Dampak kebisingan Kemampuan vegetasi mereduksi kebisingan

2.2.3 Dampak kebisingan

Kebisingan mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan dan kegiatan manusia. Pengaruh utama kebisingan terhadap manusia adalah kerusakan indera pendengaran secara sementara hingga permanen Suratmo 1995. Pengaruh khusus akibat kebisingan berupa gangguan pendengaran, gangguan komunikasi, gangguan istirahat, gangguan tidur, gangguan mental, kinerja, ketidaknyamanan, dan juga gangguan berbagai aktivitas sehari-hari Mansyur 2003.

2.2.4 Kemampuan vegetasi mereduksi kebisingan

Vegetasi hutan kota mampu mereduksi kebisingan. Seberapa jauh tingkat kebisingan dapat dikontrol oleh vegetasi tergantung pada spesies tanaman, tinggi tanaman, kerapatan, dan jarak tumbuh, faktor iklim angin, suhu, dan kelembaban udara, properti dari suara yaitu tipe, asal, tingkat desibel, dan intensitas suara Irwan 2008. Penelitian Zulfahani et al. 2005 di Hutan Kota Sabilal Muhtadin Banjarmasin menunjukkan bahwa hutan kota dengan luas ± 2,5 ha cukup efektif menurunkan kebisingan. Hal ini ditunjukkan dengan reduksi sebesar 7,51 dB antara titik ukur 1 area luar bagian depan hutan kota dengan titik ukur 2 area dalam vegetasi hutan kota, sedangkan antara titik ukur 1 dengan titik ukur 3 area luar bagaian belakang hutan kota dapat mereduksi kebisingan sebesar 10,58 dB. Setiap jenis tanaman memiliki kemampuan yang berbeda dalam mereduksi kebisingan, tergantung pada jenis, tinggi, bentuk dan ketebalan Carpenter et al. 1975 diacu dalam Meilani 2002. Hasil penelitian Kim et al. 1989 yang dikutip oleh Widagdo 1998, menunjukkan bahwa tanaman Thuja orientalis konifer mereduksi kebisingan lebih efektif daripada tanaman Eunymus japonicus berdaun lebar. Tingkat kebisingan yang dapat direduksi oleh tanaman juga dipengaruhi oleh intensitas, frekuensi dan arah bunyi Carpenter et al. 1975 diacu dalam Meilani 2002. Reduksi kebisingan oleh vegetasi juga sangat dipengaruhi oleh lebar atau ketebalan dan kerapatan vegetasi Gambar 2. Fang dan Ling 2003 yang mengutip penjelasan Cook dan Haverbeke 1974 menyebutkan bahwa kerapatan, tinggi, panjang dan lebar ketebalan jalursabuk hijau merupakan faktor paling efektif dalam mereduksi kebisingan dibandingkan dengan ukuran daun dan karakteristik percabangan. Kerapatan dan ketebalan vegetasi dapat menurunkan tingkat kebisingan jalan raya, dan pada jarak sama tanpa kerapatan vegetasi tidak terjadi reduksi kebisingan yang akan menimbulkan dampak negatif terhadap psikologi penerima FHWA 1980. Gambar 2 Ilustrasi reduksi kebisingan lalulintas oleh vegetasi FHWA 1980. Hutan kota berfungsi untuk mengurangi kebisingan, selain menghalangi gelombang suara juga menghalangi sumber suara. Gelombang suara diabsorpsi oleh daun-daun, cabang-cabang, ranting-ranting dari pohon dan semak Irwan 2008. Penggunaan vegetasi untuk menyaring kebisingan tidak akan efektif apabila tidak memperhatikan ukuran dan kepadatannya. Akan lebih efektif lagi jika vegetasi mengguanakan kombinasi tofografi jalan. Hutan dapat menyerap sekitar 6-8 desibel per 30 meter. Kerapatan tanaman lebih penting daripada spesies tanaman untuk mengurangi kadar kebisingan Irwan 1994. Hasil penelitian Irwan 1994 menunjukkan bahwa hutan kota dapat menurunkan kebisingan sebesar 18,94 di siang hari pada awal musim hujan. Hutan kota berstrata banyak lebih efektif menurunkan kebisingan sebesar 25,34 dibandingkan dengan hutan kota berstrata dua yang dapat menurunkan kebisingan sebesar 14,58. Keefektifan barrrier kebisingan semakin meningkat dengan meningkatnya ketebalan, tinggi dan kerapatan tanaman Grey Deneke 1986.

2.3 Indeks Luas Daun