memperbaiki hubungan dengan regulator, 9 meningkatkan semangat dan produkstivitas karyawan, 10 peluang mendapatkan penghargaan.
2.3.5 Pandangan perusahaan terhadap CSR
Selanjutnya Wibisono 2007 menjelaskan bahwa terdapat tiga model cara pandang perusahaan terhadap CSR, yaitu:
1. Sekedar basa-basi dan keterpaksaan, yaitu pelaksanaan CSR karena faktor
eksternal external driven. Pemenuhan tanggung jawab lebih karena keterpakasaan akibat tuntutan dibandingkan dengan rasa sukarela. CSR
diimplementasikan sebagai upaya dalam konteks public relation yang diliputi kemauan meraih kesempatan untuk melakukan publikasi postif dan
untuk meningkatkan citra perusahaan yang didasarkan bukan atas regulasi CSR dari pemerintah;
2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban compliance, didasarkan atas
adanya regulasi, hukum, dan aturan yang memaksanya. Kewajiban perusahaan melaksanakan CSR adalah karena adanya market driven
dorongan pasar masyarakat dan lingkungan setempat. Pandangan lain yang sangggup memaksa perusahaan untuk mempraktekkan CSR adalah
adanya penghargaan-penghargaan reward yang diberikan oleh segenap institusi atau lembaga. Misalnya CSR Award baik yang regional maupun
global; 3.
Beyond complience atau compliance plus, yakni CSR diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam internal driven.
Perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya,
melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan
2.3.6 Model CSR
Menurut Saidi dan Abidin 2004, terdapat empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:
1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara
langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk
menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti coporae secretary atau public affair
manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan
mendidrikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-
perusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi
kegiatan yayasan. 3.
Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelengggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial organisasi non-pemerintah Ornop,
instansi pemerinah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model
lainnnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”.
2.4 Kerangka Pemikiran
Perusahaan memiliki bagian khusus untuk bertanggung jawab dalam mengelola proses komunikasi yaitu Hubungan Masyarakat Humas atau public
relations PR yang menjembatani proses komunikasi baik ke dalam perusahaan
maupun luar perusahaan. Ruslan 2001 dalam Fitriani 2010 menjelaskan bahwa salah satu tujuan PR adalah menciptakan kesan image yang tepat berdasarkan
prinsip-prinsip hubungan yang harmonis, baik hubungan ke dalam internal