Analisis Kesalahan Berbahasa KAJIAN TEORI
d. Kekhilafan
Kata ini merupakan proses psikologis, dalam hal ini menandai seseorang khilaf dalam menerapkan teori atau norma bahasa yang telah diketahuinya.
Kekhilafan dapat diartikan kekeliruan yang memungkinkan salah ucap dan salah susun karena kurang cermat.
2.
Penyebab Kesalahan Berbahasa
Penyebab kesalahan berbahasa terdapat pada orang yang menggunakan bahasa bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakannya. Menurut Setyawati
2010: 15 ada tiga kemungkinan seseorang dapat salah dalam berbahasa, sebagai berikut.
a. Penutur terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya. Hal ini dapat
diartikan bahwa kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi bahasa ibu atau bahasa pertama B1 terhadap bahasa kedua B2 yang sedang dipelajari si
pembelajar siswa. Dengan kata lain sumber kesalahan terletak pada perbedaan sistem linguistik B1 dengan sistem linguistik B2.
b. Pemakai bahasa kurangpaham terhadap bahasa yang dipakainya. Kesalahan
yang merefleksikan ciri-ciri umum kaidah bahasa yang dipelajari. Dengan kata lain, keliru menerapkan kaidah bahasa. Misalnya: kesalahan generalisasi,
aplikasi kaidah bahasa yang tidak sempurna, dan kegagalan mempelajari kondisi penerapan kaidah bahasa. Kesalahan seperti ini sering disebut dengan
istilah kesalahan intrabahasa intralingual error. Kesalahan ini disebabkan oleh: a penyamarataan berlebihan, b ketidaktahuan pembatasan kaidah, c
penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan d salah menghipotesiskan konsep.
c. Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Hal ini berkaitan
dengan bahan yang diajarkan atau dilatihkan dan cara pelaksanaan pengajaran. Bahan pengajaran menyangkut masalah sumber, pemilihan, penyusunan,
pengurutan, dan penekanan. Cara pengajaran menyangkut masalah pemilihan teknik penyajian, langkah-langkah dan urutan penyajian, intensitas dan
kesinambungan pengajaran, dan alat-alat bantu dalam pengajaran.
3.
Klasifikasi Analisis Berbahasa
Menurut Tarigan 1997: 48-49, kesalahan berbahasa dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan
menjadi: kesalahan berbahasa di bidang fonologi, morfologi, sintaksis frasa, klausa, kalimat, semantik, dan wacana.
b. Berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa dapat
diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
c. Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud
kesalahan berbahasa secara lisan dan secara tertulis. Berdasarkan penyebab kesalahan tersebut terjadi dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa
karena pengajaran dan kesalahan berbahasa karena interferensi.
d. Kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan
atas kesalahan berbahasa yang paling sering, sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi.
4.
Konstruksi Sintaksis
Ilmu bahasa memiliki beberapa cabang yang mengkaji permasalahan yang terkait dengan unsur-unsur bahasa, salah satu cabang ilmu tersebut adalah
sintaksis. Suhardi 2013: 15 menjelaskan bahwa sintaksis merupakan cabang ilmu bahasa yang membahas seluk-beluk konstruksi sintaksis berupa frasa, klausa,
dan kalimat. Selain itu, Verhaar 2012: 161 menyatakan bahwa sintaksis merupakan ilmu yang membahas hubungan antar-kata dalam tuturan. Oleh karena
itu, unsur minimal dalam sebuah konstruksi sintaksis adalah kata atau bentuk bebas. Dengan kata lain, kata dapat dibedakan berdasarkan kategori sintaksisnya
atau kelas kata. Dalam bahasa Indonesia memilki empat kategori utama, yaitu verba kata kerja, nomina kata benda, adjektiva kata sifat, dan adverbia kata
keterangan ada juga kata tugas preposisi, konjungtor, dan partikel. Objek kajian konstruksi sintaksis adalah hal-hal terkait frasa, klausa, dan kalimat.
a. Frasa
Verhaar 2012: 291 menyatakan bahwa frasa merupakan kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang. Sebagai
contoh: {Secara {lebih mendalam}} kita {akan membahas} {kemampuan {menilai
{prestasi belajar}}} {untuk {kepentingan {pengajaran {yang lebih baik}}}.
Frasa-frasa yang terdapat dalam kalimat diapit antara kurung kurawal, akan tetapi terdapat juga “frasa terkandung”, yang artinya frasa di dalam frasa.
