garis yang bersilangan.
18 S18
1. Ukuran bangun yang terletak pada bidang frontal dan letak sudut
surut salah. Tinggi limas tidak sesuai dengan soal dan tidak sesuai
dengan perbandingan
proyeksinya. Perbandingan
proyeksi tidak .
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
4. b Irisan yang terbentuk tidak melalui titik .
No Subjek
Kesalahan
19 S19
1. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
3. Memotongkan dua garis yang bersilangan. Penamaan titik baru
sama dengan titik yang sudah diketahui. 4.
b Memotongkan dua garis yang bersilangan.
20 S20
1. Bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal salah.
Perbandingan proyeksi tidak .
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
3. Memotongkan dua garis yang bersilangan.
4. b Memotongkan dua garis yang bersilangan.
21 S21
1. Bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal salah.
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
3. Irisan yang terbentuk tidak melalui titik dan . Irisan yang
terbentuk memotong bidang di dua garis terdapat dua garis
persekutuan. 4.
a Memotongkan dua garis yang bersilangan. b Irisan yang terbentuk tidak melalui titik
dan .
22 S22
1. Sudut surut dan garis orthogonal salah. Perbandingan proyeksi
tidak .
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah. Perbandingan
proyeksi tidak .
3. Memotongkan dua garis yang bersilangan. Irisan yang terbentuk
tidak melalui titik .
4. Pengerjaan soal belum selesai. Tidak ada langkah pengerjaan.
Pada gambar tidak sejajar .
23 S23
2. Ukuran bangun yang terletak pada bidang frontal salah.
Penamaan prisma salah. 3.
Irisan yang terbentuk tidak melalui titik . 4.
b Memotongkan dua garis yang bersilangan.
24 S24
1. Bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal salah.
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
3. Memotongkan dua garis yang bersilangan.
4. b Memotongkan dua garis yang bersilangan.
25 S25
1. Tinggi limas, bidang frontal, letak sudut surut, dan garis
orthogonal salah
No Subjek
Kesalahan
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
3. Memotongkan dua garis yang bersilangan.
4. b Memotongkan dua garis yang bersilangan.
26 S26
1. Bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal salah
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
4. b Tidak dikerjakan.
27 S27
1. Bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal salah.
Perbandingan proyeksi tidak .
2. Tidak dikerjakan.
3. Memotongkan dua garis yang bersilangan.
4.
a Memotongkan dua garis yang bersilangan.
b Memotongkan dua garis yang bersilangan. 28
S28 Tidak melakukan kesalahan apapun.
29 S29
1. Sudut surut dan garis orthogonal salah. Perbandingan proyeksi
tidak .
2. Gambar tidak lengkap, hanya terdapat bidang frontal saja.
3. Memotongkan dua garis yang bersilangan. Salah menentukan
titik persekutuan bidang pengiris dengan bidang alas bidang yang memuat titik
. 4.
b Pada gambar tidak sejajar . Menarik garis hanya dari satu titik dan memotongkan garis tersebut dengan garis lain
sehingga titik potongnya tidak tertentu. Memotongkan dua garis yang bersilangan.
30 S30
1. Bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal salah.
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah. Perbandingan
proyeksi tidak .
3. Memotongkan dua garis bersilangan.
4. a Salah menentukan garis persekutuan bidang dengan
bidang yang melalui garis .
b Irisan yang terbentuk tidak melalui titik .
31 S31
1. Penamaan bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal
salah. Perbandingan proyeksi tidak .
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
3. Menarik garis hanya dari satu titik dan memotongkan garis
tersebut dengan garis lain sehingga titik potongnya tidak tertentu.
No Subjek
Kesalahan
4. b Pada gambar tidak sejajar . Memotongkan dua garis
yang bersilangan.
32 S32
1. Besar sudut surut salah. Perbandingan proyeksi tidak
. 2.
Letak sudut surut dan garis orthogonal salah. 3.
Memotongkan dua garis yang bersilangan. Irisan yang terbentuk memotong bidang
di dua garis terdapat dua garis persekutuan.
4. a Salah menentukan garis persekutuan bidang dengan
bidang yang melalui garis .
b Tidak dikerjakan.
33 S33
1. Bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal salah.
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
3. Menarik garis hanya dari satu titik dan memotongkan garis
tersebut dengan garis lain sehingga titik potongnya tidak tertentu. Memotongkan dua garis yang bersilangan.
4. a Titik potong antara garis dengan bidang salah.
b Memotongkan dua garis yang bersilangan.
34 S34
1. Penamaan limas, bidang frontal, letak sudut surut, dan garis
orthogonal salah. 2.
Letak sudut surut dan garis orthogonal salah. 3.
Memotongkan dua garis yang bersilangan. 4.
a Memotongkan dua garis yang bersilangan. Titik tembus yang ditemukan berupa garis.
b Memotongkan dua garis yang bersilangan.
35 S35
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
3. Salah menentukan titik persekutuan bidang pengiris dengan
bidang alas. 4.
b Letak suatu titik pada gambar tidak sesuai dengan langkah pengerjaan. Memotongkan dua garis yang bersilangan.
36 S36
1. Penamaan limas, bidang frontal, sudut surut, dan garis
orthogonal salah. 2.
