Pembahasan Proses Pengenalan Warna
gayung, setengah gayung dan seterusnya pada saat mengukur air menggunakan gayung mainan dengan ukuran penuh atau setengah, mengukur pewarna
menggunakan sendok makan dengan ukuran setengah sendok, mengukur terigu dengan ukuran 7-8 gayung mainan, mengukur garam dengan ukuran setengah sendok
makan dan mengukur minyak dengan ukuran 1 tutup botol. Selain mengenal ukuran, anak belajar mengenal berbagai jenis warna hasil pencampuran warna-warna primer
merah, kuning dan biru sejak awal pencampuran warna pada adonan sampai dengan kegiatan membentuk menggunakan PlayDough yang telah jadi. Proses anak mengenal
bentuk geometri terjadi dalam proses anak membentuk menggunakan PlayDough dengan arahan guru untuk membuat bentuk-bentuk geometri dan benda-benda yang
disukai anak. Dalam kegiatan membentuk anak mengenal bentuk yang berbeda ukuran dan juga berbeda warna.
Perkembangan kognitif anak yang berkaitan dengan kemampuan mengenal bentuk, ukuran dan warna dapat dilihat dari hasil pengamatan dan wawancara yang
hasilnya dibandingkan dengan data dokumen catatan perkembangan anak memberikan suatu gambaran bahwa kemampuan anak mengenal, bentuk, ukuran dan
warna mengalami kemajuan yang cukup baik di mana anak dapat mencapai beberapa indikator yang ditentukan untuk menilai sejauh mana kemampuan anak mengenal
bentuk, ukuran dan warna melalui kegiatan bermain PlayDough. Beberapa indikator yang yang menjadi tolok ukur anak telah mengenal bentuk, ukuran dan warna secara
baik melalui proses bermain PlayDough yakni anak harus memiliki kemampuan menyebutkan, membedakan, mengelompokkan, memasangkan dan mengurutkan
benda berdasarkan bentuk, ukuran dan warna. Dari hasil pengamatan dan wawancara ditemukan bahwa anak telah mampu mengenal dengan baik dan jelas beberapa bentuk
seperti segi empat, persegi panjang, segi tiga, lingkaran, trapesium, jajar genjang dan belah ketupat. Selain itu anak telah mengenal lebih banyak bahasa-bahasa ukuran
seperti besar-sedang, kecil-sangat kecil, banyak-sedikit, sama-berbeda, berat-ringan, dan panjang-pendek serta mengenal berbagai jenis warna hasil pencampuran dari
beberapa warna seperti warna hijau dihasilkan dari pencampuran warna biru dan kuning, warna jingga tua dihasilkan dari pencampuran warna merah dan kuning dan
seterusnya. Dan yang menjadi hal penting bahwa anak belajar mengenal bentuk, ukuran dan warna melalui pengalaman langsung yang tentunya akan membekas dalam
pikiran dan memori mereka karena pengalaman langsung adalah guru terbaik bagi perkembangan kognitif anak.
Proses anak bermain PlayDough juga membantu anak mengembangkan kemampuan imajinasi dan kreatifitas mereka. Anak berimajinasi untuk menciptakan
berbagai bentuk yang diinginkan baik itu binatang, buah-buahan, rumah, orang maupun bentuk-bentuk yang sulit dimengerti oleh orang dewasa. Selain
mengembangkan daya imajinasi dan kreatifitas, melalui bermain PlayDough kemampuan motorik halus anak juga dengan sendirinya turut berkembang karena
anak menggunakan otot-otot halusnya untuk membentuk benda sesuai imajinasi mereka bahkan sejak awal proses pembuatan adonan PlayDough anak telah
menggerakkan otot halusnya seperti menyentuh tekstur tepung terigu, garan dan minyak dengan menggunakan jemarinya. Disamping itu, kosa kata anak turut
bertambah dengan adanya berbagai percakapan yang terjadi selama proses bermain serta proses wawancara di mana guru meminta anak untuk menjawab pertanyaan
dengan uraian singkat pengalaman anak yang berkaitan dengan bentuk, ukuran dan warna.
