1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dilahirkan secara unique: tepat satu. Manusia yang kembar siam pun pasti memiliki perbedaan dalam beberapa hal. Keunikan yang dimiliki
tiap-tiap individu dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kombinasi tingkat kecerdasan yang berbeda antar manusia yang satu dengan
lainnya. Kecerdasan atau inteligensi didefinisikan sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta
mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif Sadli, 1991:51.
Setiap manusia yang unik itu pun berhak dan layak untuk menjadi guru dengan kombinasi kecerdasan yang dimilikinya. Sembilan jenis kecerdasan
manusia yang dikemukakan oleh Howard Gardner, seorang profesor pendidikan dan psikologi dari Harvard University, menyadarkan ilmu
pengetahuan yang sebelumnya hanya memandang tinggi-rendahnya kecerdasan manusia dari pengukuran IQ Intelligence Quotient yang hanya
menekankan pada kecerdasan matematis-logis dan linguistik. Sembilan kecerdasan tersebut antara lain: kecerdasan linguistik, matematis-logis,
visual-spasial, musikal,
kinestetik, intrapersonal,
interpersonal,
lingkungannatural, dan eksistensial dalam Suparno, 2004.
Sebagai manusia, guru memiliki kombinasi kecerdasan yang dibawa sejak lahir dan berkembang dalam hidupnya. Kecerdasan yang dimiliki ini
dikembangkan pula lewat masa belajarnya selama mempersiapkan diri untuk menjadi guru sesuai bidang studi yang telah dipilih. Tak terkecuali guru
matematika. Walaupun kecerdasan matematis-logis menjadi kecerdasan yang mendapat sorotan utama, ternyata peran kecerdasan lain pun harus dimiliki
dan dikuasai oleh guru matematika. Sebagai contoh, guru matematika yang menyadari dan mengembangkan kecerdasan interpersonal kemampuan
berhubungan dengan orang lain yang dimilikinya akan lebih mudah melakukan pendekatan dengan siswanya, terutama siswa yang tidak senang
dengan pelajaran matematika. Dengan kemampuan ini, guru dapat menjalin relasi dan komunikasi yang lebih kondusif dengan siswa, sehingga proses
transfer ilmu dapat berjalan dengan baik.
Kecerdasan lainnya yang tidak kalah penting untuk diperhatikan oleh guru matematika adalah kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan visual-spasial
merupakan kecerdasan dalam berpikir baik secara dua dimensi maupun tiga dimensi. Kemampuan ini meliputi kepekaan akan bentuk dan ruang, antara
lain memperkirakan hubungan antar benda dalam ruang, melukis, dan memahami diagram dan grafik Lucy Rizky, 2012:128. Dalam
kemampuan spasial diperlukan adanya pemahaman kiri-kanan, pemahaman perspektif, bentuk-bentuk geometris, menghubungkan konsep spasial dengan
angka, dan kemampuan dalam transformasi mental dari bayangan visual Tambunan, 2006. Kemampuan ini perlu dimiliki oleh guru matematika
untuk mengajarkan geometri, terutama pada materi bangun ruang kelas VII
dan X sesuai kurikulum 2006 di mana guru berperan penting untuk
mengembangkan imajinasi siswa lewat sketsa atau gambar.
Pemahaman akan pentingnya pengajaran geometri di sekolah perlu dimiliki oleh mahasiswa calon guru matematika. Menurut Suwarsono 1990,
1992, geometri memiliki potensi-potensi sehingga perlu diajarkan kepada
para siswa di sekolah karena beberapa alasan:
1. Geometri mempunyai kegunaan-kegunaan praktis yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai kegiatan profesi, dan dalam berbagai ilmu cabang ilmu yang lain, termasuk cabang-cabang yang
lain dari ilmu matematika sendiri. Pengajaran Geometri mempunyai potensi yang besar untuk menghasilkan proses belajar yang bermakna
meaningful learning dibandingkan dengan pengajaran untuk cabang-
cabang matematika yang lain karena objek-objeknya mudah dipahami oleh anak-anak sesuai dengan kenyataan empiris yang mereka lihat
mengenai benda-benda itu di alam. Hal ini menyebabkan geometri juga mempunyai potensi untuk memberikan pemahaman kepada para siswa
mengenai keterkaitan antara matematika dengan alam nyata. 2.
Geometri mempunyai potensi untuk melatih daya tanggap keruangan spatial ability
pada siswa, suatu kemampuan yang sangat diperlukan agar para siswa memiliki pemahaman yang memadai mengenai
lingkungan tempat mereka hidup. Salah satu kemampuan keruangan yang penting dalam kehidupan siswa adalah kemampuan untuk tetap memiliki
sense of orientation tidak bingung jika berada di suatu lingkungan yang
baru, misalnya jika berada di suatu kota yang baru siswa tetap tahu arah mata angin utara, timur, selatan, barat, dan sebagainya.