Letak sudut surut dan garis orthogonal salah. 3.
Memotongkan dua garis yang bersilangan. Salah menentukan titik persekutuan bidang pengiris dengan bidang alas.
4. a Titik tembus yang ditemukan tidak melalui bidang
salah menentukan garis persekutuan bidang dengan
bidang yang melalui garis .
No Subjek
Kesalahan
b Memotongkan dua garis yang bersilangan.
37 S37
1. Bidang frontal, sudut surut, dan garis orthogonal salah.
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
3. Titik persekutuan antara garis dan bidang alas sudah benar,
tetapi titik persekutuan tersebut tidak dihubungkan ke titik sehingga irisan yang terbentuk tidak melalui titik
. 4.
a Memotongkan dua garis yang bersilangan: titik tidak terletak pada bidang
sehingga dan bersilangan tidak berpotongan di titik
. b Salah menentukan titik persekutuan bidang pengiris dengan
bidang alas bidang yang memuat titik .
38 S38
1. Bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal salah.
Perbandingan proyeksi tidak .
2. Penamaan prisma salah dan gambar tidak lengkap. Letak sudut
surut dan garis orthogonal salah. Perbandingan proyeksi tidak .
3. Menarik garis hanya dari satu titik dan memotongkannya dengan
garis lain sehingga titik potongnya tidak tertentu. 4.
a Memotongkan dua garis yang bersilangan. b Pada gambar
tidak sejajar . Irisan yang terbentuk tidak melalui titik
.
39 S39
1. Sudut surut dan garis orthogonal salah. Perbandingan proyeksi
tidak .
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
3. Memotongkan dua garis yang bersilangan. Menarik garis hanya
dari satu titik dan memotongkan garis tersebut dengan garis lain sehingga titik potongnya tidak tertentu.
4. Langkah pengerjaan tidak lengkap. Salah menentukan garis
persekutuan bidang dengan bidang yang melalui garis .
40 S40
1. Bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal salah.
2. Letak sudut surut dan garis orthogonal salah.
3. Memotongkan dua garis yang bersilangan.
4. a Menarik garis hanya dari satu titik dan memotongkan garis
tersebut dengan garis lain sehingga titik potongnya tidak tertentu. Memotongkan dua garis yang bersilangan.
b Memotongkan dua garis yang bersilangan. 41
S41 1.
Bidang frontal, letak sudut surut, dan garis orthogonal salah. 2.
Letak sudut surut dan garis orthogonal salah. Perbandingan
No Subjek
Kesalahan
proyeksi tidak .
3. Memotongkan dua garis yang bersilangan.
4. a Salah menentukan garis persekutuan bidang dengan
bidang yang melalui garis .
b Memotongkan dua garis yang bersilangan. Irisan yang terbentuk tidak melalui titik
.
42 S42
1. Panjang ruas garis orthogonal pada gambar salah. Perbandingan
proyeksi tidak .
2. Panjang ruas garis orthogonal pada gambar salah.
3. Memotongkan dua garis yang bersilangan. Irisan yang terbentuk
memotong bidang di dua garis.
a. Rekapitulasi jumlah kesalahan melukis dalam ruang
Dari tabel kesalahan yang telah dipaparkan di atas, peneliti menemukan pola kesalahan yang dilakukan oleh subjek dalam
melukis bangun ruang. Berikut ini adalah pengelompokan kesalahan yang dilakukan subjek diurutkan berdasarkan jumlah kesalahan dari
tinggi ke rendah rincian lebih lanjut terlampir pada Lampiran 2: 1
Kesalahan menentukan garis orthogonal. Kesalahan ini dilakukan sebanyak 69 kali dengan keterangan sebagai berikut:
a Untuk soal nomor 1 kesalahan ini dilakukan oleh 34 subjek.
b Untuk soal nomor 2 kesalahan ini dilakukan oleh 35 subjek.
2 Kesalahan menentukan letak sudut surut. Berdasarkan pedoman
penskoran, peneliti memberi skor 1 bagi subjek yang dapat melukiskan besar sudut surut sesuai dengan informasi dari soal
walaupun bidang frontal atau garis orthogonalnya tidak sesuai
dengan permintaan soal. Kesalahan menentukan bidang frontal atau garis orthogonal ini menyebabkan subjek salah menentukan
letak sudut surut, yang seharusnya merupakan sudut antara garis frontal horisontal arah ke kanan dengan garis orthogonal arah ke
belakang. Kesalahan ini dilakukan sebanyak 62 kali oleh subjek. 3
Memotongkan dua garis yang bersilangan. Kesalahan ini dilakukan sebanyak 62 kali.
4 Tidak menggunakan informasi perbandingan proyeksi dari soal
untuk menentukan panjang ruas garis orthogonal pada gambar. Kesalahan ini dilakukan sebanyak 29 kali.
5 Kesalahan dalam menentukan bidang frontal. Kesalahan ini
dilakukan sebanyak 28 kali. 6
Irisan yang terbentuk tidak melalui satu atau dua titik yang telah diketahui dari soal. Hal ini menyebabkan irisan yang terbentuk
tidak melalui bidang pengiris yang telah ditentukan oleh soal. Kesalahan ini dilakukan sebanyak empat belas kali.
