GDP Per Kapita Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Perhiasan Indonesia di Negara Tujuan Ekspor

8

3. Nilai Tukar

Nilai tukar exchange rate atau yang biasa disebut dengan kurs adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau dapat juga didefinisikan sebagai nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya Salvatore 1997. Para ekonom membagi nilai tukar menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif dari mata uang dua negara sedangkan nilai tukar riil merupakan harga relatif dari barang-barang antara dua negara Mankiw 2000. Nilai tukar riil sering disebut juga sebagai terms of trade. Nilai tukar riil dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: � = e x PP dimana: � = nilai tukar riil e = nilai tukar nominal P = tingkat harga domestik P = tingkat harga luar negeri Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut dengan apresiasi atas mata uang asing, sedangkan penurunan nilai tukar uang dalam negeri disebut dengan depresiasi atas mata uang asing. Apabila terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, maka barang-barang Indonesia akan dinilai relatif lebih murah sehingga daya saing produk Indonesia akan meningkat dan permintaan pun akan meningkat.

4. Populasi

Populasi dapat memengaruhi ekspor melalui dua sisi yakni sisi penawaran dan permintaan. Pada sisi penawaran, pertambahan populasi dapat diartikan sebagai penambahan tenaga kerja untuk memproduksi komoditi ekspor, sedangkan penambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatkan jumlah permintaan domestik akan suatu komoditi Salvatore 1997. Penelitian Terdahulu a. Penelitian Mengenai Industri Kreatif Soliha 2008 dalam penelitiannya yang berjudul ‘Analisis Industri Ritel di Indonesia’ menggunakan lima faktor utama untuk menganalisis industri yang terdiri atas bargaining power of buyers, bargaining power of suppliers, threat of new entrants, threat of new substitute products, dan rivalry among firms . Kelima faktor tersebut dimaksudkan untuk menilai intensitas persaingan, potensi laba atau profitabilitas industri, dan untuk menilai menarik atau tidaknya suatu industri degree of attractiveness. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prospek bisnis ritel berdasarkan analisis industri dapat dikatakan “cukup menarik” untuk dapat dimasuki oleh calon pendatang baru dan juga oleh para pemain yang ada pada saat ini. Pasar yang ada cukup potensial seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia dan peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Lemanso 2008 dalam penelitiannya yang berjudul ‘Analisis Faktor- faktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumen dalam Pembelian Perhiasan 9 Berlian di Surabaya Studi Kasus: Toko Perhiasan Kencana Murni’ menggunakan tiga variabel yaitu kelas sosial, gaya hidup, dan persepsi. Jenis data yang digunakan adalah data primer melalui kuisioner dan wawancara dari 150 responden. Metode yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis ketergantungan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas sosial dan gaya hidup berpengaruh terhadap pembelian perhiasan berlian, sedangkan persepsi tidak berpengaruh.

b. Penelitian Mengenai Permintaan Ekspor

Khairunnisa 2009 dalam penelitiannya yang berjudul ‘Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil TPT Indonesia di Amerika Serikat’ menggunakan lima variabel yaitu GDP riil, harga ekspor, nilai tukar riil, dummy kuota, dan dummy krisis global. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa time series secara bulanan dari bulan Januari tahun 2000 hingga bulan Desember tahun 2008. Metode yang digunakan yaitu analisis regresi berganda dan persamaan dalam model diduga dengan metode OLS Ordinary Least Square . Hasil estimasi menunjukkan bahwa dari lima variabel yang digunakan, terdapat satu variabel yang tidak signifikan terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia di AS yaitu dummy krisis global. Widianingsih 2009 dalam penelitiannya yang berjudul ‘Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Biji Kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Cina’ menggunakan empat variabel, yaitu harga ekspor biji kakao Indonesia, populasi penduduk Malaysia, Singapura dan Cina, nilai tukar mata uang negara pengimpor terhadap US, dan pendapatan per kapita Malaysia, Singapura dan Cina. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berbentuk pooled panel dari tahun 1992 hingga 2007. Dari hasil estimasi dengan menggunakan panel data melaui pendekatan fixed effect, diketahui bahwa dari empat variabel yang digunakan, terdapat satu variabel yang tidak berpengaruh terhadap permintaan ekspor biji kakao Indonesia yaitu variabel harga ekspor. Hal ini dikarenakan harga ekspor biji kakao Indonesia di pasar internasional lebih rendah dibanding harga pesaing sehingga peningkatan harga ekspor biji kakao di Indonesia tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan ekspor biji kakao Indonesia. Kerangka Pemikiran Berdasarkan tujuan penelitian, maka variabel yang digunakan yaitu nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor, GDP per kapita negara tujuan ekspor, populasi negara tujuan ekspor, harga ekspor negara pesaing Thailand, dan harga ekspor perhiasan di negara tujuan. Selain itu, diperlukan juga analisis mengenai seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap permintaan ekspor perhiasan Indonesia. Dengan begitu, pemerintah diharapkan dapat mengambil kebijakan yang tepat. Kerangka pemikiran operasional dijelaskan pada Gambar 6.