37
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
KERAJAAN-KERAJAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat memahami Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dengan baik.
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerangkan Kerajaan Bercorak Hindu-Buddha di Indonesia 2. Menganalisis perkembangan sosial, politik pemerintahan, seni budaya
dan ekonomi kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha di Indonesia
C. URAIAN MATERI
Penemuan 7 buah prasasti Yupa dari Kutai di pinggir sungai Mahakam pada abad ke 4 Masehi dipandang sebagai tonggak penting dalam penulisan
sejarah Indonesia Indonesia kini. Hal ini dikarenakan untuk pertama kalinya sebuah wilayah di Indonesia terekam dalam sebuah sumber sejarah tertulis
berupa prasasti. Meskipun tidak menyebutkan angka tahun namun berdasarkan perbandingan huruf yang dipakai dalam hal ini pallawa maka dapat ditentukan
secara relatif usia prasasti tersebut, yaitu berkisar pada akhir abad ke IV M1. Penemuan ini sekaligus sebagai bukti bahwa pengaruh Hindu telah masuk
ke Indonesia berdasarkan beberapa bukti terkait, yaitu terdapat beberapa nama raja yang menggunakan gelar berbau India bukan lagi nama lokal, penyebutan
1Pertanggalan dalam prasasti dapat ditentukan baik secara absolut pasti maupun relatif kisaran. Penentuan secara absolut didapatkan dari uraian pertanggalan yang tercantum secara eksplisit
dalam teks prasasti tersebut. Beberapa prasasti hanya menyebutkan angka tahunnya saja, namun beberapa prasasti yang lain juga menyebutkan pertanggalan detil untuk bulan, minggu, hari dan
bahkan jam ketika prasasti tersebut dikeluarkan. Ahli epigrafi memiliki kemampuan untuk dapat mengkonversi pertanggalan dari saka ke masehi. Penentuan relatif dilakukan dengan dua cara
setelah tidak ditemukannya teks pertanggalannya. Cara yang pertama dengan melakukan perbandingan analogi dengan prasasti-prasasti yang sejaman dari segi bentuk huruf, gaya
pemahatan, formula prasasti maupun nama pejabat yang tertera. Cara yang lain adalah dengan melakukan uji kimia terhadap bahan dasar prasasti tersebut, biasanya menggunakan bahan karbon
C14. 7 buah prasasti
yūpa dari Kutai ini diketahui usia relatifnya setelah dilakukan perbandingan dengan beberapa prasasti berhuruf pallawa dari daerah India dan diduga kuat sejaman dengan
akhir abad IV Masehi.
38
Dewa A ńsuman yang dikenal dalam agama Hindu. Selain itu diberitakan pula
adanya upacara dengan menyebut tempat bernama Waprake wara yang dapat diidentikan sebagai tempat pemujaan terhadap Trimurti Soemadio, 1994.
Pengenalan beberapa unsur Hindu ini kemudian menjadi sebuah informasi penting bahwa agama dan kebudayaan Hindu sudah dikenal oleh masyarakat
pada kisaran awal abad masehi. Bagaimana dengan agama Buddha?, Selama ini para ahli berkeyakinan
bahwa agama Buddha pertama kali dikenal di Indonesia berdasarkan informasi dari prasasti Talang Tuo 684 M yang dikeluarkan oleh Dapunta Hyaŋ rī
Jayanāsa. Prasasti ini berisi pembuatan kebun rīksetra untuk kebaikan semua mahluk, dari doa-doa yang dituliskan dalam teks dikenali sebagai pujian dalam
agama Buddha Soemadio, 1994:56. Penemuan prasasti dari masa awal kerajaan rīwijaya ini dapat dipandang bahwa agama Buddha telah mulai
berkembang di Indonesia. Selain itu, penemuan gugusan percandian di utara
Karawang Jawa Barat telah memberikan arti penting mengenai penyebaran agama Buddha di Jawa yang dikenal sebagai situs percandian Batujaya2.
Gugusan bangunan kuil dan kemungkinan pula biara Budhis telah menambah suatu upaya baru penafsiran terhadap perkembangan agama Buddha. Gugusan
percandian yang sejaman dengan keberadaan kerajaan Tārumanāgara ini mungkin dapat menjadi landasan pemikiran bahwa agama Buddha juga telah
berkembang pada masa-masa awal abad masehi hampir bersamaan dengan agama Hindu.
Perkembangan selanjutnya memperlihatkan bahwa pengaruh Hindu- Buddha ini sangat dominan dan kuat sehingga memunculkan pula sistem-sistem
pemerintahan beserta bentuk kehidupan yang bercorak Hindu-Buddha. Tinggalan arkeologis dari masa ini begitu kayanya dan beberapa di antaranya
dapat dikategorikan sebagai masterpiece karya manusia di dunia. Lombard 2000 mengatakan bahwa tanah di Indonesia terutama di Jawa mengandung
dan masih akan terus mengeluarkan bukti-bukti warisan masa lampau yang
2Situs ini terletak kurang lebih 30 km arah utara Karawang di tepi Ci Tarum kurang lebih 7 km dari muaranya. Gugusan ini terhampar di dua desa dengan sekitar lebih dari 10 gugus percandian.
Telah dilakukan penggalian dan penelitian secara sistematis dan berkelanjutan oleh Puslitarkenas, EFEO dan Universitas Indonesia. Hasan Djafar dari Universitas Indonesia telah mengangkat situs
ini sebagai bahan disertasi doktornya. Berdasarkan beberapa penelitian diketahui bahwa gugusan ini berusia sangat panjang sejak awal abad ke VI hingga abad ke XII Masehi.