Analisis Kesalahan Berbahasa KAJIAN TEORI

d. Kekhilafan Kata ini merupakan proses psikologis, dalam hal ini menandai seseorang khilaf dalam menerapkan teori atau norma bahasa yang telah diketahuinya. Kekhilafan dapat diartikan kekeliruan yang memungkinkan salah ucap dan salah susun karena kurang cermat. 2. Penyebab Kesalahan Berbahasa Penyebab kesalahan berbahasa terdapat pada orang yang menggunakan bahasa bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakannya. Menurut Setyawati 2010: 15 ada tiga kemungkinan seseorang dapat salah dalam berbahasa, sebagai berikut. a. Penutur terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya. Hal ini dapat diartikan bahwa kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi bahasa ibu atau bahasa pertama B1 terhadap bahasa kedua B2 yang sedang dipelajari si pembelajar siswa. Dengan kata lain sumber kesalahan terletak pada perbedaan sistem linguistik B1 dengan sistem linguistik B2. b. Pemakai bahasa kurangpaham terhadap bahasa yang dipakainya. Kesalahan yang merefleksikan ciri-ciri umum kaidah bahasa yang dipelajari. Dengan kata lain, keliru menerapkan kaidah bahasa. Misalnya: kesalahan generalisasi, aplikasi kaidah bahasa yang tidak sempurna, dan kegagalan mempelajari kondisi penerapan kaidah bahasa. Kesalahan seperti ini sering disebut dengan istilah kesalahan intrabahasa intralingual error. Kesalahan ini disebabkan oleh: a penyamarataan berlebihan, b ketidaktahuan pembatasan kaidah, c penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan d salah menghipotesiskan konsep. c. Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Hal ini berkaitan dengan bahan yang diajarkan atau dilatihkan dan cara pelaksanaan pengajaran. Bahan pengajaran menyangkut masalah sumber, pemilihan, penyusunan, pengurutan, dan penekanan. Cara pengajaran menyangkut masalah pemilihan teknik penyajian, langkah-langkah dan urutan penyajian, intensitas dan kesinambungan pengajaran, dan alat-alat bantu dalam pengajaran. 3. Klasifikasi Analisis Berbahasa Menurut Tarigan 1997: 48-49, kesalahan berbahasa dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut. a. Berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi: kesalahan berbahasa di bidang fonologi, morfologi, sintaksis frasa, klausa, kalimat, semantik, dan wacana. b. Berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. c. Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud kesalahan berbahasa secara lisan dan secara tertulis. Berdasarkan penyebab kesalahan tersebut terjadi dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan berbahasa karena interferensi. d. Kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan atas kesalahan berbahasa yang paling sering, sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi. 4. Konstruksi Sintaksis Ilmu bahasa memiliki beberapa cabang yang mengkaji permasalahan yang terkait dengan unsur-unsur bahasa, salah satu cabang ilmu tersebut adalah sintaksis. Suhardi 2013: 15 menjelaskan bahwa sintaksis merupakan cabang ilmu bahasa yang membahas seluk-beluk konstruksi sintaksis berupa frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu, Verhaar 2012: 161 menyatakan bahwa sintaksis merupakan ilmu yang membahas hubungan antar-kata dalam tuturan. Oleh karena itu, unsur minimal dalam sebuah konstruksi sintaksis adalah kata atau bentuk bebas. Dengan kata lain, kata dapat dibedakan berdasarkan kategori sintaksisnya atau kelas kata. Dalam bahasa Indonesia memilki empat kategori utama, yaitu verba kata kerja, nomina kata benda, adjektiva kata sifat, dan adverbia kata keterangan ada juga kata tugas preposisi, konjungtor, dan partikel. Objek kajian konstruksi sintaksis adalah hal-hal terkait frasa, klausa, dan kalimat. a. Frasa Verhaar 2012: 291 menyatakan bahwa frasa merupakan kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang. Sebagai contoh: {Secara {lebih mendalam}} kita {akan membahas} {kemampuan {menilai {prestasi belajar}}} {untuk {kepentingan {pengajaran {yang lebih baik}}}. Frasa-frasa yang terdapat dalam kalimat diapit antara kurung kurawal, akan tetapi terdapat juga “frasa terkandung”, yang artinya frasa di dalam frasa. Selain itu, Suhardi 2013: 34 menyatakan bahwa frasa merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang beranggotakan dua kata atau lebih dan tidak bersifat predikatif. Oka dan Suparno dalam Suhardi 2013: 36 menyebutkan bahwa frasa-frasa yang berpotensi sebagai frasa endosentris adalah frasa nominal frasa benda, frasa verbal frasa kerja, frasa adjektival frasa sifat, dan frasa numeralia frasa bilangan. Selain itu, frasa-frasa yang berpotensi sebagai frasa eksosentrik adalah frasa preposisional frasa depan dan frasa artikel frasa sandang. Alwi dkk 2003: 243 menyebutkan contoh-contoh frasa tersebut sebagai berikut: 1 Frasa Nominal Frasa Benda 1 baju merah 2 dua baju 3 rumah mewah saya 4 baju merah iniitu 2 Frasa Verbal Frasa Kerja 5 akan pergi  Kelompok kata yang dapat berfungsi sebagai pewatas adalah akan, harus, dapat bisa, boleh, suka, ingin, mau, tidak, dan belum. 6 berlatih setiap pagi 3 Frasa Adjektival Frasa Sifat 7 anak kecil 8 Ia berhasil dengan baik. 9 sangat kuat 10 paling besar 4 Frasa Numeralia Frasa Bilangan 11 dua ekor kerbau 12 lima orang penjahat 13 tiga buah rumah 5 Frasa Preposisional Frasa Depan 14 dari rumah  kata dasar di, ke, dari, pada dan kata berafiks selama, sepanjang, dan mengenai 15 menurut rencana  menambah afiks pada bentuk dasar kelas kata verba, adjektiva, atau nomina. 16 kepada guru 6 Frasa Artikel Frasa Sandang Frasa artikel merupakan frasa yang bersifat gelar, mengacu pada makna kelompok, dan yang menominalkan Alwi, 2003: 304-306. 17 yang mencipta 18 sang juara 19 para guru 20 si pengirim b. Klausa Klausa menurut Alwi, dkk. 2003: 312 adalah satuan sintaksis yang terdiri dari dua kata atau lebih, yang mengandung unsur predikasi. Klausa merupakan bagian dari kalimat. Dilihat dari segi struktur internalnya, kalimat dan klausa keduanya terdiri dari unsur predikat dan subjek, dengan atau tanpa objek, pelengkap, atau keterangan. Contohnya : 1 Dia pergi pukul 06.00, ketika saya sedang mandi Klausa utama atau induk kalimat  Dia pergi pukul 06.00 Klausa subordinatif atau anak kalimat  ketika saya sedang mandi Suhardi 2013: 42 menyatakan bahwa klausa adalah salah bentuk konstruksi sintaksis yang salah satu unsur pembentuknya berfungsi sebagai predikat P. Predikat dalam konstruksi sintaksis merupakan sentral dari fungsi- fungsi sintaksis lain yang terkandung di dalamnya. Klausa diidentifikasikan berdasarkan kriteria tertentu, yaitu 1 kelengkapan unsur intinya, 2 struktur internalnya, 3 ada tidaknya unsur negasi pada unsur pengisi P, 4 kategori unsur yang menduduki fungsi P, dan 5 distribusi unsur-unsur pembentuknya. Berikut penjelasan dari kriteria klausa, sebagai berikut. 1 Kelengkapan unsur intinya Berdasarkan kelengkapan unsur ini terdapat dua jenis klausa yakni klausa lengkap dan klausa tidak lengkap. Contoh : 2 Santi sedang memasak.  Klausa Lengkap S P 3 Lima ekor. Sebagai jawaban atas pertanyaan “jumlah P sapimu berapa?”  Klausa tidak lengkap 2 Struktur internalnya Berdasarkan unsur internalnya merujuk pada bentuk klausa lengkap, yakni klausa yang unsur-unsurnya minimal terdiri atas unsur yang berfungsi sebagai S dan P. 3 adik saya akan pergi  berstruktur runtut S-P 4 akan pergi adik saya  berstruktur inversi P-S 3 Ada tidaknya unsur negasi pada unsur pengisi P Berdasarkan ada tidaknya unsur negasi pada unsur pengisi P, yakni klasua positif dan klausa negatif. Kata negasi yang bisa digunakan, anatar lain tidak, tak, tiada, bukan, non, dan jangan. Contohnya : 5 dia akan bekerja Klausa psitif 6 dia tidak akan bekerja Klausa negatif 4 Unsur pengisi P Berdasarkan unsur pengisi P, klausa dikelompokkan menjadi dua, yakni klausa kerja verbal, dan klausa nonkerja nonverbal. Contohnya : 7 mereka akan berangkat besok  klausa kerjaverbal 8 ruangannya sangat kotor  klausa nonverbal: sifatadjektival 5 Distribusi unsur-unsur pembentuknya Berdasarkan distribusi unsur-unsur pembentuknya, klausa dikelompokkan menjadi dua, yakni klausa bebas klausa yang mampu berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna dan klausa terikat klausa tidak berdiri sebagai kalimat sempurna, terikat dari konstruksi lain. Contohnya : 9 mereka akan bekerja klausa bebas 10 jika terlambat datang, ... klausa terikat c. Kalimat Kalimat sendiri menurut Chaer 2006: 327 merupakan satuan bahasa yang berisi suatu “pikiran” atau “amanat” yang lengkap terdapat unsur atau bagian yang menjadi pokok pembicaraan  Subjek, bagian yang menjadi “komentar” tentang subjek Predikat, bagian yang merupakan pelengkap dari predikat  Objek, dan bagian yang merupakan “penjelasan” terhadap predikat dan subjek Keterangan. Alwi, dkk. 2003: 311 menyatakan bahwa kalimat merupakan satuan bahasa terkecil, yang berwujud lisan atau tulis dan mengungkapkan pikiran yang utuh. Selain itu, Badudu 1995: 185 menyatakan bahwa kalimat tersusun dari kata-kata, frasa, atau klausa. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang terdiri atas satu klausa unsur kalimat, yaitu kata dan frasa. Contoh : 1 Saya sakit. dua kata 2 Saya sakit keras. kata saya dan frasa sakit keras 3 Adik saya sakit keras. dua frasa: adik saya dan sakit keras Kalimat memiliki unsur-unsur, yaitu predikat, subjek, objek, pelengkap, keterangan, dan interpretasi ganda Alwi, dkk., 2003: 326-333. Berikut ini penjelasan masing-masing unsur kalimat, sebagai berikut: 1 Fungsi Predikat Predikat sebuah kalimat biasanya berupa frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia, atau frasa preposisional. Berikut contohnya. 4 Ayahnya guru Bahasa Inggris P=FN 2 Fungsi Subjek Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Terdapat pada contoh berikut. 5 Anak itu belum makan.  frasa verbal 3 Fungsi Objek Objek dituntut kehadirannya oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya setelah predikat. Verba transitif biasanya ditandai oleh kehadiran afiks tertentu. Contohnya sebagai berikut : 6 Adi mengunjungi Pak Ali. 7 Adi mengunjunginya. 8 saya ingin menemui kamu. 4 Fungsi Pelengkap Menurut Alwi 2003: 329 berikut ini perbedaan dan persamaan dari objek dan pelengkap. Tabel 1: Perbedaan dan Persamaan Objek dan Pelengkap Objek Pelengkap Berwujud frasa nominal dan klausa Berwujud frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektifal, frasa preposisional, atau klausa Berada langsung di belakang predikat Berada langsung di belakang predikat jika tak ada objek dan di belakang objek kalau unsur ini hadir Menjadi subjek akibat pemasifan kalimat Tak dapat menjadi subjek dalam pemasifan kalimat Dapat diganti dengan pronomina – nya Tidak dapat diganti dengan –nya kecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dari, dan akan. Contoh : 9 Dia mendagangkan barang-barang elektronik di Glodok. O 10 Dia berdagang barang-barang elektronik di Glodok. Pel 5 Fungsi Keterangan Keterangan dapat berada di akhir, di awal, dan di tengah kalimat. Kosntituen keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional, frasa adverbial, atau klausa. Sebagai contoh. 11 Dia memotong rambutnya dengan gunting. 