7 Menarik garis yang tidak diketahui arahnya dari satu titik dan
memotongkan garis tersebut dengan garis lain sehingga titik potongnya tidak tertentu. Kesalahan ini dilakukan sebanyak
sepuluh kali. 8
Sebanyak sepuluh orang subjek salah menentukan garis persekutuan antara bidang
dengan bidang yang melalui garis
sehingga titik tembus yang ditemukan tidak melalui
garis ataupun bidang . Kesalahan ini dilakukan pada
soal nomor 4a. 9
Kesalahan dalam penamaan bangun ruang yang tidak sesuai perintah soal. Sebanyak sepuluh kali kesalahan ini dilakukan.
10 Kesalahan menentukan besar dan letak sudut surut. Peneliti
menuliskan kesalahan ini sebagai kesalahan sudut surut pada tabel kesalahan yang telah dipaparkan di atas. Kesalahan ini
dilakukan sebanyak sembilan kali. 11
Untuk soal nomor 4, sebanyak sembilan orang subjek menggambarkan garis
tidak sejajar dengan garis seperti yang diminta soal.
12 Kesalahan menentukan titik persekutuan bidang pengiris dengan
bangun ruang, yaitu kesalahan menentukan titik persekutuan bidang pengiris dengan bidang alas dan kesalahan menentukan
perpotongan bidang diagonal yang memuat bidang pengiris. Kesalahan ini dilakukan sebanyak tujuh kali.
13 Sebanyak enam orang subjek tidak mengerjakan soal yang
diberikan. 14
Tidak menuliskan langkah pengerjaan soal secara lengkap. Kesalahan ini dilakukan sebanyak enam kali.
15 Irisan yang terbentuk memotong bidang lain di dua garis atau
lebih, dengan kata lain terdapat lebih dari satu garis persekutuan antara kedua bidang tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan
kedudukan bidang terhadap bidang lain, yaitu dua bidang berpotongan jika kedua bidang itu tepat memiliki sebuah garis
persekutuan atau garis potong. Kesalahan ini dilakukan sebanyak enam kali.
16 Panjang ruas garis orthogonal tidak sesuai dengan perbandingan
proyeksi yang ditentukan soal. Sebanyak empat orang subjek melakukan kesalahan ini.
17 Bangun datarruang yang digambar tidak sesuai dengan
permintaan soal. Kesalahan ini dilakukan sebanyak empat kali. 18
Kesalahan menentukan ukuran bangun yang terletak pada bidang frontal. Sebanyak tiga orang subjek melakukan
kesalahan ini. 19
Titik-titik yang telah diketahui tidak diletakkan pada posisi yang sama seperti dalam soal. Kesalahan ini dilakukan sebanyak tiga
kali. 20
Sebanyak tiga orang subjek menuliskan titik tembus yang ditemukan sebagai sebuah garis.
21 Sebanyak tiga orang subjek tidak menyelesaian pengerjaan soal
yang diberikan. 22
Panjang ruas garis pada gambar tidak sesuai dengan permintaan soal. Kesalahan ini dilakukan oleh tiga orang subjek.
23 Kesalahan yang berkaitan dengan kedudukan garis dengan
bidang. Kesalahan ini dilakukan oleh dua orang subjek.
24 Kesalahan melukiskan besar sudut surut. Kesalahan ini ditinjau
dari hasil gambar subjek yang tidak menggambarkan besar sudut surut sesuai dengan permintaan soal walaupun letaknya sudah
benar. Kesalahan ini dilakukan oleh dua orang subjek. 25
Penamaan titik yang baru ditemukan sama dengan nama titik yang sudah diketahui dalam soal. Kesalahan ini dilakukan oleh
dua orang subjek. 26
Kesalahan penamaan bangun yang terletak pada bidang frontal. Kesalahan ini dilakukan oleh satu orang subjek.
27 Kesalahan menentukan kedudukan dua garis yang sejajar, yaitu
kedua garis tersebut tidak terletak pada sebuah bidang. Kesalahan ini dilakukan oleh satu orang subjek.
28 Kesalahan menentukan titik potong antara dua garis yang
berpotongan. Kesalahan ini dilakukan oleh satu orang subjek. 29
Menarik garis yang tidak diketahui arahnya dari satu titik dan memotongkan dengan garis lain yang seharusnya bersilangan.
Kesalahan ini juga berkaitan dengan kesalahan sebelumnya mengenai kedudukan garis dengan garis, yaitu memotongkan
dua garis yang bersilangan. Kesalahan ini dilakukan oleh satu orang subjek.
30 Garis horisontal yang digambar pada bangun ruang tidak sesuai
dengan permintaan soal. Kesalahan ini dilakukan oleh satu orang subjek.
31 Kesalahan yang berkaitan dengan pemahaman kedudukan titik
dengan bidang. Kesalahan ini dilakukan oleh satu orang subjek. b.
Pembahasan kesalahan-kesalahan melukis dalam ruang Dari penjabaran di atas, berikut ini akan dibahas jenis-jenis
kesalahan melukis dalam ruang yang dilakukan oleh subjek penelitian beserta beberapa gambar hasil pekerjaan subjek tersebut.
