Rumah sakit di selatan Jakarta dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat Arimbi berobat. Berikut kutipannya:
105 Saya diturunkan di sebuah rumah sakit di selatan Jakarta. Tangan
saya dimulai dicangkeram ketika kaki saya menjejak tanah. Saya terus digiring. Melewati lorong panjang dengan ruangan-ruangan
berkaca di painggirnya hlm.99.
Bar dan Diskotik dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat Arimbi dan teman-temannya berkumpul untuk memakai narkoba. Berikut kutipannya:
106 Kelompok itu memang baik. Menerima saya dengan sikap yang
baik. Kami lantas sering berpergian bersama. Ke berbagai bar dan diskotik hlm.70.
2.2.2 Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar waktu dalam novel Detik
Terakhir hanya terbatas pada pagi, siang, malam dan pukul berapa peristiwa itu
terjadi. Setiap pagi, di rumah Arimbi, selalu menyaksikan pertengkaran orang
tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: 107
Sebab di rumah saya kerap ada pertunjukkan lenong di pagi hari. Lenong pertengkaran. Seperti suatu kali saya ingat. Dari arah
kamar orang tua saya terdengar suara obrolan dengan suara cukup keras. Mula- mula hanya berupa obrolan, lama- lama pertengkaran,
akhirnya cekcok hebat hlm.32.
108 Saya menjadi mual. Pagi-pagi berikutnya saya tak membalas
senyum mama yang berbinar, dan semakin dibuat-buat ketika papa keluar dari kamar, dengan setelan kemeja hlm.46.
109 Saya mengumpat sarapan di pagi hari. Saya menyumpahi kecupan
papa dikening mama. Saya mengisi roh diri sendiri hlm.50.
Setiap dua hari sekali dan di sela-sela jam pelajaran sekolah, Rajib mengirim narkoba untuk Arimbi. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
110 Rajib mengirim barang di sela-sela jam pelajaran sekolah hlm.69.
111 Sejak diberi gratis oleh Rajib, saya tak bisa mengatakan tidak. Dia
menyuplai putaw setiap dua hari sekali hlm.69. Malam itu terjadi pertengkaran antara Papa Arimbi dan Mama Arimbi
akibatnya tidak bisa merayakan akhir tahun dengan bahagia. Berikut kutipannya : 112
Malam itu tidak ada tahun baru. Papa mendekam dalam kamar. Menemani mama yang terbaring lemah. Tubuh mama dipenuhi
perbanhlm.41. 113
Pembantu yang menyediakan makan malam yang cukup enak hlm.42.
114 Saya memandang jalan raya depan rumah, sepi. Hanya lampu-
lampu menyala dari rumah seberang yang sama meganya dengan rumah saya, yang menandakan malam ini ada sesuatu yang hidup
hlm.66.
2.2.3 Latar Sosial
Latar sosial menunjuk pada hal- hal ya ng berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan. Cerita dalam novel Detik
Terakhir menggunakan latar sosial status keluarga Arimbi.
Status sosial Arimbi yang terlahir dari keluarga terpandang, pengusaha dan sebagai aktivis sukses. Berikut kutipannya:
115 Begitu mengerti kata-kata, saya langsung tahu ayah, saya panggil
papa, adalah pemilik bisnis perkebunan kelapa sawit di Sumatra, dan usaha ritel di Jakarta hlm.25.
116 Mama punya kantor sendiri. Tak jauh dari rumah. Dia punya bisnis
event organizer hlm.30.
117 Ayahmu orang yang sukses, ibumu aktif di mana-mana. Apa kata
orang, kala u tahu kamu jadi seperti ini hlm.96. 118
Rajib sampai memberitahu saya latar belakang Arimbi, dan saya sangat kaget. Orang tuanya sangat popular. “Pasangan Ruslan
Suwito dan Marini Ruslan. Pengusaha papan atas yang punya pamor sangat baik di mata khalayak hlm.12.
