Metode CVM dengan pendekatan WTP merupakan parameter bagi perhitungan total benefit. WTP digunakan untuk memperoleh penilaian ekonomi
terhadap ekosistem terumbu karang dan biota unit di perairan Kecamatan Betoambari melalui kesediaan membayar dari para pengunjung untuk bisa
menikmati keindahan bawah laut kegitan wisata selam. Estimasi WTP dapat juga dilakukan dengan menduga hubungan antara WTP
dengan karakteristik responden yang mencerminkan tingkat penghargaan pengguna terhadap sumberdaya yang selama ini dimanfaatkan. Dalam penelitian
ini, WTP per individu dilakukan secara langsung straight forward yang diperoleh dari hasil perhitungan nilai tengah, mengikuti formula FAO 2000 in
Adrianto 2006 berikut ini:
Keterangan: WTP
i
n : Kesediaan membayar individu ke-i
y : Besaran atau jumlah sampel
i
: Besaran WTP yang diberikan responden ke-i Setelah mengetahui tingkat WTP yang dihasilkan per individu dari
persamaan WTP
i,
Dimana ; maka total nilai ekonomi sumberdaya berdasarkan preferensi
sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut, Modifikasi dari Adrianto 2006.
TB : Total Benefit
WTP
i
DDW : Kesediaan membayar individu ke-i
: Total populasi wisatawan yang mampu ditampung oleh ruang wisata bahari berdasarkan daya dukung ekowisata.
4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Keadaan Geografis
Kota Baubau terletak di bagian selatan garis katulistiwa, dengan posisi koordinat sekitar 05°2’ hingga 05°33’ Lintang Selatan dan 122°30’ sampai
122°47’ Bujur Timur BPS Baubau 2009. Kota yang merupakan daerah eks- kesultanan Buton ini, memiliki luas wilayah sekitar 251 km
2
, meliputi daratan sekitar 221 km
2
dan laut seluas 30 km
2
Secara administrasi Kota Baubau terdiri 7 kecamatan yakni Betoambari, Bungi, Kokalukuna, Lea-lea, Murhum, Sorawolio dan Wolio. Batas wilayah
sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kapuntori; sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pasarwajo; sebelah Selatan berbatasan
dengan Kecamatan Batauga Kabupaten Buton; sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Selat Buton.
. Sedangkan luas wilayah pesisirnya sekitar 600 Ha, dengan panjang garis pantai 42 km.
Kecamatan Betoambari sebagai lokasi penelitian terletak pada 5 50 - 5
51 LS dan 122
56 - 122 61 BT, dengan luas daerah administrasi 27.89 Km
2
4.2. Karakeristik Fisik
. Wilayah tersebut merupakan daerah pesisir yang berada di daratan utama Kota
Baubau, dengan jarak sekitar 8 km dari pusat kota. Batas wilayah Kecamatan Betoambari yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Selat Buton, sebelah Timur
berbatasan dengan Kecamatan Murhum, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batauga dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kadatua
BPS Baubau 2009.
4.2.1. Kondisi Geologi
Kota Baubau berada di Pulau Buton. Jika ditinjau berdasarkan genesa dan kedudukannya terhadap tatanan tektonik regional Indonesia, pulau Buton
termasuk dalam kategori rangkaian kepulauan yang terbentuk di kawasan paparan benua Soeprapto 2004. Geologi di Pulau Buton dicirikan adanya imbrikasi
batuan sedimen laut dangkal dan lempeng-lempeng ofiolit. Batuan sedimennya berupa serpih, napal, batu gamping, batu pasir kuarsa, batu pasir mika dan
konglolmerat. Imbrikasi batuan yang terjadi di Pulau Buton merupakan hasil
proses tumbukan pada umur Miosen Awal hingga Tengah antara benua Tukang besi platform dengan sistem penunjaman Sulawesi.
4.2.2. Topografi
Kondisi topografi Kota Baubau termasuk kecamatan Betoambari relatif berbukit-bukit dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar 10 hingga 221 m.
Dari 5 kelurahan di Kecamatan Betoambari, terdapat dua kelurahan yang merupakan daerah pesisir yakni Sulaa 4.69 Km
2
dan Katobengke 1.42 Km
2
4.2.3. Musim dan Suhu
BPS Baubau 2009.
Keadaan musim di wilayah ini sama seperti daerah lainnya di Sulawesi Tenggara, yakni musim hujan dan kemarau. Musim hujan terjadi karena arus
angin yang banyak mengandung uap air berhembus dari Asia dan Samudera Pasifik Januari-Juni, dan musim kemarau terjadi karena arus angin yang tidak
banyak mengandung uap air bertiup dari Australia Juli-Oktober. Curah hujan di wilayah ini sangat beragam setiap bulannya, di mana curah hujan terbanyak
terjadi pada bulan Desember sebesar 368.8 mm. Sementara itu, suhu udara minimum terjadi pada bulan Juli, sebesar 22.1
C dan suhu udara maksimum terjadi pada bulan Oktober, sebesar 33.9
4.3. Kondisi Oseanografi Fisika Perairan
C. Kecepatan angin umumnya merata setiap tahunnya, dengan kecepatan rata-rata
berkisar 4.0 knots BPS Baubau 2009.
Fenomena alam yang memberikan kekhasan karakteristik pada kawasan pesisir dan lautan disebut kondisi oseanografi fisika Dahuri et al. 2004.
Fenomena alam tersebut dapat digambarkan dengan terjadinya pasang surut, arus, suhu, salinitas, dan angin. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan kondisi fisik
perairan pada setiap daerah termasuk fenomena di wilayah pesisir Kota Baubau. Kondisi oseanografi fisika perairan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
dari hasil penelitian Baharuddin 2006, yang dilakukan di sepanjang pesisir Kota Baubau. Jenis data yang diambil antara lain pasang surut, gelombang, dan arus.
Sedangkan suhu dan salinitas merupakan data sekunder dari hasil pengukuran