Kesalahan-kesalahan tersebut akan dikaitkan dengan jenis
kemampuan keruangan yang telah dipaparkan pada landasan teori, yaitu kemampuan relasi keruangan, kemampuan visualisasi
keruangan, dan kemampuan orientasi keruangan. 1
Kesalahan menentukan garis orthogonal. Kesalahan ini berkaitan erat dengan kemampuan orientasi keruangan karena
kurangnya kemampuan subjek dalam memahami kedudukan unsur-unsur dalam bangun ruang jika bangun ruang tersebut
dilihat dari sudut pandang yang lain, yakni sudut pandang sesuai dengan bidang frontal yang diminta soal. Kesalahan ini juga
dipengaruhi oleh rendahnya pemahaman subjek akan definisi garis orthogonal, yaitu garis yang letaknya tegak lurus dengan
garis frontal pada bangun yang sesungguhnya. Pada contoh gambar berikut, kesalahan menentukan garis orthogonal pada
gambar limas terkait dengan kesalahan subjek dalam menentukan bidang frontal sesuai dengan permintaan soal,
sedangkan kesalahan menentukan garis orthogonal pada prisma
disebabkan kurangnya pemahaman subjek akan definisi garis orthogonal.
Gambar 4.3. Contoh Kesalahan Menentukan Garis Orthogonal.
2 Kesalahan menentukan letak sudut surut yang disebabkan
kesalahan menentukan bidang frontal atau garis orthogonal. Kurangnya pemahaman subjek akan definisi sudut surut dan
rendahnya kemampuan relasi keruangan dalam melihat hubungan antara bidang frontal, garis orthogonal, dan sudut
surut ini juga menjadi penyebab kesalahan menentukan letak sudut surut. Pada gambar berikut terlihat bahwa subjek salah
menentukan letak sudut surut terkait dengan kesalahan menentukan garis orthogonal dan bidang frontal seperti yang
diminta soal.
Gambar 4.4. Contoh Kesalahan Menentukan Letak Sudut Surut
3 Memotongkan dua garis yang bersilangan. Kesalahan ini
berkaitan erat dengan rendahnya kemampuan orientasi keruangan yang dimiliki subjek. Subjek kurang mampu
membayangkan hubungan suatu garis dengan garis lainnya dari sudut pandang yang berbeda, terlebih kedua garis tersebut
seharusnya berada pada ruang tiga dimensi, tidak hanya bidang gambar dua dimensi. Dari contoh gambar irisan suatu bidang
dengan bangun ruang berikut, terlihat jelas bahwa subjek menentukan titik potong dari dua garis yang terlihat
berpotongan pada gambar di mana kedua garis tersebut harusnya bersilangan.
Gambar 4.5. Contoh Kesalahan Memotongkan Dua Garis yang Bersilangan
4 Tidak menggunakan informasi perbandingan proyeksi dari soal
untuk menentukan panjang ruas garis orthogonal pada gambar. Kesalahan ini terjadi terkait dengan rendahnya pemahaman
subjek akan definisi perbandingan proyeksi. Pada gambar prisma segitiga beraturan berikut, terlihat bahwa subjek sudah
melakukan cara dalam penggunaan perbandingan proyeksi, namun cara tersebut tidak digunakan untuk menentukan panjang
garis orthogonal. Pada gambar limas terlihat bahwa subjek tidak menggunakan perbandingan proyeksi dikarenakan subjek tidak
menentukan garis orthogonal pada limas tersebut.
Gambar 4.6. Contoh Kesalahan Tidak Menggunakan Infomasi Perbandingan Proyeksi
5 Kesalahan dalam menentukan bidang frontal. Jika dilihat dari
hasil pekerjaan subjek, kesalahan ini menjadi kesalahan paling dasar yang dilakukan oleh kebanyakan subjek pada soal nomor
1. Hal ini dapat dipengaruhi oleh rendahnya kemampuan orientasi keruangan karena subjek kurang dapat membayangkan
dan menggambar suatu limas segiempat beraturan dengan bidang frontal yang berbeda dari biasanya, yaitu bidang persegi
dijadikan sebagai bidang frontal, bukan bidang alas. Kurangnya pemahaman subjek akan definisi bidang frontal juga dapat
menjadi faktor penyebab kesalahan ini. Pada gambar prisma berikut, kesalahan subjek dalam menentukan bidang frontal
terkait dengan kesalahan subjek dalam memberi nama prisma yang tidak beraturan, sedangkan pada gambar limas subjek tidak
menggambarkan bidang sebagai bidang frontal seperti
yang diminta soal.
Gambar 4.7. Contoh Kesalahan Menentukan Bidang Frontal
6 Irisan yang terbentuk tidak melalui satu atau dua titik yang telah
diketahui dari soal. Hal ini menyebabkan irisan yang terbentuk tidak melalui bidang pengiris yang telah ditentukan oleh soal.
Kebanyakan subjek
terfokus untuk
mencari titik-titik
persekutuan lain antara bidang pengiris dengan bangun ruang. Di sisi lain, kesalahan pencarian titik-titik persekutuan ini
didukung oleh kesalahan subjek dalam memotongkan dua garis yang bersilangan. Pada contoh gambar berikut, gambar yang
pertama menunjukan irisan yang digambar oleh subjek tidak melalui titik
dan seperti yang diminta soal. Pada gambar kedua terlihat irisan yang digambar subjek tidak melalui titik
dan seperti yang diminta soal.