Selain itu, Suhardi 2013: 34 menyatakan bahwa frasa merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang beranggotakan dua kata atau lebih dan tidak
bersifat predikatif. Oka dan Suparno dalam Suhardi 2013: 36 menyebutkan bahwa frasa-frasa yang berpotensi sebagai frasa endosentris adalah frasa nominal
frasa benda, frasa verbal frasa kerja, frasa adjektival frasa sifat, dan frasa numeralia frasa bilangan. Selain itu, frasa-frasa yang berpotensi sebagai frasa
eksosentrik adalah frasa preposisional frasa depan dan frasa artikel frasa sandang. Alwi dkk 2003: 243 menyebutkan contoh-contoh frasa tersebut
sebagai berikut: 1
Frasa Nominal Frasa Benda 1
baju merah 2
dua baju 3
rumah mewah saya 4
baju merah iniitu 2
Frasa Verbal Frasa Kerja 5 akan pergi Kelompok kata yang dapat berfungsi sebagai pewatas adalah
akan, harus, dapat bisa, boleh, suka, ingin, mau, tidak, dan belum.
6 berlatih setiap pagi 3
Frasa Adjektival Frasa Sifat 7 anak kecil
8 Ia berhasil dengan baik. 9 sangat kuat
10 paling besar 4
Frasa Numeralia Frasa Bilangan 11 dua ekor kerbau
12 lima orang penjahat 13 tiga buah rumah
5 Frasa Preposisional Frasa Depan
14 dari rumah kata dasar di, ke, dari, pada dan kata berafiks selama, sepanjang, dan mengenai
15 menurut rencana menambah afiks pada bentuk dasar kelas kata verba, adjektiva, atau nomina.
16 kepada guru 6
Frasa Artikel Frasa Sandang Frasa artikel merupakan frasa yang bersifat gelar, mengacu pada makna
kelompok, dan yang menominalkan Alwi, 2003: 304-306. 17 yang mencipta
18 sang juara 19 para guru
20 si pengirim
b. Klausa
Klausa menurut Alwi, dkk. 2003: 312 adalah satuan sintaksis yang terdiri dari dua kata atau lebih, yang mengandung unsur predikasi. Klausa merupakan
bagian dari kalimat. Dilihat dari segi struktur internalnya, kalimat dan klausa keduanya terdiri dari unsur predikat dan subjek, dengan atau tanpa objek,
pelengkap, atau keterangan. Contohnya : 1
Dia pergi pukul 06.00, ketika saya sedang mandi Klausa utama atau induk kalimat Dia pergi pukul 06.00
Klausa subordinatif atau anak kalimat ketika saya sedang mandi Suhardi 2013: 42 menyatakan bahwa klausa adalah salah bentuk
konstruksi sintaksis yang salah satu unsur pembentuknya berfungsi sebagai predikat P. Predikat dalam konstruksi sintaksis merupakan sentral dari fungsi-
fungsi sintaksis lain yang terkandung di dalamnya. Klausa diidentifikasikan berdasarkan kriteria tertentu, yaitu 1 kelengkapan unsur intinya, 2 struktur
internalnya, 3 ada tidaknya unsur negasi pada unsur pengisi P, 4 kategori unsur yang menduduki fungsi P, dan 5 distribusi unsur-unsur pembentuknya.
Berikut penjelasan dari kriteria klausa, sebagai berikut. 1
Kelengkapan unsur intinya Berdasarkan kelengkapan unsur ini terdapat dua jenis klausa yakni klausa
lengkap dan klausa tidak lengkap. Contoh : 2 Santi sedang memasak.
