12. Responden 14 : Agus Yuli
Pertemuan Ke Gejala Konsep Diri Negatif yang
Muncul 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Sulit bersikap hangat akrab
√ √ - - - - - - - -
2. Pesimis terhadap kompetisi
√ √ √ √ √ √ √ - - -
3. Merasa dirinya tidak bermanfaat
√ √ √ √ √ √ √ √ √ -
4. Sulit memahami kelemahan dan
kelebihan diri
√ √ √ √ √ - - - - -
5. Tidak yakin tidak mempunyai
pendirian yang kuat
√ √ - - - - - - - -
6. Sulit mengutarakan aspirasi
pendapat komentar
√ √ √ - - - - - - -
7. Merasa malu-malu minder
√ √
Keterangan : Gejala konsep diri negatif yang muncul pada responden 14 Agus
Yuli ada 7 indikator, dan rata-rata indikator konsep diri negatif tersebut sudah tidak muncul pada pertemuan ke 5. Akan tetapi ada satu indikator yang masih
muncul sampai dengan pertemuan ke 7 dan 9 yaitu pada indikator pesimis terhadap kompetisi dan perasaan kebermanfaatan. Hal ini disebabkan karena
siswa tersebut pada dasarnya mempunyai sifat yang egois, introvert dan kurang bisa menyesuaikan diri secara baik. Walaupun demikian hal ini
menunjukkan adanya peningkatan ke arah konsep diri yang positif.
13. Responden 15 : Danang Dwi A
Pertemuan Ke Gejala Konsep Diri Negatif yang
Muncul 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Sulit bersikap hangat akrab
√ √ √ √ √ - - - - -
2. Pesimis terhadap kompetisi
√ √ √ √ - - - - - -
3. Merasa dirinya tidak bermanfaat
√ √ √ √ - - - - - -
4. Sulit memahami kelemahan dan
kelebihan diri
√ √ √ √ - - - - - -
5. Tidak yakin tidak mempunyai
pendirian yang kuat
√ √ - - - - - - - -
6. Sulit mengutarakan aspirasi
pendapat komentar
√ √ - - - - - - - -
Keterangan : Gejala konsep diri negatif yang muncul pada responden 15 Danang
Dwi A ada 6 indikator, dan rata-rata indikator konsep diri negatif tersebut sudah tidak muncul pada pertemuan ke 5. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan konsep diri yang positif. Dari deskripsi di atas menunjukkan bahwa dari setiap siswa pada
setiap pertemuan mengalami pengurangan dan penurunan pada gejala konsep diri negatif. Pada setiap pertemuan mengalami peningkatan dalam sikap dan
perilaku yang mengarah pada pengembangan konsep diri yang positif. Sehingga dengan demikian adanya kegiatan bimbingan kelompok dengan
teknik peer group mengakibatkan berkurangnya gejala konsep diri negatif yang dimunculkan oleh siswa dan meningkatnya gejala ke arah konsep diri
yang positif. Selain itu untuk bisa melihat efektivan layanan bimbingan kelompok
dengan teknik peer group dalam meningkatkan konsep diri siswa juga digunakan analisis Wilcoxon, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 12. Rekapitulasi Uji Wilcoxon
Z
hitung
Z
tabel
pada α = 5
3,18 1,96 Z
hitung = 3,18
Z
tabel = 1,96
Berdasarkan tabel analisis Wilcoxon di atas, diperoleh Z
hitung
sebesar 3,18, sedangkan apabila dilihat pada Z
tabel
dengan taraf signifikansi 5 dan N = 13 didapat Z
tabel
sebesar 1,96. Jadi di sini nilai Z
hitung
Z
tabel
, sehingga bisa dikatakan bahwa ada perbedaan antara konsep diri siswa sebelum
mendapatkan layanan dengan sesudah mendapatkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik peer group.
Dengan demikian bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa “Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Peer Group Efektif Dalam
Meningkatkan Konsep Diri Siswa Kelas III A Di SMP Mardisiswa 1 Semarang”, diterima.
D. Pembahasan Hasil Penelitian