Apabila ditelaah lebih dalam, anak tidak hanya mengenal bentuk, ukuran dan warna secara fisiologis, tetapi anak mampu membangun suatu konsep dalam
pemikirannya tentang bentuk, ukuran dan warna. Inti dari hasil observasi ditemukan bahwa anak telah mampu mengenal bentuk segi tiga, segi empat, persegi panjang,
lingkaran dan belah ketupat, sedangkan trapesium dan jajar genjang belum mampu dikenal dengan baik. Selain mampu megidentifikasi kelima jenis bentuk tersebut
secara fisiologis, mindset anak telah terbentuk dimana anak akan membedakan bentuk lingkaran dengan segi tiga karena telah dibangun konsep dalam pemikirannya bahwa
lingkaran tidak memiliki sudut sedangkan segi tiga memiliki tiga buah sudut yang saling tegak lurus yang apabila di balik dalam berbagai posisi akan tetap berbentuk
segi tiga. Dengan konsep ini, apabila anak menemukan setiap benda yang tidak bersudut, maka dengan sendirinya pikiran anak akan tertuju pada bentuk lingkaran
dan demikian pula halnya apabila anak dihadapkan dengan suatu benda bersudut tiga maka pikiran anak akan membawanya kepada konsep segi tiga.
Tidak hanya bentuk lingkaran dan segi tiga, anak belajar tentang konsep persegi empat, persegi panjang dan belah ketupat. Pada bentuk pesegi empat,
ditanamkan suatu konsep bahwa persegi empat memiliki empat sisisudut yang sesuai dengan nama segi “empat”. Keempat sisi tesebut berukuran sama panjang dan lebar.
Pada bentuk persegi panjang, dibangun konsep bahwa persegi panjang memiliki kesamaan dalam jumlah sisinya tetapi berbeda dalam hal ukuran panjang dan lebar
atau ukurannya lebih panjang dari persegi empat karena sesuai dengan namanya yaitu persegi “panjang”. Pengenalan konsep bentuk belah ketupat disederhanakan agar anak
mampu memahami secara fisiologis namun tetap dalam taraf pemikiran yang logis, dimana konsep belah ketupat memiliki kemiripan bentuk dengan segi tiga, yang
membedakan adalah belah ketupat memiliki dua buah sudut yang saling berhadapan dengan posisi ke atas dan ke bawah yang apabila kedua sisi tersebut dilipat maka akan
berbentuk segi tiga. Dengan konsep ini, sesungguhnya aspek kognitif anak telah berkembang. Anak akan mampu mengidentifikasi setiap benda yang dilihatnya
apabila berbentuk seperti persegi panjang dan segi empat, maka proses review konsep persegi empat dan persegi panjang dalam kognisi mereka demikian pula dengan
bentuk belah ketupat, apabila anak melihat benda yang memiliki dua sudut yang saling berhadapan maka konsep belah ketupat akan muncul dalam pemikiran anak dan
langsung mengidentifikasi bahwa benda tersebut berbentuk belah ketupat. Hasil observasi pengenalan bentuk menunjukkan bahwa anak mengalami
kesulitan dalam mengenal bentuk trapesium dan jajar genjang. Hal ini dapat dipahami karena bentuk kedua geometri ini hampir sama.
Dengan hasil observasi ini, guru berusaha untuk menumbuhkan konsep bentuk trapesium dan jajar genjang dalam kognisi anak. Penanaman konsep ini dilakukan
melalui proses tanya jawab wawancara intensif agar pemikiran anak terarah pada dua bentuk geometri tersebut. Dalam proses wawancara, ditumbuhkan konsep bahwa
trapesium memiliki posisi sisi kiri dan kanan yang saling berhadapan serta berlawaman posisi kemiringan dimana sisi kiri miring ke kiri dan sisi kanan miring
ke kanan, sedangkan untuk bentuk jajar genjang dibangun suatu konsep bahwa bentuk ini memiliki posisi kedua sisi yang saling berhadapan yang sama-sama miring
ke kiri dengan dua buah sisi atas dan bawah yang saling berhadapan dengan sisi atas lebih memanjang ke kanan dan sisi bawah lebih memanjang ke kiri. Penanaman
konsep ini secara berulang-ulang akan menumbuhkan suatu pemikiran yang konsisten tentang kedua bentuk trapesium dan jajar genjang apabila anak dihadapkan pada
benda yang memiliki kesamaan bentuk meskipun memiliki ukuran yang lebih besar atau pun lebih kecil.
