16 g.
Sebagai komponen penyalur energi panas baik yang berasal dari tungku maupun konsentrator digunakan pipa berukuran 1,25 inchi di cat hitam berfungsi sebagai heat
exchanger atau penukar panas di ruang pengering. h.
Kipas berjumlah 4 unit berdaya masing-masing 80 W digunakan untuk mendistribusikan udara panas didalam ruang pengering yang berasal dari pipa heat exchanger tersebut
dengan pola perpindahan panas terjadi secara crossflow. Penelitian ini lubang saluran kipas ditutup rapat dengan menggunakan bahan polyetilen sehingga tidak ada udara yang
dihembus.aliran udara pengering terjadi secara konveksi alami. i.
Lubang outlet
3.4. Rancangan Percobaan
3.4.1. Alur Proses Kerja Alat
Gambar 11 memperlihatkan secara skematik pengujian kinerja pada konsentrator, penukar panas, bak penampung, dan sub sistem tersebut secara integritas.
3.4.2. Skema pengujian
Enam jenis perlakuan, pada uji I dan II jenis perlakuannya sama seperti yang dijabarkan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Skema Pengujian Alat Katup
Pengujian I II
Uji Konsentrator III
Uji HE IV
Uji HE V
Uji Tangki VI VII
Uji Sistem A
√ √
√ x
√ B
√ √
x x
√ C
x x
√ x
x D
x √
√ x
√ E
√ x
x x
x
Keterangan : √ = Terbuka x = tertutup
Pengaturan alat pada tiap percobaan dengan melihat skema pengujian pada Gambar 11. tanpa menggunakan kipas dan tempat ditutup dengan penjelasan dibawah ini:
a. Pada pengujian I dan II dilakukan pada siang hari bertujuan menguji performansi
konsentrator surya tanpa melewati penukar panas dengan kondisi radiasi surya yang berbeda. Pada pengujian energi surya digunakan untuk meningkatkan suhu air pada
proses pengujian. Pemanfaatan energi surya yang ditangkap pada batang absorber kemudian diserap oleh air yang digunakan untuk memanaskan air. Air tersebut disirkulasi
menggunakan pompa melalui pipa dari konsentrator langsung ke tangki penampung tanpa masuk ke ruang pengering melalui pipa HE.
b. Pengujian III dan IV dilakukan pada malam hari bertujuan menguji performansi penukar
panas dengan melewati konsentrator dan tidak melaluinya. Pada pengujian III dilakukan dengan penambahan pemanas air berupa heater kemudian di aliran melewati absorber
diteruskan ke pipa penukar panas pada ruang pengering air kembali ke bak penampung. Pada pengujian IV air yang telah dipanaskan kemudian disirkulasi dengan menggunakan
pompa tanpa melalui pipa konsentrator menuju ruang pengering kembali ke bak penampung. Tujuannya untuk menguji performansi penukar panas.
17 c.
Perlakuan V menguji tangki penampung tak beraliran dengan cara memanaskan air pada suhu 62,4
o
C kemudian mendiamkan sampai suhunya tidak berubah lagi d.
Pada pengujian VI dan VII, dilakukan pada siang hari untuk menguji performansi sistem pengering dengan kondisi radiasi yang berbeda dengan mensirkulasi air dari tangki
menuju konsentrator dan dialirkan ke ruang pengeringan. Pada percobaan VI suhu air dirancang hangat suhu sekitar 40
o
C hasil pemanasan pengujian IV supaya dapat melihat perbedaan jika pada kondisi hangat pola kenaikan suhu air pada sistem ini dengan
mengikut sertakan konsentrator surya, heat exchanger, dan tangki penampung air. Sedang pada pengujian VII dilakukan dalam suhu air normal dengan penambahan heater pada
bak penapung. Pola sirkulasi air sama seperti pengujian VI.
Gambar 11. Skema Pengujian
3.5. Simulasi sistem konsentrator