Analisis CVM dengan Pendekatan WTP

4.4. Karakteristik Pariwisata

Kota Baubau memiliki potensi wisata budaya dan wisata alam yang unik, serta menarik untuk dikunjungi. Sebagai daerah eks-kesultanan Buton, wisata budaya yang dapat ditemui di daerah ini antara lain Benteng Keraton Buton, Benteng Baadia, Benteng Sorawolio, pusat kebudayaan wolio Museum Baadia, dan Masjid Kuba. Sedangkan wisata alam antara lain Pulau Makassar, Tirta Rimba, Samparona, Kantongara, Kokalukuna, Palabusa, Permandian Bungi, Pantai Nirwana, Pantai Lakeba, dan Desa Sulaa RIPPDA Kota Baubau 2005. Pantai Nirwana, Pantai Lakeba, dan Desa Sulaa merupakan wisata pesisir andalan di Kecamatan Betoambari. Ketiga objek tersebut saling berdekatan dan berada di sebelah selatan Kota Baubau. Lokasi berada di dataran utama Kota Baubau dengan jarak sekitar 8 km dari pusat kota, sehingga sangat mudah diakses. Untuk menjangkaunya cukup menggunakan transportasi darat baik kendaraan sepeda motor roda dua maupun roda empat. Sesuai karakteristik alamiah dan daya tarik utama keindahan alam, beberapa kegiatan yang cukup berkembang di kawasan Pantai Nirwana dan Pantai Lakeba adalah wisata rekreasi pantai, berenang, dan menikmati pemandangan. Pemandangan laut yang terbentang luas dengan warna cerah dan sunset indah pada sore hari, menarik perhatian kelompok masyarakat kota Baubau maupun dari luar daerah. Rombongan keluarga, mahasiswa, siswa, serta instansi pemerintah memanfaatkan hari libur untuk berwisata di kawasan tersebut.

4.4.1. Kebijakan Pengembangan Pariwisata

Kebijakan pariwisata Kota Baubau yang termuat dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kota Baubau RIPPDA Kota Baubau adalah: a Adanya pedoman pengaturan dan pengendalian pemanfaatan objek-objek wisata dan kawasannya. Dengan demikian tercipta pola pemanfaatan yang serasi dan seimbang antara sektor dan keadaan, optimal sesuai dengan daya dukung, serta berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. b Tersusunnya arahan strategis pengembangan kepariwisataan secara terpadu antara Kota Baubau dan wilayah di sekitarnya. Dengan demikian mampu mendorong pengembangan wilayah-wilayah berpotensi dalam kaitan jaringan produk kepariwisataan. c Tersusunnya arahan implementasi program di dalam kerangka waktu dan tahap prioritas disertai mekanisme koordinasi pengelolaan lintas sektoral. d Tersedianya acuan dan pendekatan yang tepat untuk perancangan masing- masing kawasan wisata secara lebih detail bagi pemerintah dan para investor. Objek unggulan kepariwisataan yang tercantum dalam RIPPDA 2005 dan revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Baubau RTRW Tahun 2009, membagi enam Kawasan Pengembangan Pariwisata KPP lihat Gambar 8 yakni: a KPP 1 Kota Mara, Malige, Pantai Kamali, dan Batu Poara b KPP 2 Benteng Wolio, Museum, dan Benteng Sorawolio c KPP 3 Pantai Nirwana, Pantai Lakeba, Desa Sulaa, dan Gua Lakasa d KPP 4 Permandian Bungi, Ekowisata Tirta Rimba, Hutan Lindung Wakonti, dan Pantai Kokalukuna e KPP 5 Air Terjun Samparona dan Air Terjun Kantongara f KPP 6 Kampung Nelayan dan Pantai Pulau Makassar Lokasi penelitian di Kecamatan Betoambari masuk dalam KPP 3, yang mengandalkan objek wisata alam pesisir. Kebijakan kepariwisataan yang dirangkum RIPPDA dan revisi RTRW Kota Baubau, terlihat memberikan prospek pengembangan pariwisata bahari di Kecamatan Betoambari. Namun terdapat kelemahan dalam kebijakan tersebut, yakni masih bersifat umum dalam lingkup Kota Baubau tanpa memfokuskan potensi yang dapat dikembangkan di setiap objek wisata. Selain itu, belum ada rencana detail pemetaan dan pengelolaan ruang yang optimal bagi setiap kegiatan wisata berdasarkan daya dukung kawasan, serta belum memperhatikan kepentingan sosial ekonomi masyarakat. G am ba r 8 O bj ek unggul an ke pa ri w is at aa n B auba u di s et ia p K P P .