Gambar 4.8. Contoh Kesalahan Irisan yang Terbentuk Tidak Melalui Satu atau Dua Titik yang Telah Diketahui dari Soal
7 Menarik garis yang tidak diketahui arahnya dari satu titik dan
memotongkan garis tersebut dengan garis lain sehingga titik potongnya tidak tertentu. Kesalahan ini terkait dengan
kurangnya pemahaman subjek akan kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk menggambar suatu garis. Pada gambar yang
pertama, subjek menarik garis yang tidak diketahui arahnya dari titik
dan dipotongkan dengan perpanjangan garis sehingga dianggap berpotongan di titik
, sedangkan pada gambar yang kedua subjek menarik garis yang tidak diketahui arahnya dari
titik dan dipotongkan dengan perpanjangan garis .
Gambar 4.9. Contoh Kesalahan Menarik Garis yang Tidak Diketahui Arahnya dari Satu Titik dan Memotongkan Garis Tersebut dengan Garis Lain
8 Kesalahan menentukan garis persekutuan antara bidang yang
melalui suatu garis dengan bidang lain sehingga titik tembus yang ditemukan tidak melalui garis ataupun bidang tersebut.
Kesalahan ini terkait dengan kurangnya kemampuan subjek akan langkah-langkah dalam menentukan titik tembus seperti
yang telah dijelaskan dalam kuliah Geometri Ruang. Pada gambar yang pertama, subjek salah menentukan garis potong
antara bidang yang melalui garis , yaitu bidang , dengan
bidang . Pada gambar kedua, subjek salah menentukan
bidang yang melalui garis sehingga titik tembus yang
ditemukan tidak terletak pada garis .
Gambar 4.10. Contoh Kesalahan Menentukan Garis Persekutuan antara Bidang yang Melalui Suatu Garis dengan Bidang Lain sehingga Titik
Tembus yang Ditemukan Tidak Melalui Garis ataupun Bidang Tersebut
9 Kesalahan dalam penamaan bangun ruang yang tidak sesuai
perintah soal.
Kesalahan ini
dapat dipengaruhi
oleh ketidaktelitian subjek dalam penamaan bangun ruang. Kedua
gambar berikut menunjukkan kesalahan subjek dalam penamaan bangun ruang yang tidak runtut sesuai aturan yang berlaku.
Gambar 4.11. Contoh Kesalahan Penamaan Bangun Ruang yang Tidak Sesuai Perintah Soal
10 Kesalahan menentukan besar dan letak sudut surut. Kesalahan
ini terkait dengan kesalahan menentukan letak sudut surut yang dilengkapi dengan ketidakmampuan subjek dalam menentukan
besar sudut seperti yang diminta soal. Pada gambar limas berikut, subjek menggambarkan sudut 30
o
di luar limas sehingga tidak digunakan sebagai sudut surut, sedangkan pada gambar
prisma subjek tidak menggambarkan sudut surut sebesar 45
o
seperti yang diminta soal.
Gambar 4.12. Contoh Kesalahan Menentukan Besar dan Letak Sudut Surut
11 Kesalahan menggambarkan dua garis sejajar seperti yang
diminta soal. Kesalahan ini dapat disebabkan karena ketidaktelitian subjek dalam menggambar unsur-unsur pada
bangun ruang sesuai permintaan soal. Faktor lain yang juga dapat menjadi penyebab terjadinya kesalahan ini adalah
rendahnya kemampuan relasi keruangan dalam memahami hubungan antara garis tersebut. Kedua gambar berikut
menunjukkan kesalahan subjek dalam menggambar garis yang diketahui sejajar dengan garis
.
Gambar 4.13. Contoh Kesalahan Menggambarkan Dua Garis Sejajar seperti yang Diminta Soal
12 Kesalahan menentukan titik persekutuan bidang pengiris dengan
bangun ruang. Ditinjau dari metode mencari irisan suatu bidang dengan bangun ruang, kesalahan ini dibagi menjadi dua:
kesalahan menentukan titik persekutuan bidang pengiris dengan bidang alas dan kesalahan menentukan perpotongan bidang
diagonal yang memuat bidang pengiris. Kesalahan-kesalahan ini terkait dengan rendahnya pemahaman subjek akan langkah-
langkah mencari irisan suatu bidang dan bangun ruang dengan
menggunakan sumbu
afinitas. Rendahnya
kemampuan visualisasi keruangan juga berpengaruh terhadap kesalahan ini
karena subjek
kurang dapat
membayangkan dan
mengoperasikan bidang pengiris ketika memotong bidang alas. Pada gambar pertama, garis
yang dianggap sebagai sumbu afinitas oleh subjek tidak dilalui oleh bidang pengiris karena
perpanjangan garis tidak melalui titik . Pada gambar kedua
subjek menganggap bahwa titik juga merupakan titik
persekutuan bidang pengiris bidang yang melalui titik dan
selain titik , di mana titik tersebut belum tentu merupakan titik persekutuan karena tidak diketahui dalam soal.
