Aceh Darussalam Ternate dan Tidore
72
Berdasar pada sumber lisan maka penyebaran agama Islam di Maluku juga dilakukan oleh para mubaligh.
Sultan Marhum digantikan putranya yang bernama Zainal Abidin pada tahun 1495. Sultan Zainal Abidin sempat memperdalam agama Islam di Giri
Jawa Timur. Hal ini telah meningkatkan hubungan antara Jawa Giri, Gresik dengan Hitu Ambon. Pada masa kepemimpinan Sultan Zainal Abidin,
Portugis juga telah sampai di Maluku. Dengan berbagai siasat Portugis berhasil memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku, hal ini
menyebabkan kalangan rakyat Ternate menjadi tertekan. Sultan Ternate kemudian mengadakan perlawanan terhadap Portugis, perlawanan
berlangsung dipimpin oleh: 1. Sultan Zainal Abidin
2. Sultan Sirullah 3. Sultan Khairun
4. Sultan Baabullah Sultan Baabullah akhirnya berhasil mengusir Portugis dari Ternate,
tetapi belum berhasil mengusir Portugis dari seluruh kepulauan Maluku. Di Tidore raja yang pertama memeluk Islam adalah Kolano Cirililiati
yang diislamkan oleh seorang mubaligh Arab yang datang ke Tidore bernama Syech Mansyur Hamka, 1981:218. Setelah masuk Islam Kolano Cirililiati
berganti nama Sultan Jamaluddin. Sumber Portugis memberikan informasi bahwa Islam datang ke Tidore kurang lebih 30 tahun sebelum Ternate.
Informasi dari sumber Spanyol menyatakan bahwa ketika Spanyol sampai di Maluku, Islam telah ada di Tidore kurang 50 tahun sebelumnya. Sultan
Jamaluddin digant oleh putranya bernama Sultan Mansyur, tetapi perkembangan kerajaan Islam Tidore tidak banyak membantu Ternate untuk
melawan Portugis. Tidore dan Ternate pada abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-17 menjadi daerah konflik, baik antara penguasa lokal maupun
Kolonial Portugis, Spanyol, dan Belanda. Belanda akhirnya keluar sebagai pemenang.