Arimbi hidup dalam keluarga yang termasuk terpandang. Papanya seorang pengusaha sukses yang memiliki banyak perusahaan. Dari banyaknya usaha,
papanya sering tidak ada waktu untuk memperhatikan dirinya. Seperti pada kutipan berikut:
119 Papa sering dinas luar. Bahkan, saya dengar dari mama, papa kini
masuk klub eksekutif yang punya kegiatan rutin golf di Nirwana, Bali, jika sedang tidak ada acara lain. Saya semakin tak punya
akhir pekan dengan keluarga yang lengkap. Papa juga semakin jarang menampilkan diri di ruang makan ketika saya menghabiskan
nasi goreng setiap pagi. Papa mulai sering bangun kesiangan. Saya berangkat sekolah tanpa melihatnya. Dan pergi tidur sebelum papa
kembali ke rumah hlm.154.
Demikian juga pengarang menggambarkan latar sosial di sekolah, diskotik atau bar, arena biliyar, dan panti rehabilitasi yang sebagian besar di daerah Jakarta
dan sekitarnya. Berikut kutipannya: 120
Saya menjadi ragu. Sebab tak saya dapati nafsu ketika melihat siswa pria paling baik di kelas. Tapi saya bisa sangat bernafsu pada
lekuk seksi siswi paling memuakkan di dalam kelas hlm.59. 121
Rajib sudah seminggu pergi ke Bali. Sudah tiga hari kami puasa putaw. Saya coba membelinya dari seorang kenalan pengedar di
belakang Kartika Candra. Mereka hanya memberi saya sejumput kecil hlm.112.
122 Di sebuah arena biliyar di bilangan Sudirman, saya pernah mabuk
hebat setelah menenggak bergelas- gelas wiski hlm.55. 123
Ketika pertama kali berkeliling kesudut-sudut tempat ini, bayangan saya tentang panti rehabilitasi ini lenyap-nyap Tak ada kamar
kumuh dengan dipan tanpa kasur hlm.119. 124
Sebuah kafe di kawasan Kemang. Remang dan jalang. Helena memaksa saya mendatangi kafe itu pada malam yang sudah
ditetapkan “peragaan busana Lingerie”. Angela ada. Papamu juga pasti ada. Kamu mesti datang biar percaya, katanya serius hlm.47-
48.
125 Tidak terlalu banyak yang saya bawa. Nilainya hanya belasan juta
rupiah saja. Dengan volume ketergantungan orang-orang di diskotik itu yang sudah mencapai kadar super madat, barang di
dalam tas saya paling hanya cukup untuk memenuhi sepuluh pembeli saja hlm.175.
Terdapat pula latar yang menyangkut status sosial yang dimiliki orang tua Arimbi, karena orang tua Arimbi termasuk kalangan atas, mereka berusaha
semaksimal mungkin untuk menyembunyikan masalah Arimbi agar status mereka tidak turun dan tercemar. Maklum mereka adalah pengusaha dengan aktivis
sukses. Berikut kutipannya: 126
“Ari. Tolong kami untuk terakhir kalinya. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin menolong kamu. Ke psikolog, ke panti,
memanggil guru ke rumah. Membebaskan kamu dari penjara. Sekarang kamu sudah ada di rumah ini. Kami sudah menyiapkan
program penyembuhan untukmu hlm.196.
127 Tak ada yang tahu selain kami, Ari. Nenek, kakek, oma, opa, sanak
saudara tidak ada yang tahu. Dan jangan sampai ada yang tahu. Ini aib. Mau dikemanakan muka mama, muka papa Ayahmu orang
yang sukses, ibumu aktif di mana- mana. Apa kata orang, kalau tahu kamu jadi orang seperti ini? Sekarang suara mama sudah
meninggi hlm.196.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa latar ini menunjukkan pada situasi sosial yang terjadi dalam lingkungan masyarakat. Misalnya kebiasaan
hidup, status sosial, keyakinan, bersikap, berfikir atau pun tradisi kutipan 115, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116, 117, 118, dan 119. Tokoh Arimbi dalam kehidupan sehari- harinya yang membuatnya terjerumus narkoba dan tertekan karena kondisi keluarganya yang
tidak baik. Pengarang menggambarkan latar sosial di sekolah, diskotik atau bar, arena biliyar, dan panti rehabilitasi kutipan 120, 121, 122, 123, 124, dan 125.
Terdapat pula latar yang menyangkut status sosial yang dimiliki orang tua Arimbi kutipan 126 dan 127.
2.2.4 Rangkuman