Berkaitan dengan kemampuan mengenal ukuran, konsep anak tentang ukuran kini berkembang tidak sebatas mengenal ukuran besar-kecil, panjang-pendek tetapi
lebih mengenal ukuran yang lebih kompleks. Anak belajar menanamkan konsep
ukuran dalam pikiran mereka pada saat proses pembuatan dengan cara membandingkan dan melakukan pengukuran sederhana. “Anak membandingkan
ukuran pewarna dengan air pada takaran yang berbeda, membandingkan ukuran terigu dan garan serta minyak”, aktifitas ini menunjukkan bahwa konsep anak tentang
ukuran banyak-sedikit, telah dibentuk bahwa sesuatu dikatakan berukuran banyak ataupun sedikit dapat dilihat dari jumlah atau takarannya menggunakan alat ukur yang
tertentu sendok dan gayung mainan. Proses mengenal ukuran lebih spesifik terjadi pada saat anak membentuk
benda menggunakan PlayDough. Anak dapat mengenal ukuran dengan melakukan pembandingan dan pengukuran sederhana. Anak mengenal konsep berat dan ringan
terbentuk pada saat anak menimbang bentuk bola yang besar dan kecil dengan masing-masing di sebelah tangan kiri dan kanan. Yang lebih besar dirasakan lebih
berat sedangkan yang kecil dirasakan lebih ringan. Kegiatan ini menumbuhkan konsep berat-ringan dalam kognisi anak dimana benda yang berat memiliki
masaukuran yang besar. Konsep ukuran lainnya mengenai panjang-pendek, lebar- sempit, tebal-tipis juga terbentuk dalam pemikiran anak pada saat anak melakukan
pengukuran dan pembandingan baik pada waktu diobservasi maupun pada saat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru yang berkaitan dengan ukuran-ukuran sebuah
benda ataupun bentuk geometri. Pada saat menjawab pertanyaan, anak berusaha memutar kembali memori pikiran mereka tentang konsep ukuran tertentu yang
mereka pahami dan dituangkan kedalam jawaban bahasa ukuran yang benar. Seperti yang telah diketahui bahwa anak mengenal warna terjadi pada proses
awal pembuatan PlayDough sampai dengan kegiatan membentuk geometri atau benda tertentu menggunakan PlayDough. Penanaman konsep warna lebih terlihat jelas pada
saat anak melakukan kegiatan pencampuran warna-warna primer untuk menghasilkan warna-warna sekunder maupun tersier bahkan netral. Anak tidak hanya mengenal
jenis warna tertentu, tetapi konsep anak tentang warna sudah jauh berkembang tidak hanya sebatas ciri fisik yang dilihat oleh panca indera, tetapi anak mengetahui dengan
jelas dari mana warna tersebut berasal atau lebih tepatnya warna yang dikenal merupakan hasil pencampuran dari warna-warna tertentu secara pasti. Melalui
kegiatan pencampuran warna pada adonan PlayDough, anak mengetahui bahwa warna merah, biru dan kuning merupakan warna dasar atau primer yang apabila
dicampurakan akan menghasilkan warna-warna yang berbeda yang mungkin sudah pernah dilihat tetapi belum mengetahui dari mana warna itu berasal. Warna hijau
dihasilkan dari pencampuran warna biru dan kuning, warna ungu dihasilkan dari pencampuran warna merah dan biru, warna jingga tua dihasilkan dari pencampuran
warna merah dan kuning, dan beberapa warna lainnya meskipun belum diingat anak secara benar tetapi setidaknya konsep anak tentang beberapa warna tersebut telah
terbentuk dengan baik dalam pemikiran mereka. Dari keseluruhan penjelasan temuan hasil observasi dan wawancara diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa proses pengenalan bentuk, ukuran dan warna melalui bermain PlayDough dapat memberikan kontribusi penting bagi perkembangan
kognitif anak yakni kemampuan mengenal bentuk, ukuran dan warna. Selain itu, melalui bermain PlayDough daya konsentrasi, minat, ketekunan dan rasa ingin tahu
anak terus berkembang melalui pengalaman langsung yang dialami oleh anak, juga kemampuan motorik dan bahasa anak turut berkembang selama proses bermain
PlayDough. Dan pada akhirnya anak mampu mencapai indikator perkembangan kognitifnya yakni mampu mengenal bentuk, ukuran dan warna secara jelas dan benar.
Hal menarik yang diperoleh melalui observasi bahwa selain dapat mencapai indikator dalam mengenal bentuk, ukuan dan warna; anak sangat menyadari bahwa
mereka mendapatkan suatu pengalaman baru yang belum pernah mereka alami yakni membuat media PlayDough sendiri dari bahan-bahan yang mereka kenal dalam
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan yang awalnya masih minim bahwa media PlayDough yang mereka mainkan dan disukai itu hanya dapat dibeli dari toko
ternyata dapat mereka ciptakan sendiri dengan bahan-bahan sederhana. Hal ini didasari pada berbagai ungkapan perasaan dan pertanyaan anak yang penuh dengan
rasa mengherankan, ketidakpercayaan dan keigintahuan seperti “apakah bisa? Bagaimana caranya? Bagaimana kalau tidak jadi? Dan seterusnya “. Selain
mendapatkan pengalaman baru anak-anak sangat tertantang dan menikmati proses bermain ini yang dibuktikan lewat sikap antusias anak yang tidak ingin beranjak dari
kelompok bermain mereka apabila dibandingkan dengan kegiatan sehari-hari mereka cepat merasa bosan dan tidak betah dalam kelompok bermain mereka.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN