20
2.2 ` Teori Signaling
Megginson 1997 dalam Rahmawati H 2007:31 menyatakan dalam kondisi asymmetric information, sangat sulit bagi investor untuk membedakan
antara perusahaan berkualitas dan yang tidak sehingga investor akan memberikan penilaian yang rendah bagi saham kedua perusahaan. Untuk mengatasi masalah
tersebut, perusahaan yang berkualitas dapat memberikan sinyal bagi investor untuk menunjukkan bahwa perusahaan tersebut berkualiatas baik. Sinyal yang
baik menurut Megginson 1997 dalam Sumarso 2003:242 harus memenuhi dua syarat yaitu sinyal tersebut harus dapat ditangkap oleh investor sehingga biaya
yang dikeluarkan tidak sia-sia dan sinyal tersebut sulit atau terlalu mahal untuk dapat ditiru oleh perusahaan yang berkualitas rendah.
Penggunaan sinyal positif secara efektif dapat mengurangi tingkat ketidakpastian, sehingga investor dapat membedakan kualitas perusahaan yang
baik dan buruk. Allen, Franklin dan Faulhaber 1989 dalam Sumarso 2003:243, menyatakan perusahaan yang berkualitas buruk tidak mudah untuk meniru
perusahaan yang baik dalam melakukan underpricing, hal ini disebabkan cash flow periode berikutnya akan mengungkapkan tipe perusahaan baik atau buruk.
Pada perusahaan yang buruk, cash flow yang tinggi pada periode berikutnya jarang terjadi, akibatnya revisi harga saham juga jarang terjadi. Dengan demikian
biaya untuk melakukan untuk melakukan underpricing akan semakin besar dengan perusahaan yang buruk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa underpricing
adalah sinyal yang sengaja diberikan oleh issuer untuk membedakan perusahaan yang baik dan yang buruk.
21
2.3 Underpricing
Menurut Suyatmin dan Sujadi 2006:12, underpricing terjadi jika penetuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah dibandingkan
dengan harga yang terjadi di pasar sekunder dihari pertama. Harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten
dengan underwriter penjamin emisi efek. Sebagai pihak yang membutuhkan dana, emiten menginginkan harga perdana yang tinggi.
Ukuran underpricing dalam penelitian ini digunakan Initial return dan bukan abnormal return karena underpricing hanya dilihat dari besarnya capital
gains yang dinikmati oleh pemodal dari hari pertama saham tersebut diperdagangkan dibursa tanpa dibandingkan dengan return pasar atau
memperhatikan perbedaan faktor risiko. Untuk mengukur variabel ini, peneliti menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Ardiansyah 2004:136 yaitu selisih
antara harga saham hari pertama penutupan closing price pada pasar sekunder dibagi dengan harga penawaran perdana offering price dikali 100. Secara
sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut: IR
100
1
X P
P
t t
=
Keterangan: IR = Return awal
P
to
= harga penawaran perdana P
t1
= Selisih harga penutupan closing price pada hari pertama perusahaan melakukan IPO
22
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tinngi rendahnya underpriced dari perusahaan-perusahaan yang
melakukan IPO pada tahun 2004-2007. Ada beberapa faktor yang dikemukakan dalam penelitian ini sebagai faktor yang berpengaruh, yaitu:
2.4 Reputasi Underwriter