BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diarahkan untuk mengembangkan seluruh ranah perkembangan anak, baik aspek nilai moral agama, fisik
motorik, bahasa, kognitif maupun sosial emosional. Kelima aspek perkembangan ini harus dikembangkan dan ditingkatkan secara seimbang dan berkesinambungan karena
pada dasarnya kelima aspek ini saling berhubungan satu sama lain. Anak usia 4-5 tahun merupakan rentang masa peka golden age. Anak-anak mulai
sensitif untuk menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensi mereka. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap
merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan yakni lingkungan pendidikan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan potensi
yang ada dalam diri anak. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara
optimal. Karena anak usia 4-5 tahun berada dalam rentang usia peka, maka seluruh aspek
pengetahuan anak perlu dikembangkan. Piaget dalam Khasanah.2013 mengatakan bahwa pengetahuan terdiri dari tiga jenis, yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logika
matematika dan pengetahuan sosial. Pengetahuan fisik merupakan jenis pengetahuan yang meliputi objek-objek di alam dan karakteristiknya, seperti warna, berat, ukuran,
tekstur dan segala sesuatu yang dapat diamati dan berkaitan dengan benda. Pengetahuan fisik disebut juga pengetahuan nyata. Hal ini berkaitan dengan benda-benda yang dapat
dilihat, diraba, disentuh, didengar, dan dirasa. Pengetahuan fisik adalah pengetahuan yang berkembang pada anak. Pengetahuan ini adalah pengetahuan dasar karena merupakan
pembentuk utama dari struktur mental yang mendasari bentuk-bentuk pengetahuan lain. Pengetahuan fisik berkembang melalui pengamatan anak dan interaksi anak dengan objek
dan lingkungan.
Sujiono 2005 menyatakan bahwa pengembangan pengetahuan fisik dalam mengenal konsep bentuk, ukuran dan warna memiliki beberapa indikator yang hendaknya dicapai
anak yaitu:1 Memilih benda menurut warna, bentuk dan ukuran, 2 Mencocokkan benda menurut warna, bentuk dan ukuran, 3 Membandingkan benda menurut ukurannya besar-
kecil, panjang-lebar, tinggi-rendah, 4 Mengukur benda secara sederhana, 5 Mengerti dan mengunakan bahasa ukuran seperti besar- kecil, tinggi-rendah, panjang-pendek dan
sebagainya, 6 Menciptakan bentuk dari kepingan geometri, 7 Mencontoh bentuk-bentuk geometri, 8 Menyebut, menunjukan dan mengelompokkan segi empat, 9 Menyusun
menara dari delapan kubus, 10 Mengenal ukuran panjang berat dan isi serta meniru pola dengan empat kubus. National Council of Teacher of Mathematics NCTM,2000, dalam
Carol Barbara. 2008 mengemukakan bahwa pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna merupakan standar anak memahami pengetahuan dasar matematika. Kegiatan
penggolongan klasifikasi, mengelompokan, dan membandingkan benda-benda yang serupa atau memiliki kesamaan merupakan salah satu proses penting untuk
mengembangkan konsep bilangan Berdasarkan pandangan tersebut, dapat dipahami bahwa selain pengetahuan yang
mendasar dalam pembentukan mental bagi pengetahuan lainnya, Kemampuan anak mengenal dan membedakan sesuatu objek berdasarkan bentuk, ukuran dan warna pun
dapat memberikan potensi berkembangnya kecerdasan logika matematika anak. Fakta yang ditemukan di lapangan pada waktu kegiatan PPL selama kurang lebih 6
bulan, peneliti menemukan anak-anak yang berusia 4-5 tahun memiliki kemampuan mengenal dan membedakan berbagai objek berdasarkan bentuk, ukuran dan warna masih
berada pada taraf yang sangat minim jika bertolak dari karakteristik perkembangan kognitif anak seusia mereka. Mereka mampu mengidentifikasi benda berdasarkan bentuk,
ukuran dan warna apabila mereka menjawab bersama teman lain hanya mengikuti teman lain tetapi ketika diberi kesempatan untuk menjawab sendiri anak-anak tertentu belum
mampu menjawabnya dengan benar. Dari anak berjumlah 13 orang, hanya sekitar 3 orang 23,07 yang mampu menjawab
dengan benar dan sekitar 10 orang anak 76,92 belum mampu mengenal dan membedakan bentuk, ukuran dan warna. Keadaan tersebut disebabkan oleh kurangnya
kreatifitas guru untuk menciptakan media pembelajaran yang menarik bagi anak. Guru hanya mengarahkan anak untuk bermain bebas di setiap sentra, dan bermain tanpa adanya
suatu pengawasan dalam bentuk keikutsertaan pada saat anak bermain agar guru dapat mengeksplor pemahaman anak tentang hal yang akan dikembangkan melalui pertanyaan-
pertanyaan eksplorasi. Selain itu, guru belum mampu memodifikasi media khususnya
media PlayDough untuk mengembangkan kemampuan anak mengenal bentuk, ukuran dan warna yang ternyata media PlayDough sangat dapat dikreasikan untuk memberikan
suatu pemahaman kepada anak. Pengenalan bentuk, ukuran dan warna dapat dilakukan melalui kegiatan bermain.
