Pelayanan Kontrasepsi PENELAAHAN PUSTAKA
menunjang tercapainya akseptor KB yang berkualitas, meningkatnya akseptor KB yang mandiri, serta tercapainya kepuasan akseptor Anonim, 1994.
Peningkatan kualitas pelayanan harus bermuara pada kepuasan para akseptor KB sehingga mereka bersedia mempergunakan kontrasepsi dengan
kelangsungan yang tinggi. Bahkan kalau kontrasepsi itu meragukan, mereka bersedia untuk menukarkanya dengan kontrasepsi lain yang mempunyai daya
perlindungan ekstra atau efektivitas yang lebih tinggi Rukanda, dkk,1993. Menurut Rukanda dkk 1993 pelayanan kontrasepsi diarahkan untuk lebih
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan maupun pemakaian kontrasepsi dan kemandirian dalam kegiatan pelayanan kontrasepsi maupun mengikuti cara-
cara kontrasepsi. Untuk itu dikembangkan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. pola pelayanan kontrasepsi rasional yang berpedoman pada masa reproduksi
sehat yaitu dengan menganjurkan penggunaan cara-cara kontrasepsi yang lebih rasional bagi mereka yang berusia dibawah 20 tahun, antara 20-30 tahun
dan diatas 30 tahun sesuai dengan kondisinya masing-masing. b. pelayanan kontrasepsi ditujukan agar cara-cara KB baik bagi wanita maupun
pria dapat lebih mantap dengan mengarah pada metode yang efektif dan terpilih.
c. mengusahakan pemerataan tempat dan tenaga pelayanan kontrasepsi, serta mendekatkan tempat pelayanan kepada saran dengan memperhatikan situasi
dan kondisi masyarakat di sekitarnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. meningkatkan dan menyempurnakan mutu pelayanan serta usaha pengayoman bagi seluruh peserta KB dengan pemantapan system jaringan pelayanan
kontrasepsi serta rujukannya. Dalam rangka meningkatkan kemandirian masyarakat dalam ber-KB,
pelayanan kontrasepsi diarahkan pada 3 strata. Strata 1 yaitu : dimana pemerintah sepenuhnya menyediakan pelayanan kontrasepsi terhadap masyarakat. Strata 2
yaitu: dimana pemerintah hanya membantu kelompok-kelompok masyarakat yang kemampuannya mulai tumbuh untuk mendapatkan pelayanan atau menyediakan
tempat pelayanan kontrasepsi. Strara 3 yaitu: dimana masyarakat yang sudah mampu menyediakan keperluannya untuk KB sehingga bantuan dari pemerintah
dapat lebih diarahkan kepada usaha-usaha yang bersifat menguntungkan dan bersifat pengayoman Rukanda dkk, 1993.
Jalur distribusi juga diatur agar penyaluran kontrasepsi dapat sampai di masyarakat dengan memperhatikan keamanan pemakai, mudah didapat,
terjangkau harganya dan mudah dipantau Anonim, 1995. Salah satu aspek lain dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kontrasepsi adalah dengan cara
memberikan pelayanan konseling kepada setiap calon akseptor KB Muchji dkk, 1999.
Menurut Hartanto 2004 informasi yang perlu diberikan dalam pemberian konseling pada pengguna kontrasepsi yaitu arti dan manfaat Keluarga Berencana,
macam-macam metode KB, desas-desus tentang kontrasepsi dan penjelasannya, pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang rasional, dan
membuat rujukan pelayanan kontrasepsi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam pemberian konseling untuk pelayanan KB percakapan sebaiknya dilakukan secara dua arah. Hal ini dilakukan untuk membahas berbagai pilihan
konrasepsi yang tersedia, memberikan informasi selengkap mungkin mengenai konsekuensi pilihannya, membantu akseptor untuk memilih metode kontrasepsi
yang sesuai, dan membantu akseptor dalam penyesuaian diri terhadap kondisi barunya. Bila setiap calon peserta KB sebelum memakai kontrasepsi melalui
konseling yang baik, maka kelangsungan pemakaian kontrasepsi akan lebih tinggi Hartanto, 2004.
Pada konseling untuk keluarga berencana, bantuan yang diberikan petugas kesehatan kepada calon akseptor antara lain :
1. mendengarkan ketakutan-ketakutan dan kecemasan calon akseptor tentang metode-metode kontrasepsi.
2. memberi informasi yang jelas, benar dan tepat mengenai berbagai metode kontrasepsi, pelaksanaannya, keuntungan dan kerugian sehingga calon
akseptor dapat menentukan kontrasepsi mana yang akan dipilih, yang sesuai dengan keadaan, kondisi dan kebutuhan dirinya Rukanda dkk, 1993.