Dari Tabel 21 dan Tabel 22, dapat ditarik kesimpulan bahwa Citra Indocement dimata responden sebenarnya sudah cukup positif, akan tetapi karena
pelaksanaan kegiatan CSR yang terkadang tidak sesuai dengan harapan masyarakat menimbulkan kesan buruk. Maka dari itu, citra perusahaan seutuhnya
sudah cukup baik, jika tidak dilihat dari sisi pelaksanaan kegiatan Bilik atau CSR perusahaan.
7.3 Analisis Hubungan Antara Proses Pencitraan dengan Citra Perusahaan
Proses pencitraan adalah proses pemaknaan program CSR pada diri responden melalui beberapa tahapan, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan.
Dari hasil kuesioner responden yang mengalami proses pencitraan pada ketegori tinggi sebanyak 10 orang. Reponden yang mengalami proses pencitraan sedang
lebih besar dibandingkan tinggi yaitu 19 orang, sedangkan respoden pada kategori rendah hanya 1 orang. Presentase responden menurut kategori rendah, sedang, dan
tinggi untuk pengukurn proses pencitraaan pada diri responden, dapat dilihat pada Tabel 19. Pengujian statistik dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian
sebagai berikut: H
: Tidak ada hubungan positif antara proses pencitraan dengan citra perusahaan yang terbentuk
H
1
: Ada hubungan positif antara proses pencitraan dengan citra perusahaan
yang terbentuk
Analisis Uji Korelasi Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan apakah semakin positif PRoses pencitraan maka akan meningkatkan citra
perusahaan pada diri responden. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Asymp. Sig. 2-tailed hitung sebesar 0,006
α 0,10 sehingga H ditolak
dan H
1
diterima. Hasil uji korelasi menunjukkan signifikasi yang sangat nyata antara proses pembentukan citra dengan citra perusahaan, hal ini menunjukkan
bahwa proses pencitraan berhubungan postif dengan citra perusahaan pada diri responden.Hasil Tabulasi Silang antara proses pencitraan dengan citra perusahaan
dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Hubungan proses Pencitraaan program CSR PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk dengan Citra Perusahaan
Proses Pencitraan Citra Perusahaan
Total Sedang
Tinggi Buruk 50
50 100
Sedang 44,4 55,6
100 Baik
10 90
100
Berdasarkan Tabel 23, responden yang mengalami proses pencitraan penuh cenderung akan menilai postif citra perusahaan atau citra PT Indocement.
Responden yang mengalami proses pencitraan rendah cenderung sama dalam mencitrakan perusahaan baik sedang maupun tinggi. Selanjutnya, responden yang
mengalami proses pencitraan sedang cenderung memandang citra perusahaan
tinggi lebih besar dibanding sedang. Berdasarkan hal tersebut, responden yang
mengalami proses pencitraan mengenai program CSR pada diri individu tinggi akan memiliki pendangan bahwa citra perusahaan tinggi jauh lebih besar
dibanding responden yang memandang sedang. Oleh karenanya, pada penelitian ini, mayoritas responden mengalami proses pencitraan tinggi dan berpengaruh
pada pandangan mengenai citra perusahaan yang positif.
BAB VIII PENUTUP
8.1 Kesimpulan
PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk menjadi perusahaan yang konsisten dan memiliki perhatian penuh dalam melaksanakan program CSR, hal ini
ditunjukkan dengan adanya departemen khusus dalam mengatur pelaksanaan program CSR. Departemen CSR merupakan wujud dari cara pandangan
perusahaan yaitu adanya dorongan tulus dari dalam internal driven dalam mengimplementasikan program CSR. Model implementasi program CSR yang
digunakan oleh PT Indocement termasuk ke dalam model keterlibatan langsung. Implementasi pelaksanaan keseluruhan program CSR telah tepat, karena
dilakukan melalui tahapan penerapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan juga pemantauan.
Penilaian implementasi program CSR dilihat dengan menggunakan empat alat ukur yaitu jenis kegiatan, frekuensi program, kemampuan fasilitator, dan
manfaat program. Dari keempat indikator tersebut, yang memiliki hubungan nyata dengan proses pencitraan adalah kemampuan fasilitator dan manfaat program.
Sedangkan indokator jenis kegiatan dan fekuensi program tidak menjadi penilaian penting bagi responden daam proses pencitraan.
Proses pencitraan pada diri responden terhadap program CSR, dapat dikatakan baik, karena mayoritas responden melalui tahapan pembentukan citra
yaitu, perhatian, pengertian, dan penerimaan. Citra perusahaan yang terbentuk merupakan citra positif, responden mayoritas memandang perusahaan sebagai
perusahaan yang baik. Proses pencitraan responden dengan citra perusahaan yang terbentuk memiliki hubungan positif. Dengan demikian, jika responden memiliki
proses pencitraan yang baik akan memiliki citra perusahaan yang postif.