Klausa Lengkap S
P
3 Lima ekor. Sebagai jawaban atas pertanyaan “jumlah
P sapimu berapa?” Klausa tidak lengkap
2 Struktur internalnya
Berdasarkan unsur internalnya merujuk pada bentuk klausa lengkap, yakni klausa yang unsur-unsurnya minimal terdiri atas unsur yang berfungsi sebagai S
dan P. 3 adik saya akan pergi berstruktur runtut S-P
4 akan pergi adik saya berstruktur inversi P-S 3
Ada tidaknya unsur negasi pada unsur pengisi P Berdasarkan ada tidaknya unsur negasi pada unsur pengisi P, yakni klasua
positif dan klausa negatif. Kata negasi yang bisa digunakan, anatar lain tidak, tak, tiada, bukan, non, dan jangan. Contohnya :
5 dia akan bekerja
Klausa psitif 6
dia tidak akan bekerja Klausa negatif
4 Unsur pengisi P
Berdasarkan unsur pengisi P, klausa dikelompokkan menjadi dua, yakni klausa kerja verbal, dan klausa nonkerja nonverbal. Contohnya :
7 mereka akan berangkat besok klausa kerjaverbal 8 ruangannya sangat kotor
klausa nonverbal: sifatadjektival 5
Distribusi unsur-unsur pembentuknya Berdasarkan distribusi unsur-unsur pembentuknya, klausa dikelompokkan
menjadi dua, yakni klausa bebas klausa yang mampu berdiri sendiri sebagai
kalimat sempurna dan klausa terikat klausa tidak berdiri sebagai kalimat sempurna, terikat dari konstruksi lain. Contohnya :
9 mereka akan bekerja klausa bebas
10 jika terlambat datang, ... klausa terikat
c. Kalimat
Kalimat sendiri menurut Chaer 2006: 327 merupakan satuan bahasa yang berisi suatu “pikiran” atau “amanat” yang lengkap terdapat unsur atau bagian
yang menjadi pokok pembicaraan Subjek, bagian yang menjadi “komentar”
tentang subjek Predikat, bagian yang merupakan pelengkap dari predikat
Objek, dan bagian yang merupakan “penjelasan” terhadap predikat dan subjek Keterangan. Alwi, dkk. 2003: 311 menyatakan bahwa kalimat merupakan
satuan bahasa terkecil, yang berwujud lisan atau tulis dan mengungkapkan pikiran yang utuh. Selain itu, Badudu 1995: 185 menyatakan bahwa kalimat tersusun
dari kata-kata, frasa, atau klausa. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang terdiri atas satu klausa unsur kalimat, yaitu kata dan frasa.
Contoh : 1 Saya sakit. dua kata 2 Saya sakit keras. kata saya dan frasa sakit keras
3 Adik saya sakit keras. dua frasa: adik saya dan sakit keras Kalimat memiliki unsur-unsur, yaitu predikat, subjek, objek, pelengkap,
keterangan, dan interpretasi ganda Alwi, dkk., 2003: 326-333. Berikut ini penjelasan masing-masing unsur kalimat, sebagai berikut:
1 Fungsi Predikat
Predikat sebuah kalimat biasanya berupa frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia, atau frasa preposisional. Berikut contohnya.
4 Ayahnya guru Bahasa Inggris P=FN 2
Fungsi Subjek Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal, atau klausa.
Terdapat pada contoh berikut. 5 Anak itu belum makan. frasa verbal
3 Fungsi Objek
Objek dituntut kehadirannya oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya setelah predikat. Verba transitif biasanya ditandai oleh
kehadiran afiks tertentu. Contohnya sebagai berikut : 6 Adi mengunjungi Pak Ali.
7 Adi mengunjunginya. 8 saya ingin menemui kamu.
4 Fungsi Pelengkap
Menurut Alwi 2003: 329 berikut ini perbedaan dan persamaan dari objek dan pelengkap.
Tabel 1: Perbedaan dan Persamaan Objek dan Pelengkap
Objek Pelengkap
Berwujud frasa nominal dan klausa Berwujud frasa nominal, frasa
verbal, frasa
adjektifal, frasa
preposisional, atau klausa Berada
langsung di
belakang predikat
Berada langsung
di belakang
predikat jika tak ada objek dan di belakang objek kalau unsur ini hadir
Menjadi subjek akibat pemasifan kalimat
Tak dapat menjadi subjek dalam pemasifan kalimat
Dapat diganti dengan pronomina –
nya Tidak dapat diganti dengan
–nya kecuali dalam kombinasi preposisi
selain di, ke, dari, dan akan. Contoh :
9 Dia mendagangkan barang-barang elektronik di Glodok. O
10 Dia berdagang barang-barang elektronik di Glodok. Pel
5 Fungsi Keterangan
Keterangan dapat berada di akhir, di awal, dan di tengah kalimat. Kosntituen keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional, frasa
adverbial, atau klausa. Sebagai contoh. 11 Dia memotong rambutnya dengan gunting.
12 Dia memotong rambutnya sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah. Menurut Alwi dkk 2003: 331, berikut ini daftar beberapa jenis
keterangan dalam tata bahasa, sebagai berikut.