3. Geometri mempunyai potensi untuk melatih kemampuan menalar secara
logis logical reasoning pada diri siswa, dan memberikan penyadaran mengenai keterbatasan pengamatan dan daya tanggap keruangan pada
manusia. 4.
Geometri mempunyai potensi untuk memberikan pemahaman kepada para siswa mengenai struktur susunan ilmu matematika yang formal-
aksiomatis.
Soemadi 1991 menyatakan bahwa belajar geometri pada hakikatnya adalah belajar berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur yang diatur
menurut urutan yang logis. Belajar geometri adalah bernalar, mengaitkan simbol-simbol, menghubungkan struktur-struktur untuk mendapatkan suatu
pengertian, dan mengaplikasikan konsep-konsep yang dimiliki dalam situasi yang nyata sehingga arah belajar geometri pada umumnya menuju ke
pengabstrakan yang semakin kompleks. Di sisi lain, salah satu penyebab kesulitan pembelajaran dan pembahasan
konsep bangun ruang adalah bangun ruang merupakan hasil proses abstraksi dan idealisasi dari benda-benda konkret berdimensi tiga yang memiliki
ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Namun gambar bangun ruang pada bidang gambar merupakan proyeksi bangun ruang tersebut pada bidang gambar
Suharjana dkk, 2009:33. Abstraksi adalah proses memperhatikan dan
menentukan sifat, atribut, ataupun karakteristik khusus yang penting dengan mengesampingkan hal-hal yang tidak penting, sedangkan idealisasi adalah
proses menganggap segala sesuatu dari benda-benda konkret itu ideal. Kedua proses ini sangat penting dialami oleh siswa dalam memahami materi bangun
ruang, sehingga para mahasiswa calon guru matematika juga harus memberi perhatian lebih pada kemampuannya dalam menggambar bangun ruang dan
melukis dalam ruang. Sebagai calon guru, mahasiswa program studi Pendidikan Matematika
Universitas Sanata Dharma juga mengembangkan kemampuan yang dimilikinya lewat berbagai mata kuliah. Melalui mata kuliah Geometri
Ruang, mahasiswa calon guru matematika diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuannya dalam ilmu geometri dimensi tiga.
Selain pemahaman akan konsep-konsep dan teorema-teorema dasar geometri Euclides ruang, mahasiswa juga dilatih mengembangkan kemampuan
keruangannya lewat kegiatan melukis dalam ruang, salah satunya melukis titik tembus dan irisan suatu bidang dengan bangun ruang.
Di sisi lain, Suparyan 2007 mengumpulkan berbagai masalah yang ditemukan oleh peneliti dan para ahli berkaitan dengan penguasaan materi
geometri oleh para guru maupun calon guru matematika, salah satunya adalah kurangnya penguasaan konsep geometri dan kurangnya kemampuan
keruangan. Suparyan juga menemukan kelemahan-kelemahan yang ditunjukkan oleh mahasiswa calon guru matematika dalam kemampuan
penguasaan materi geometri ruang, antara lain:
1. Mahasiswa belum dapat menentukan kedudukan dua garis sejajar atau
bersilangan dalam ruang. 2.
Mahasiswa belum menguasai cara melukis bidang melalui tiga titik yang tidak segaris, melalui sebuah garis dan sebuah titik di luar garis, dan
melalui dua garis yang berpotongan. 3.
Mahasiswa belum menguasai cara melukis bangun ruang dengan syarat bidang frontal, sudut surut, dan perbandingan proyeksi.
Oleh karena itu, dalam upaya untuk meningkatkan kualitas calon guru matematika, di dalam penelitian ini akan ditinjau kemampuan kecerdasan
visual-spasial, terutama kemampuan berpikir keruangan yang dimiliki oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata
Dharma yang mengikuti mata kuliah Geometri Ruang tahun akademik 20142015 dan kemampuan menggambar bangun ruang beserta beberapa
lukisan dalam ruang, serta korelasi antara kedua kemampuan tersebut. Dengan mengetahui seberapa tinggi kemampuan berpikir keruangan dan
kemampuan melukis dalam ruang serta korelasi antara keduanya, diharapkan penyiapan mahasiswa calon guru matematika dapat semakin ditingkatkan
karena hasil yang diperoleh akan dapat digunakan untuk mengetahui dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami mahasiswa dalam kedua
kemampuan tersebut. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat seberapa jauh kesesuaian tes
kemampuan berpikir keruangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan
berpikir keruangan yang dimiliki oleh mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma. Tingkat kesesuaian ini akan menentukan apakah
instrumen tes tersebut dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan mahasiswa dalam mata kuliah Geometri Ruang pada waktu selanjutnya.
Penelitian ini diadakan bekerja sama dengan Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing dan dosen pengampu mata kuliah Geometri Ruang kelas
A dan C.
B. Rumusan Masalah