Ada dua jenis desain penelitian berdasarkan baik buruknya eksperimen dan sempurna tidaknya eksperimen, yaitu pre experimental design dan true
experimental design Campbell Stanley dalam Arikunto, 1997:77. Dalam penelitian ini jenis eksperimennya adalah pre experimental
eksperimen tidak sebenarnya. Eksperimen ini sering disebut juga dengan istilah quasi experiment atau eksperimen pura-pura. Peneliti mengunakan jenis
penelitian pre experimental karena dalam penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol. Ada tiga jenis design yang dimasukkan dalam kategori pre
experimental design yaitu one shot case study, pre test and post test, dan state group comparison. Dilihat dari ketiga kategori di atas dalam penelitian ini
menggunakan pre test and post test design. Dalam penelitian ini perlakuan yang akan diberikan adalah bimbingan
kelompok dengan teknik peer group pada kelompok eksperimen. Untuk dapat mengetahui keefektivan dari bimbingan kelompok dengan teknik peer group
tersebut adalah dengan cara membandingkan antara hasil pre test dan post test yang telah diberikan kepada kelompok eksperimen.
B. Populasi, Sampel dan Tenik Sampling
1. Populasi
Sebelum mengadakan penelitian terlebih dahulu harus menentukan siapa yang akan menjadi subjek penelitian. Suharsimi Arikunto 2002:115
memberikan batasan mengenai populasi yaitu keseluruhan subyek penelitian.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas III di SMP Mardisiswa 1 Semarang yang berjumlah
195 siswa yang mempunyai karakteristik yang homogen yaitu dari segi
usia, mereka tergolong dalam usia remaja, dari segi pendidikan mereka sama-sama duduk di kelas tiga, dan dari segi pengembangan dirinya
mereka sedang berada pada masa transisi yang cenderung mengalami permasalahan yang berkaitan dengan masalah sosial yaitu terkait dengan
pengembangan konsep dirinya.
2. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. Siswa yang akan dijadikan sampel diambil dengan mengukur
konsep dirinya dengan skala konsep diri. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak satu kelas yang terdiri atas 40 siswa.
Sampel yang diambil adalah siswa kelas III. Diambilnya siswa kelas III karena mereka sudah matang dalam perkembangan dirinya sebagai usia
remaja dan mempunyai sikap yang sudah terbentuk yang nantinya akan digunakan pada perkembangan kehidupan yang lebih dewasa. Jadi kelas
III dianggap paling ideal untuk dijadikan sampel. Siswa kelas I dan kelas II kurang cocok dijadikan sebagai sampel
karena siswa kelas I sedang dalam proses penyesuaian dirinya dengan lingkungan sekolah, sedangkan siswa kelas II sedang berada pada tahap
perkembangan transisi dan kritis sehingga mereka juga masih cenderung sedang dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah teknik cluster sampling. Teknik cluster sampling yaitu pemilihan sampel-sampel
penyelidikan berdasarkan atas cluster-cluster rumpun-rumpun. Hadi, 1998:229. Sampel yang akan diambil adalah siswa kelas III yang diambil
satu kelas dengan pertimbangan dan tujuan tertentu, yaitu kelas yang mempunyai sikap dan perilaku yang mencerminkan konsep diri yang
paling rendah dari kelas yang lain. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik one stage cluster
sampling atau cluster sampling sederhana. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengambilan sampel adalah:
1. Menentukan PSU atau Primari Sampling Unit Kelompok pertama
yang terbentuk 2.
Dari PSU tersebut kemudian ditarik sebuah sampel dengan pertimbangan dan tujuan tertentu, yaitu kelas yang diduga mempunyai
konsep diri yang rendah dan negatif. Kelas yang dijadikan sampel yaitu kelas III A yang berjumlah 40
orang siswa. Alasan penelitian ini mengambil sampel di kelas III A di SMP Mardisiswa 1 Semarang karena menurut pengamatan guru
pembimbing dan wali kelas di sekolah tersebut, sejak dari kelas VIII kelas ini merupakan kelas yang siswa-siswanya cenderung mengalami
permasalahan dalam sikap dan perilakunya, serta sulit untuk bersaing secara positif dalam prestasinya.
Hal tersebut disebabkan karena masih adanya sikap malas-malasan, masa bodoh, tidak peduli terhadap dirinya sebagai siswa, dan kurang
adanya motivasi pada diri siswa dalam proses belajarnya di sekolah. Di samping itu latar belakang mereka rata-rata berasal dari keluarga yang
broken home, sehingga mereka sangat kurang akan kepedulian, dukungan dan perhatian dari keluarganya.
C. Variabel Penelitian