Tabel 2: Jenis Keterangan
Jenis Keterangan Preposisipenghubung
Contoh
1. Tempat di
ke dari
di dalam Pada
di kamar ke Medan
dari Manado di dalam rumah
pada saya
2. Waktu -
pada dalam
se- sebelum
sesudah selama
sepanjang kemarin, sekarang
pada hari ini dalam minggu ini
sepulang dari kantor sebelum pergi
sesudah pukul 12.00 selama dua minggu
sepanjang hari
3. Alat dengan
dengan gunting 4. Tujuan
agarsupaya untuk
bagi demi
agarsupaya kamu pintar untuk kebebasan
bagi masa depan demi sahabatnya
5. Cara dengan
secara dengan cara
dengan jalan dengan diam-diam
secara hati-hati dengan cara damai
dengan jalan berunding
6. Penyerta dengan
bersama beserta
dengan adiknya bersama orang tuanya
beserta sahabatnya
7. Perbandingan Kemiripan
Seperti bagaikan
laksana seperti angin
bagaikan puteri laksana bintang di langit
8. Sebab Karena
sebab karena perempuan itu
sebab kekeliruannya 9. Kesalingan
- saling membenci, satu
sama lain 6
Interpretasi Ganda Konstruksi kalimat dalam bahasa Indonesia memiliki fungsi konstituen
yang tafsirannya berbeda, yaitu kalimat yang predikatnya berupa frasa preposisional dan kalimat yang subjeknya berupa frasa verbal. Sebagai contoh
frasa preposisional sebagai predikat.
13 Ibu ke pasar.
14 Ibu pergi ke pasar.
Frasa Ke pasar pada kedua kalimat tersebut memilki kedudukan yang berbeda. Frasa pada kalimat pertama menduduki posisi predikat kalimat apabila
Ibu diperlakukan sebagai subjek kalimat. Frasa ke pasar kalimat kedua berfungsi sebagai katerangan. Sebagai contoh dari frasa verbal sebagai subjek, yaitu:
15 Membangun gedung bertingkat mahal sekali.
Subjek Predikat
16 Biaya membangun gedung bertingkat mahal sekali.
Pel Perbedaan kedua frasa yang berhuruf miring tersebut adalah pada kalimat
15 berfungsi sebagai subjek. Akan tetapi, pada kalimat 16 berfungsi sebagai pelengkap karena nomina biaya yang mengalami pelesapan.
7 Jenis Kalimat
Jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut a jumlah klausanya, b bentuk sintaksisnya, c kelengkapan unsurnya, dan d susunan subjek dan predikatnya
Alwi, dkk, 2003: 336-337. Berdaarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal sendiri dapat
dibedakan lagi berdasarkan kategori predikatnya, menjadi 1 kalimat berpredikat verbal, 2 kalimat berpredikat adjektival, 3 kalimat berpredikat nominal
termasuk pronominal, 4 kalimat berpredikat numeral, dan 5 kalimat berpredikat frasa preposisional.
Kalimat verbal sendiri dapat dikelompokkan berdasarkan kemungkinan kehadiran nomina atau frasa nominal objeknya, yaitu i kalimat taktransitif, ii
kalimat ekatransitif, dan iii kalimat dwitransitif. Kalimat majemuk dapat dibagi menjadi kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Berdasarkan
bentuk atau kategori sintaksisnya, kalimat lazim dibagi menjadi kalimat deklaratif kalimat berita, kalimat interogatif kalimat tanya, kalimat imperatif kalimat
perintah, dan kalimat ekslamatif kalimat seruan. Dilihat dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dapat dibedakan menjadi
kalimat lengkap major dan kalimat taklengkap minor. Selanjutnya, kalimat dari susunan unsur subjek dan predikatnya dapat dibedakan menjadi kalimat biasa
dan kalimat inversi. Menurut Alwi dkk 2003: 337 berbagai jenis kalimat yang telah dijelaskan tersebut dapat dirangkum pada tabel 3 berikut.
Tabel 3: Jenis Kalimat
Kalim at
Jumlah Klausa
Bentuk Predikat
Susun- an P-S
Keleng- kapan
Unsur Ver-
bal Adjek-
tival Nomi-
nal Nume-
ral Prepo-
sisional Tung-
gal Deklaratif
Interogatif Imperatif
Ekslamatif +
+ +
- +
+ +
+ +
+ +
- +
+ -
+ +
+ +
- +
+ +
++ +
+ +
+ Ma
jem u
k Setar
a
B er
tin g
k at
Kehadiran objek
Aktif Pasif
Taktransitif +
+ +
- +
+ Ekatransitif
Dwitansitif
Keterangan tabel: +
: Ada, ya +
: Terbatas -
: Tidak ada ++
: Wajib ada
Kesalahan penempatan kata atau frasa dalam kalimat dapat membuat makna kalimat tidak jelas dan dapat digolongkan sebagai kalimat yang tidak
efektif. Perbedaan dalam bahasa lisan dan tulis, kekurangsempurnaan susunan kata dalam kalimat mungkin masih dapat diatasi dengan adanya intonasi,
sedangkan dalam bahasa tulis alat bantu tersebut tidak ada. Oleh karena itu, bentuk dan susunan bahasa tulis haruslah tepat dan teratur.