Dunia anak merupakan dunia bermain dan anak belajar melalui bermain, maka guru dapat memperkenalkan bentuk, ukuran dan warna kepada anak tanpa harus mencari-cari metode
pembelajaran yang menyusahkan bagi anak. Bermain merupakan media yang amat diperlukan untuk proses berpikir karena menunjang perkembangan intelektual melalui
pengalaman yang memperkaya cara berpikir anak-anak. Penyelidikan Vigotsky dalam Montolalu, 2008, membenarkan adanya hubungan erat antara bermain dengan
perkembangan kognitif. Bermain memberikan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, mengadakan penelitian, mengadakan percobaan untuk memperoleh
pengetahuan. Bermain juga membawa kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, mengadakan penelitian-penelitian, mengadakan percobaan dan menumbuhkan daya
imajinasi melalui kegiatan membentuk benda-benda seperti binatang sesuai imajinasi anak menggunakan tanah liat, PlayDough plastisin dan balok Montolalu, 2008.
Salah satu kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain yakni kemampuan mengenal benda berdasarkan bentuk, ukuran dan warna menggunakan
PlayDough. PlayDough merupakan salah satu media yang tepat untuk membantu anak mengenal dan
membedakan objek berdasarkan bentuk, ukuran dan warna. Melalui bermain playDough, anak membentuk berbagai objek dengan ukuran yang berbeda, anak dapat memanipulasi
berbagai bentuk geometris menggunakan adonan PlayDough, serta anak dapat mengenal jenis warna yang terdapat dalam adonan PlayDough tersebut. Dengan membentuk
berbagai objek berdasarkan bentuk, ukuran dan warna, anak dapat mengembangkan daya pikir yakni daya imajinasi yang melahirkan kreatifitas dari dalam diri anak. US
Departemen of Health and Human Services,2001 dalam Swartz,2005, mengemukakan bahwa melalui bermain PlayDough, anak dapat mengembangkan kemampuannya di
berbagai aspek seperti sosial emosional, bahasa, seni kreatifitas, dan kognitif matematika yang berkaitan dengan pengenalan benda berdasarkan bentuk, ukuran, dan warna.
Pengalaman dengan bermain PlayDough Plastisin memungkinkan anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi dengan cara yang bervariasi. Melalui bermain
PlayDough, anak dapat menunjukan dan meningkatkan minat serta kesadaran angka dan menghitung sebagai sarana untuk memecahkan masalah dan menentukan kuantitas. Anak
juga mulai menggunakan bahasa untuk membandingkan jumlah benda dengan istilah
seperti lebih, kurang, lebih besar, kurang dari dan sama dengan. Selain itu anak juga dapat mengembangkan kemampuan menggabungkan, memisahkan benda sesuai jumlah, dapat
membedakan benda yang memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda serta anak dapat membangun pemahaman tentang letak suatu benda seperti di atas, di bawah, di depan, di
belakang, di luar dan di dalam Swartz,2005. Dari ulasan di atas dapat menjembatani pikiran kita bahwa bermain PlayDough cukup urgen dalam mengembangkan kemampuan
anak mengenal konsep bentuk, ukuran dan warna. Dengan adanya fenomena yang terungkap serta memahami begitu bermanfaatnya
kegiatan bermain PlayDough bagi kemampuan anak mengenal bentuk, ukuran dan warna, maka peneliti terinspirasi untuk melakukan suatu
penelitian dengan judul “Pengenalan Bentuk, Ukuran dan Warna Melalui Bermain PlayDough Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK Kristen Dorkas Nunhila Kupang”.
1.2. Fokus Penelitian