biota dasar permukaan air maksimum 25 m. Marine National Park Division 2001 menyatakan bahwa kedalaman 2-5 m sangat sesuai untuk melakukan
kegiatan snorkeling, sementara wisata selam biasanya dilakukan pada kedalaman 5-10 m.
Objek wisata bahari lain yang cukup berpotensi untuk dikembangkan adalah wilayah pantai yang menawarkan jasa dalam bentuk panorama pantai yang indah,
tempat permandian yang bersih, serta tempat melakukan kegiatan berselancar air Dahuri 2003. Parameter yang digunakan untuk menilai kesesuaian pemanfaatan
wisata kategori rekreasi pantai meliputi: 1. Kondisi geologi pantai, menyangkut tipe substrat pasir, lebar pantai,
kemiringan pantai idealnya 25
2. Kondisi fisik terkait kedalaman perairan, kecepatan arus dan gelombang, kecerahan dan ketersediaan air tawar maksimum 2 km.
dan material dasar perairan idealnya berpasir Wong 1991.
3. Kondisi biota menyangkut penutupan lahan pantai oleh tumbuhan dan keberadaan biota berbahaya terkait kenyamaman dan keselamatan
wisatawan. Sementara itu, Yulianda 2007 menjabarkan kesesuaian ekowisata bahari
merupakan kriteria sumberdaya dan lingkungan yang disyaratkan atau dibutuhkan bagi pengembangan ekowisata.
Keterangan: IKW = Indeks kesesuaian wisata
Ni = Nilai parameter ke-i bobot x skor
Nmax = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata
2.4. Daya Dukung Ekowisata Bahari
Analisis daya dukung diciptakan pada tahun 1960-an sebagai suatu metode untuk menentukan batas-batas pembangunan dengan menggunakan angka,
komputerisasi, kalkulasi, dan secara objektif. Hal ini belum cukup sukses dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah karena kompleksitas parameter-
parameternya dan arena politisi, pengelola, dan administrator enggan untuk mengawali keputusannya dengan komputer. Namun demikian, konsep yang tidak
ditentukan yang lebih kualitatif dan partisipatif mengenai daya dukung telah sangat berguna dalam mempengaruhi kontrol pengembangan, terutama pariwisata
Clark 1991 in Hutabarat et al. 2009. Konsep daya dukung ekowisata mempertimbangkan dua hal yakni
1 Kemampuan alam untuk mentolerir gangguan atau tekanan dari manusia, dan 2 Keaslian sumberdaya alam. Kedua hal tersebut ditentukan oleh besarnya
gangguan yang kemungkinan akan muncul dari kegiatan wisata. Suasana alami lingkungan juga menjadi persyaratan dalam menentukan kemampuan tolerir
gangguan dan jumlah pengunjung dalam unit area tertentu. Tingkat kemampuan alam untuk mentolerir dan menciptakan lingkungan yang alami dihitung dengan
pendekatan potensi ekologis pengunjung. Potensi ekologis pengunjung adalah kemampuan alam untuk menampung pengunjung berdasarkan jenis kegiatan
wisata pada area tertentu. Luas suatu area yang dapat digunakan pengunjung dalam melakukan aktifitas wisatanya, dipertimbangkan dalam menghitung
kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga keaslian alam tetap terjaga dan berkelanjutan Hutabarat et al. 2009.
Bengen dan Retraubun 2006 mendefinisikan daya dukung sebagai tingkat pemanfaatan sumberdaya alam atau ekosistem secara berkesinambungan tanpa
menimbulkan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungannya. Daya dukung dapat diartikan sebagai kondisi maksimum suatu ekosistem untuk menampung
komponen biotik makhluk hidup yang terkandung di dalamnya dan memperhitungkan faktor lingkungan serta faktor lainnya yang berperan di alam.
Daya dukung yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan ekowisata antara lain daya dukung ekologis, daya dukung fisik, daya dukung sosial, daya dukung,
dan daya dukung ekonomi.
2.5. Zonasi Kawasan Ekowisata
Zonasi kawasan ekowisata dilakukan untuk mempertahankan kelestarian sumberdaya dan mempermudah pengelolaan ekowisata. Zonasi atau pola
keruangan merupakan pembagian kawasan berdasarkan potensi dan karakteristik sumberdaya alam untuk kepentingan perlindungan dan pelestarian serta
pemanfaatan guna memenuhi kebutuhan manusia secara berkelanjutan. Pola keruangan ekowisata atau zonasi bertujuan untuk melindungi suatu kawasan
wisata dari pengunjung wisata. Hal ini untuk melindungi sumberdaya maupun memberikan keragaman pengalaman bagi pengunjung, dan memudahkan sistem
pengelolaan ekowisata. Prinsip penetapan zonasi terdiri atas 2; pertama, sumberdaya alam maupun
budaya memiliki karakteristik dan toleransi tertentu untuk dapat diintervensi; kedua, pengelola harus dapat melakukan sesuatu untuk memelihara dan
mempertahankan karakteristik dan kemampuan tersebut untuk menjamin tercapainya tujuan pengelolaan dari penggunaan saat ini maupun yang akan
datang Basuni 1987 in Solarbesain 2009 Menurut beberapa ahli, zonasi merupakan alat yang paling umum bagi
pengelolaan kawasan yang dilindungi untuk memisahkan kawasan yang pemanfaatannya bertentangan, serta untuk pengelolaan kawasan dengan manfaat
ganda. Sedangkan Bengen 2002 mengatakan bahwa penetapan zonasi kawasan adalah pengelompokkan areal suatu kawasan ke dalam zona-zona sesuai dengan
kondisi fisik dan fungsinya. Zonasi bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi ekologis dan ekonomi ekosistem suatu kawasan sehingga dapat dilakukan
pengelolaan dan pemanfaatan kawasan secara berkelanjutan. Beberapa analisis spasial yang dapat digunakan untuk melakukan zonasi kawasan ekowisata antara
lain sistem informasi geograsi SIG dan Marxan Marine Reserve Design using Spatially Explicit Annealing
. 2.5.1.
Sistem Informasi Geografis
Sistem informasi geografis SIG adalah suatu teknologi baru yang dijadikan alat bantu tools esensial dalam menyimpan, memanipulasi,
menganalisis dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dengan bantuan