Gambar 4.14. Contoh Kesalahan Menentukan Titik Persekutuan Bidang Pengiris dengan Bangun Ruang
13 Tidak mengerjakan soal yang diberikan. Kesalahan ini dapat
terjadi karena subjek kurang teliti atau kekurangan waktu dalam mengerjakan tes.
14 Tidak menuliskan langkah pengerjaan soal secara lengkap.
Kesalahan ini juga dapat terjadi karena kurang teliti maupun kekurangan waktu dalam mengerjakan tes. Pada gambar yang
pertama subjek tidak menyelesaikan gambar dan tidak menuliskan langkah pengerjaan, sedangkan pada gambar kedua
subjek tidak menyelesaikan langkah pengerjaan dan gambar untuk menentukan irisan.
Gambar 4.15. Contoh Kesalahan Tidak Menuliskan Langkah Pengerjaan Soal Secara Lengkap
15 Irisan yang terbentuk memotong bidang lain di dua garis atau
lebih, dengan kata lain terdapat lebih dari satu garis persekutuan antara kedua bidang tersebut. Pemahaman yang kurang akan
kedudukan bidang dengan bidang lain dapat menjadi penyebab kesalahan ini, yang juga menjadi bagian dalam kemampuan
relasi keruangan. Pada gambar yang pertama, terlihat bahwa subjek memotongkan irisan dengan bidang
di dua garis, yaitu garis
dan . Pada gambar kedua terlihat bahwa subjek memotongkan irisan dengan bidang
di dua garis, yaitu garis
dan .
Gambar 4.16. Contoh Kesalahan Irisan yang Terbentuk Memotong Bidang Lain di Dua Garis atau Lebih
16 Panjang ruas garis orthogonal pada gambar tidak sesuai dengan
perbandingan proyeksi yang ditentukan soal. Kesalahan ini dapat disebabkan kurangnya pemahaman subjek akan
penggunaan perbandingan proyeksi untuk menentukan panjang ruas garis orthogonal pada gambar. Pada gambar yang pertama,
subjek salah menentukan panjang garis bantuan yang seharusnya sama dengan panjang garis orthogonal sesungguhnya sehingga
garis orthogonal dengan perbandingan proyeksinya terlihat pendek sekali. Pada gambar kedua, subjek salah menentukan
panjang garis orthogonal yang juga merupakan garis tinggi segitiga alas.
Gambar 4.17. Contoh Kesalahan Panjang Ruas Garis Orthogonal pada Gambar yang Tidak Sesuai dengan Perbandingan Proyeksi
17 Bangun datarruang yang digambar tidak sesuai dengan
permintaan soal. Kemampuan ini berkaitan dengan kurangnya pemahaman subjek akan jenis-jenis bangun ruang. Pada gambar
yang pertama, terlihat bahwa subjek tidak menggambarkan bangun limas segiempat beraturan karena alas bangun tersebut
berupa trapesium. Pada gambar kedua, subjek salah menentukan ukuran segitiga bantuan yang seharusnya sama sisi.
Gambar 4.18. Contoh Kesalahan Bangun DatarRuang yang Digambar Tidak Sesuai dengan Permintaan Soal
18 Kesalahan menentukan ukuran bangun yang terletak pada
bidang frontal. Kesalahan ini berkaitan dengan pemahaman akan
definisi bidang frontal dan ketelitian subjek dalam menggambar bangun yang terletak pada bidang frontal sesuai dengan ukuran
sebenarnya. Pada gambar limas berikut, subjek salah menentukan ukuran bidang frontal yang seharusnya berupa
persegi bersisi 4 cm, sedangkan pada gambar prisma subjek salah menggambarkan tinggi prisma yang seharusnya berukuran
6 cm.
Gambar 4.19. Contoh Kesalahan Menentukan Ukuran Bangun yang Terletak pada Bidang Frontal
19 Kesalahan meletakkan titik-titik yang telah diketahui pada posisi
yang sama seperti dalam soal. Ketidaktelitian subjek dan rendahnya kemampuan relasi keruangan dalam memahami
hubungan antar unsur dalam bangun ruang menjadi penyebab kesalahan ini. Pada gambar pertama, subjek salah menempatkan
titik yang seharusnya ditempatkan lebih rendah dari titik
seperti yang diminta soal. Pada gambar kedua, subjek salah menempatkan titik
yang seharusnya lebih rendah dari titik seperti yang diminta soal.
Gambar 4.20. Contoh Kesalahan Meletakkan Titik-Titik yang Telah Diketahui pada Posisi yang Sama seperti Dalam Soal
20 Menuliskan titik tembus yang ditemukan sebagai sebuah garis.
Kesalahan ini disebabkan kurangnya pemahaman subjek akan definisi titik tembus dan kurangnya kemampuan relasi
keruangan dalam melihat hubungan antara garis dengan bidang yang berpotongan garis menembus bidang. Pada gambar
pertama, subjek menuliskan garis sebagai titik tembus garis
pada bidang , sedangkan pada gambar kedua subjek menuliskan garis
sebagai titik tembus.
Gambar 4.21. Contoh Kesalahan Menuliskan Titik Tembus yang Ditemukan sebagai Sebuah Garis
21 Tidak menyelesaian pengerjaan soal yang diberikan. Kesalahan
ini dapat terjadi karena subjek kurang teliti atau kekurangan
waktu dalam mengerjakan tes. Pada gambar pertama, subjek hanya menggambarkan bidang frontal saja, sedangkan pada
gambar kedua subjek menggambarkan bangun prisma segitiga beraturan secara tidak lengkap karena tidak menghubungkan
rusuk .