12 Dia memotong rambutnya sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah. Menurut Alwi dkk 2003: 331, berikut ini daftar beberapa jenis keterangan dalam tata bahasa, sebagai berikut. Tabel 2: Jenis Keterangan Jenis Keterangan Preposisipenghubung Contoh 1. Tempat di ke dari di dalam Pada di kamar ke Medan dari Manado di dalam rumah pada saya 2. Waktu - pada dalam se- sebelum sesudah selama sepanjang kemarin, sekarang pada hari ini dalam minggu ini sepulang dari kantor sebelum pergi sesudah pukul 12.00 selama dua minggu sepanjang hari 3. Alat dengan dengan gunting 4. Tujuan agarsupaya untuk bagi demi agarsupaya kamu pintar untuk kebebasan bagi masa depan demi sahabatnya 5. Cara dengan secara dengan cara dengan jalan dengan diam-diam secara hati-hati dengan cara damai dengan jalan berunding 6. Penyerta dengan bersama beserta dengan adiknya bersama orang tuanya beserta sahabatnya 7. Perbandingan Kemiripan Seperti bagaikan laksana seperti angin bagaikan puteri laksana bintang di langit 8. Sebab Karena sebab karena perempuan itu sebab kekeliruannya 9. Kesalingan - saling membenci, satu sama lain 6 Interpretasi Ganda Konstruksi kalimat dalam bahasa Indonesia memiliki fungsi konstituen yang tafsirannya berbeda, yaitu kalimat yang predikatnya berupa frasa preposisional dan kalimat yang subjeknya berupa frasa verbal. Sebagai contoh frasa preposisional sebagai predikat. 13 Ibu ke pasar. 14 Ibu pergi ke pasar. Frasa Ke pasar pada kedua kalimat tersebut memilki kedudukan yang berbeda. Frasa pada kalimat pertama menduduki posisi predikat kalimat apabila Ibu diperlakukan sebagai subjek kalimat. Frasa ke pasar kalimat kedua berfungsi sebagai katerangan. Sebagai contoh dari frasa verbal sebagai subjek, yaitu: 15 Membangun gedung bertingkat mahal sekali. Subjek Predikat 16 Biaya membangun gedung bertingkat mahal sekali. Pel Perbedaan kedua frasa yang berhuruf miring tersebut adalah pada kalimat 15 berfungsi sebagai subjek. Akan tetapi, pada kalimat 16 berfungsi sebagai pelengkap karena nomina biaya yang mengalami pelesapan. 7 Jenis Kalimat Jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut a jumlah klausanya, b bentuk sintaksisnya, c kelengkapan unsurnya, dan d susunan subjek dan predikatnya Alwi, dkk, 2003: 336-337. Berdaarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal sendiri dapat dibedakan lagi berdasarkan kategori predikatnya, menjadi 1 kalimat berpredikat verbal, 2 kalimat berpredikat adjektival, 3 kalimat berpredikat nominal termasuk pronominal, 4 kalimat berpredikat numeral, dan 5 kalimat berpredikat frasa preposisional. Kalimat verbal sendiri dapat dikelompokkan berdasarkan kemungkinan kehadiran nomina atau frasa nominal objeknya, yaitu i kalimat taktransitif, ii kalimat ekatransitif, dan iii kalimat dwitransitif. Kalimat majemuk dapat dibagi menjadi kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya, kalimat lazim dibagi menjadi kalimat deklaratif kalimat berita, kalimat interogatif kalimat tanya, kalimat imperatif kalimat perintah, dan kalimat ekslamatif kalimat seruan. Dilihat dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat lengkap major dan kalimat taklengkap minor. Selanjutnya, kalimat dari susunan unsur subjek dan predikatnya dapat dibedakan menjadi kalimat biasa dan kalimat inversi. Menurut Alwi dkk 2003: 337 berbagai jenis kalimat yang telah dijelaskan tersebut dapat dirangkum pada tabel 3 berikut. Tabel 3: Jenis Kalimat Kalim at Jumlah Klausa Bentuk Predikat Susun- an P-S Keleng- kapan Unsur Ver- bal Adjek- tival Nomi- nal Nume- ral Prepo- sisional Tung- gal Deklaratif Interogatif Imperatif Ekslamatif + + + - + + + + + + + - + + - + + + + - + + + ++ + + + + Ma jem u k Setar a B er tin g k at Kehadiran objek Aktif Pasif Taktransitif + + + - + + Ekatransitif Dwitansitif Keterangan tabel: + : Ada, ya + : Terbatas - : Tidak ada ++ : Wajib ada Kesalahan penempatan kata atau frasa dalam kalimat dapat membuat makna kalimat tidak jelas dan dapat digolongkan sebagai kalimat yang tidak efektif. Perbedaan dalam bahasa lisan dan tulis, kekurangsempurnaan susunan kata dalam kalimat mungkin masih dapat diatasi dengan adanya intonasi, sedangkan dalam bahasa tulis alat bantu tersebut tidak ada. Oleh karena itu, bentuk dan susunan bahasa tulis haruslah tepat dan teratur.

