Produk kamaboko ikan manyung hasil protein mengalami penurunan dari ikan manyung dengan kadar protein 18,3, setelah menjadi kamaboko ikan manyung
menjadi 17,91, hal itu disebabkan karena kadar protein dalam tepung tapioka sangat rendah, sehingga penambahan tepung tapioka berpengaruh terhadap
kamaboko ikan manyung. Menurut siswanto 2000, penurunan kadar protein ini disebabkan karena rendahnya kadar protein dari tepung tapioka yaitu sekitar 1
dibandingkan dengan kandungan protein pada daging, sehingga dengan semakin banyak tepung tapioka yang ditambahkan menyebabkan kosentrasi
protein dari campuran daging dengan tepung tapioka semakin rendah.
E. Analisa Finansial 1. Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi direnc anakan tiap hari memerlukan bahan baku ikan manyung 10.000 kg per tahun, sehingga untuk tiap tahunnya memerlukan daging
ikan manyung sekitar 28.000 kg. Kapasitas produksi dalam satu tahun menghasilkan
kamaboko ikan
manyung sebesar
31.200 bungkus
400grbungkus. Data kapasitas produksi lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 12.
2. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu usaha yang terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap
adalah biaya-biaya yang dalam jangka waktu tertentu tidak berubah mengikuti perubahan tingkat produksi. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya
berubah sejalan dengan tingkat produksi yang dihasilkan. Biaya yang diperlukan tiap tahun dari industri kamaboko ikan manyung
adalah sebagai berikut : Total biaya produksi = biaya tetap + biaya tidak tetap
= Rp 18812.422,40 + Rp 417.583.600 = Rp 536.396.022,40
Perincian total biaya produksi tiap tahun dapat dilihat pada Lampiran 14.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Harga Pokok Produksi
Berdasarkan kapasitas produksi tiap tahun dan biaya produksi tiap tahun, maka dapat diketahui harga pokok tiap bungkus.
Harga pokok = Total biaya produksi
Kapasitas produksi per tahun
= Rp 536.396.022,40
31.200 = Rp 17.192,18bungkus
= Rp. 17.000bungkus
4. Harga Jual Produksi
Harga jual diperoleh berdasarkan dari harga pokok, harga produk lain dipasarkan dan juga keuntungan yang ingin dicapai ditambah pajak.
Keuntungan yang ingin dicapai 50 dari harga pokok, pajak 10 dari harga jual Harga jual
= harga pokok + keuntungan 50 + pajak 10 Rp 8.596,09 + Rp 1.719,22 + Rp 17.192,18 = Rp 27.507,49
Jadi harga jual perbungkus Rp. 27.500
5. Break Event Point BEP
Analisa Break Event merupakan suatu teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kagiatan.
Volume penjualan diamana penghasilannya tetap sama dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan menderita kerugian
dinamakan “ Break Event Point”. Biaya yang termasuk variabel pada umumnya adalah bahan mentah, upah buruh langsung, dan komisi penjualan. Biaya tetap
pada umumnya depresiasi aktiva tetap, sewa bangunan, bunga pinjaman, gaji pegawai, gaji pimpinan, gaji staff research, biaya kantor Pujawa, 2002.
Berdasarkan Lampiran 15 diperoleh BEP sebagai berikut : BEP biaya titik impas = Rp 231.405.444,15
BEP titik impas = 26,96
Kapasitas titik impas = 8.412,45 bungkus tahun
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Kapasitas titik impas adalah jumlah produksi yang harus dilakukan untuk mencapai titik impas. Jadi produksi kamaboko ikan manyung mencapai keadaan
impas jika produksinya sebesar 8.412,45 bungkus tahun, dengan kapasitas normal sebanyak 31.200 bungkustahun. Hal ini berarti kamaboko ikan manyung
memproleh keuntungan karena produksi diatas kapasitas titik impas juga dapat dinyatakan kapasitas produksi mencapai 26,96 dari total produksi yang
direncanakan. Grafik BEP dapat dilihat pada Lampiran 16.
6. Net Present Value NPV