Gambar 4.22. Contoh Kesalahan Tidak Menyelesaian Pengerjaan Soal yang Diberikan
22 Panjang ruas garis pada gambar tidak sesuai dengan permintaan
soal. Kesalahan ini juga dipengaruhi oleh ketidaktelitian subjek dalam menggambar garis sesuai dengan panjang yang telah
ditentukan oleh soal. Gambar berikut menunjukkan kesalahan subjek dalam menggambar tinggi limas di mana ukurannya tidak
sesuai dengan permintaan soal.
Gambar 4.23. Contoh Kesalahan Panjang Ruas Garis pada Gambar Tidak Sesuai dengan Permintaan Soal
23 Kesalahan yang berkaitan dengan kedudukan garis dengan
bidang, yaitu memotongkan garis yang terletak pada suatu bidang dengan bidang tersebut dan salah menentukan titik
potong antara garis dengan bidang. Sesuai dengan definisi kedudukan garis dengan bidang, suatu garis yang terletak pada
suatu bidang sekurang-kurangnya mempunyai dua titik persekutuan, sehingga dapat dikatakan garis tersebut terletak
pada bidang tersebut. Kurangnya pemahaman akan hal ini menyebabkan subjek menyatakan satu titik potong antara garis
dengan bidang tersebut. Selain itu, subjek juga melakukan kesalahan dalam menentukan titik potong antara suatu garis
dengan bidang. Kedua kesalahan ini dapat dipengaruhi oleh rendahnya kemampuan visualisasi dan orientasi yang dimiliki
subjek. Pada gambar pertama, terlihat bahwa subjek memotongkan garis
dengan bidang di mana garis tersebut terletak di bidang
. Pada gambar kedua, subjek
salah menentukan titik potong antara garis dengan bidang
yang seharusnya berpotongan di titik .
Gambar 4.24. Contoh Kesalahan Memotongkan Garis yang Terletak pada Suatu Bidang dengan Bidang Tersebut
24 Kesalahan melukiskan besar sudut surut. Kesalahan ini
berkaitan dengan pemahaman subjek dalam melukiskan suatu sudut berdasarkan besar yang telah ditentukan oleh soal. Kedua
gambar berikut menunjukkan kesalahan subjek dalam menggambarkan besar sudut surut, yaitu sudut yang dibentuk
oleh garis orthogonal dengan bidang frontal .
Gambar 4.25. Contoh Kesalahan Melukiskan Besar Sudut Surut
25 Penamaan titik yang baru ditemukan sama dengan nama titik
yang sudah diketahui dalam soal. Ketidaktelitian subjek dapat
menjadi penyebab kesalahan ini. Pada gambar yang pertama terlihat bahwa subjek menamakan dua titik dengan nama yang
sama yaitu titik , sedangkan pada gambar kedua terdapat dua
titik .
Gambar 4.26. Contoh Kesalahan Penamaan Titik yang Baru Ditemukan Sama dengan Nama Titik yang Sudah Diketahui dalam Soal
26 Kesalahan penamaan bangun yang terletak pada bidang frontal.
Kesalahan ini
berkaitan dengan
ketidaktelitian atau
ketidaktahuan subjek dalam memberi nama suatu bangun datar. Bidang frontal pada gambar berikut diberi nama yang tidak
terurut sesuai dengan penamaan bidang pada umumnya
Gambar 4.27. Contoh Kesalahan Penamaan Bangun yang Terletak pada Bidang Frontal
27 Kesalahan menentukan kedudukan dua garis yang sejajar. Dua
garis dikatakan sejajar jika kedua garis tersebut terletak pada sebuah bidang. Kurangnya pemahaman akan hal ini
menyebabkan subjek menggambar suatu garis yang sejajar dengan garis lain, tetapi kedua garis tersebut sebenarnya tidak
terletak pada satu bidang. Kurangnya kemampuan relasi dan orientasi keruangan pun juga mempengaruhi kesalahan ini. Pada
gambar berikut terlihat bahwa subjek menggambarkan garis yang sejajar garis
melalui titik , yaitu garis di mana garis yang benar adalah garis
.
Gambar 4.28. Contoh Kesalahan Menentukan Kedudukan Dua Garis yang Sejajar
28 Kesalahan menentukan titik potong antara dua garis yang
berpotongan. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh kurangnya kemampuan relasi keruangan yang dimiliki subjek dalam
melihat hubungan antara dua garis yang berpotongan dan kurangnya kemampuan visualisasi keruangan yang dimiliki
subjek dalam proses membayangkan dua garis yang berpotongan pada bangun tiga dimensi terkait dengan
penggambaran bangun tersebut pada bidang gambar dua dimensi. Pada gambar berikut, subjek salah memotongkan garis
dengan garis di titik yang seharusnya berpotongan di titik
.
