NaCl Garam Dapur Analisa Finansial

13

E. NaCl Garam Dapur

Natrium klorida lebih dikenal dengan sebutan garam dapur, merupakan bahan paling umum dan banyak digunakan dalam proses pengawetan ikan dibanding jenis bahan pengawet lainnya. Pada umumnya konsentrasi garam yang digunakan dalam pembuatan kamaboko adalah 2-3 dari berat ikan Suzuki 1981. Garam harus diberikan pada awal penggilingan, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kerekatan pasta ikan. Jika garam diberikan pada akhir penggilingan, sifat kerekatan pasta ikan akan menurun Suzuki 1981. Penambahan garam dapur akan memperbaiki kekutatan gel gel strength. Garam akan dibutuhkan untuk mencegah proses denaturasi protein khususnya myofibrilar selama proses pendinginan. Efektivitasnya ditentukan oleh hilangnya ion inorganik pada garam, protein larut dalam air water soluble protein dan komponen non protein dari lembaran daging ikan Lanier, 1992. Menurut Wiley 1991, penggilingan daging dengan sodium klorida NaCl merupakan preses yang penting untuk membentuk gel kamaboko yang elastis. Garam tidak digunakan sebagai bumbu penyedap, tetapi meningkatkan kekuatan ion daging untuk melarutkan protein myofibrillar dalam daging. Kosentrasi garam yang minimum perlu untuk mengekstrak protein myofibrillar daging pada pH 7 sekitar 2 dari berat daging. Bila pH semkain menurun maka konsentrasi garam meningkat Suzuki, 1981. Menurut Zaitsev 1969 menyatakan bahwa pada konsentrasi rendah 1-3 garam tidakbersifat membunuh mikroorganisme tetapi hanya sebagai bumbu yang akan memberikan citarasa gurih pada bahan pangan yang ditambahkan. Pada Gambar 3 dapat dilihat hubungan antara konsentrasi garam dengan ashi kelenturan gel. Gambar 3. Hubungan antara konsentrasi garam dengan ashi kelenturan gel Suzuki, 1981. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 14

F. Analisa Finansial

Suatu studi kelayakan merupakan pekerjaan membuat ramalan atau taksiran yang didasarkan atas anggapan-anggapan yang selalu bisa dipenuhi. Konsekuensinya adalah bisa terjadi penyimpangan-penyimpangan. Salah satu penyimpangan itu adalah apabila pabrik berproduksi dibawah kapasitasnya. Hal ini menyebabkan pengeluaran yang seharusnya mempengaruhi keuntungan Susanto dan Saneto, 1994. Beberapa parameter yang sering digunakan dalam analisis finansial antara lain: 1. Titik impas Break Even Point Susanto dan Saneto, 1994 Suatu analisa yang menunjukkan hubungan antara keuntungan, volume produksi dan hasil penjualan adalah penentuan Break Even PointBEP. BEP adalah suatu keadaan tingkat produksi tertentu yang menyebabkan besarnya biaya produksi keseluruhan sama dengan besarnya nilai atau hasil penjualan atau laba. Perhitungan dapat dilihat sebagai berikut: a. Biaya titik impas BEP = Biaya Tetap 1-Biaya tidak tetap pendapatan b. Presentase Titik impas : BEP = BEP Rp x 100 Pendapatan 2. Net Present Value NPV Susanto dan Saneto, 1994 Net Present Value NPV adalah selisih antara nilai penerimaan sekarang dengan nilai biaya sekarang. Bila dalam analisa diperoleh nilai NPV lebih besar dari nol 0, berarti proyek layak untuk dilaksanakan, jika nilai NPV diperoleh dalam perhitungan lebih kecil dari nol 0, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Bentuk rumus NPV dapat dilihat sebagai berikut : NPV = Bt-Ct 1+it Keterangan : Bt = benefit sosial kotor dengan suatu proyek pada tahun 1 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 15 Ct = biaya sosial kotor sehubungan dengan proyek pada tahun 1 t = 1,2,3,......n n = umur ekonomi dari proyek i = sosial discount rate suku bunga bank 3. Gross Benefit Cost Rasio Gross BC Ratio Susanto dan Saneto, 1994 Gross Benefit Cost Rasio Gross BC Ratio adalah metode perbandingan antara penerimaan kotor dengan biaya kotor yang telah dirupiahkan sekarang Present Value. Proyek dapat dijalankan apabila nilai gross BC lebih besar atau sama dengan 1. Rumus Gross Benefit Cost Rasio Gross BC Ratiodapat dituliskan sebagai berikut : Nilai BC Ratio = Pendapatan Biaya produksi 4. Payback Period Susanto dan Saneto, 1994. Payback period adalah metode yang mencoba mengukur kecepatan pengembalian modal investasi yang dinyatakan dalam tahun. Proses perhitungan metode ini berpedoman pada aliran kas bukan pada laba yang dihasilkan. Aliran kas diartikan sebagai jumlah laba dan nilai depresiasi yang dikeluarkan. Nilai payback period dinyatakan sebagai perbandingan biaya pertahun Intial Cash Flow dengan aliran kasnya Cash Flow. Nilai perbandingan ini dapat diterima apabila lebih pendek dari yang disyaratkan. Rumus dapat dilihat sebagai berikut : Pp = I Ab Keterangan : I = jumlah modal Ab = penerimaan bersih pertahun 5. Internal Rute of Return Susanto dan Saneto, 1994. Internal Rute of Return adalah tingkat suhu bunga yang menyebabkan nilai penerimaan kas bersih sekarang dengan jumlah investasi awal dari proyek yang sedang dinilai. Dengan perkataan lain IRR adalah tingkat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 16 bunga yang menyebabkan NPV = 0 . jika ternyata IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku di bank untuk proyek dapat diteruskan. IRR = 1 + NPV i”- i’ NPV’-NPV” Keterangan : NPV’ = NPV positif hasil percobaan nilai NPV” = NPV negatif hasil percobaan nilai i = Tingkat bunga

G. Landasan Teori