Hasil - hasil Penelitian pengering dengan Kolektor Surya Penyimpanan Energi panas

8 2.2.2.2.2. Insulasi Insulasi panas dalam aplikasi pemanfaatan sinar surya secara umum yaitu 1 pada kolektor untuk meminimumkan kehilangan panas sisi bawah dan samping penyerap, 2 pada tangki meminumkan kehilangan panas terhadap lingkungan, dan 3 pada pipa pembawa air panas untuk meminimumkan kehilangan panas terhadap lingkungan. Menurut Raychaudhuri 1986 bahwa untuk mengurangi rugi panas konduksi digunakan bahan insulasi dengan konduktifitas panas rendah atau dengan jalan menambah ketebalan insulator. Beberapa syarat sebagai bahan insulasi, antara lain : konduktifitas panas rendah, keseragaman, higroskopis rendah, tahan terhadap mikroba dan tahan lama Udayakumar, 1986. Jenis – jenis yang dapat digunakan, antara lain : bahan serat-seratan mineral-wool, glass-wool, wood-wool, ceramics fiber , bahan busa organik poly isocyanurate foam, polyurethane foam, bahan seluler foam cencrete, bubuk gabah, sebuk gergaji dan bahan biji – bijian.

2.3. Hasil - hasil Penelitian pengering dengan Kolektor Surya

Irfantoro 1992 mengembangkan rangkaian sistem pengering yang terdiri dari kolektor, tangki air dan kotak pengering. Hasil pengujian yaitu diperoleh rata – rata radiasi surya sebesar 714.62 Wm 2 , dengan suhu air yang masuk ke tangki penyimpanan panas adalah 43.5 o C, suhu yang keluar dari tangki 38.2 o C dan yang melalui pertukaran panas antara air dengn udara pengering didapat suhu rata-rata udara dalam kotak pengering sebesar 41.4 o C. Alat yang dibuat mampu menurunkan kadar air pisang ambon dari 75 bb menjadi 37.61 dengan lama pengeringan 19 jam dengan bantuan pemanas tambahan. Hananto 2006 melakukan perancangan dan pemasangan kolektor surya beserta instalasinya. Kolektor yang dirancang berbentuk persegi empat dengan dimensi 100 cm x 100 cm x 21 cm. Bahan dinding bak terbuat dari fiber yang di cat hitam, penutup terbuat dari polycarbonate impralon atau solat tuff flat. Frima Agung 2008 Alat dirancang terdiri dari lima bagian utama yaitu kolektor, penukar panas, kotak pengering, bak penampung air, dan tangki pemanas. Berdasarkan pengujian yang dilakukan kenaikan suhu air bak setelah pemanasan selama 330 menit adalah 20 o C dari suhu air 30 o C menjadi 50 o C. Dengan radiasi matahari rata – rata 527,29 Wm 2 . Efisiensi termal keseluruhan sistem rata – rata 22, 02 . Besarnya energi untuk kebutuhan penamasan plenum selama proses pengeringan sebesar 5,4027 MJ dan konsumsi energi spesifik 11, 4756 MJkg uap air.

2.4. Penyimpanan Energi panas

Energi panas dapat disimpan dalam bentuk penyimpanan panas sensibel, laten atau kuasi laten. Dalam sistem penyimpanan panas sensibel, panas disimpan dengan cara menaikkan suhu benda padat atau cair. Penyimpanan panas laten terjadi dalam proses ishotermal dan terjadi ketika bahan mengalami perubahan fasa biasanya dari pada ke cair. Penyimpanan energi panas diubah menjadi energi kimia dalam reaksi dapat balik endotermis pada temperatur konstan Culp, 1979 Sistem Pemanas diklarifikasikan menjadi dua, yaitu : sistem suhu rendah dan suhu tinggi. Suhu rendah beroperasi dibawah suhu 150 o C dan biasanya merupakan penyimpanan panas sensibel dalam air, 9 batu, terak besi atau penyimpanan panas laten dalam es, garam glauber, lilin parafin, dan asam lemak Culp,1979. Kapasitas penyimpanan optimum tergantung pemakaian. Petunjuk kapasitas penyimpan yang sering digunakan untuk sistem penyimpan panas dalam air yaitu 0.05 – 0.1 m 3 m 2 luas kolektor Stoecker dan Jones, 1982. Tabel 1. Bahan – bahan untuk penyimpanan energi panas untuk penyimpanan panas sensibel Sumber : Archie W. Culp 1979

2.5. Teori Pengeringan