Gambar 4.29. Contoh Kesalahan Menentukan Titik Potong antara Dua Garis yang Berpotongan
29 Menarik garis yang tidak diketahui arahnya dari satu titik dan
memotongkan dengan garis lain yang seharusnya bersilangan. Kesalahan ini berkaitan dengan dua kesalahan yang telah
dipaparkan sebelumnya, yaitu kesalahan nomor 3 dan nomor 7. Pada gambar berikut, terlihat bahwa subjek memotongkan
perpanjangan garis dengan garis yang melalui titik tetapi
tidak diketahui arahnya, di mana kedua garis tersebut seharusnya bersilangan.
Gambar 4.30. Contoh Kesalahan Menarik Garis yang Tidak Diketahui Arahnya dari Satu Titik dan Memotongkan dengan Garis Lain yang
Seharusnya Bersilangan
30 Garis horisontal yang digambar pada bangun ruang tidak sesuai
dengan permintaan soal. Kesalahan ini berhubungan dengan pemahaman subjek akan garis horisontal pada bidang frontal
dan ketidaktelitian subjek. Pada gambar berikut, subjek salah menggambarkan garis
sebagai garis horisontal di mana garis horisontal yang diminta soal adalah garis
.
Gambar 4.31. Contoh Kesalahan Menggambar Garis Horisontal pada Bangun Ruang yang Tidak Sesuai dengan Permintaan Soal
31 Kesalahan yang berkaitan dengan pemahaman kedudukan titik
dengan bidang, yaitu menyatakan suatu bidang yang dibentuk oleh empat titik di mana satu dari empat titik tersebut berada di
luar bidang. Kesalahan ini berkaitan dengan kurangnya pemahaman subjek akan aksioma dan dalil mengenai bidang
pada bangun ruang serta hubungan antara titik dengan bidang. Pada gambar berikut, subjek memberikan keterangan bahwa
garis merah merupakan bidang di mana garis merah
tersebut melalui titik . Garis biru yang merupakan bidang
juga melalui titik .
Gambar 4.32. Contoh Kesalahan Menyatakan Suatu Bidang yang Dibentuk oleh Empat Titik di mana Satu dari Empat Titik Tersebut Berada di Luar
Bidang
c. Klasifikasi kesalahan-kesalahan melukis dalam ruang
Dari 31 kesalahan yang dilakukan oleh subjek, peneliti merangkum kesalahan-kesalahan tersebut ke dalam kelompok-
kelompok yang lebih umum. Berikut ini adalah klasifikasi
kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh subjek ketika melukis dalam ruang:
1 Kesalahan yang berkaitan dengan kemampuan menggambar
bangun ruang, antara lain: a
Kesalahan menentukan garis orthogonal, besar atau letak sudut surut, bidang frontal, dan garis horisontal.
b Tidak menggunakan informasi perbandingan proyeksi
sehingga salah menentukan panjang garis orthogonal. c
Kesalahan dalam penamaan bangun ruang dan bangun yang terletak pada bidang frontal.
d Kesalahan menggambar bangun datar atau bangun ruang
yang tidak sesuai dengan permintaan soal. e
Kesalahan menentukan ukuran bangun yang terletak pada bidang frontal dan panjang suatu ruas garis pada gambar.
2 Kesalahan yang berkaitan dengan kemampuan melukis dalam
ruang, antara lain: a
Kesalahan yang berkaitan dengan kedudukan garis dengan garis, yaitu memotongkan dua garis yang bersilangan,
menarik garis yang tidak diketahui arahnya dari satu titik dan memotongkan garis tersebut dengan garis lain, tidak
menggambarkan dua garis sejajar seperti yang diminta soal, salah menentukan kedudukan dua garis yang sejajar, dan
menentukan titik potong antara dua garis yang berpotongan.
b Kesalahan dalam menggambar irisan, meliputi: irisan yang
terbentuk tidak melalui satu atau dua titik yang telah diketahui dari soal, kesalahan menentukan titik persekutuan
bidang pengiris dengan bangun ruang, dan irisan yang terbentuk memotong bidang lain di dua garis atau lebih,
c Kesalahan dalam melukis titik tembus, yaitu kesalahan
menentukan garis persekutuan antara bidang yang melalui suatu garis dengan bidang lain sehingga titik tembus yang
ditemukan tidak melalui garis ataupun bidang tersebut dan kesalahan menuliskan titik tembus yang ditemukan sebagai
sebuah garis d
Kesalahan yang berkaitan dengan pemahaman kedudukan titik dengan bidang, yaitu menyatakan suatu bidang yang
dibentuk oleh empat titik di mana satu dari empat titik tersebut berada di luar bidang dan kesalahan meletakkan
titik-titik yang telah diketahui pada posisi yang sama seperti dalam soal.
e Kesalahan yang berkaitan dengan kedudukan garis dengan
bidang, yaitu memotongkan garis yang terletak pada suatu bidang dengan bidang tersebut dan salah menentukan titik
potong antara garis dengan bidang. f
Penamaan titik yang baru ditemukan sama dengan nama titik yang sudah diketahui dalam soal.
3 Kesalahan yang berkaitan dengan penyelesaian soal, meliputi
tidak menyelesaikan pengerjaan, tidak menuliskan langkah pengerjaan untuk penyelesaian soal melukis dalam ruang secara
lengkap, dan tidak mengerjakan soal.
F. Keterbatasan Penelitian