C. Kesalahan Sintaksis

1. Pengertian Kesalahan Sintaksis Kesalahan-kesalahan yang telah dibuat siswa dalam Bahasa Indonesia mempunyai karakteristik sendiri dan dalam perkembangannya terdapat beberapa komponen bahasa yang belum dibakukan, yaitu komponen lafal. Selain itu, komponen yang telah dibakukan ialah komponen ortografi ilmu ejaan, selanjutnya menyusul komponen tata bahasa sintaksis dan morfologi. Tarigan 1988: 199 menjelaskan bahwa kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur, frasa, klausa, atau kalimat serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Hastuti 1989: 79-80 menyebutkan empat jenis kesalahan, yaitu; a kesalahan leksikon, b kesalahan sintaksis, c kesalahan morfologi, d kesalahan ortografi. Penelitian ini akan dikhususkan dalam penelitian kesalahan sintaksis. Sintaksis menurut Suhardi 2013: 15 merupakan cabang ilmu bahasa yang membicarakan seputar konstruksi sintaksis yang berupa frasa, klausa, dan kalimat. Pengertian sintaksis hampir serupa dengan Ramlan 2001: 18 ialah bagian ilmu bahasa yang yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa serta berusaha menjelaskan unsur-unsur suatu satuan serta hubungan antara unsur- unsur itu dalam suatu bahasa. Kesalahan dalam tataran sintaksis berkaitan erat dengan morfologi. Hal ini dikarenakan komponen sintaksis adalah terdiri dari kata. Kesalahan sintaksis berdasarkan pendapat ahli sebelumnya merupakan sebuah kesalahan, penyimpangan, pelanggaran, kekhilafan terhadap suatu kaidah yang ditentukan dalam tataran sintaksis ilmu bahasa yang membicarakan seluk- beluk frasa, klausa, dan kalimat serta pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata atau dengan satuan-satuan yang lebih besar. Satuan-satuan dalam bahasa yang mempunyai satuan terkecil, yaitu kata. Kesalahan dalam tataran sintaksis antara lain berupa tataran frasa, klausa, dan kalimat. Analisis kesalahan tataran sintaksis dalam penelitian ini mencakup frasa dan kalimat.

2. Bentuk Kesalahan Sintaksis

a. Kesalahan Penggunaan Frasa

Kesalahan berbahasa dalam bidang frasa sering dijumpai pada bahasa lisan maupun bahasa tulis. Artinya, kesalahan berbahasa dalam bidang frasa ini sering terjadi dalam kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis. Kesalahan berbahasa dalam bidang frasa dapat disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya: 1 pengaruh bahasa daerah, 2 penggunaan preposisi yang tidak tepat, 3 kesalahan susunan kata, 4 penggunaan unsur berlebihan atau mubazir, 5 penggunaan bentuk superlatif yang berlebihan, 6 penjamakan yang ganda, 7 penggunaan bentuk resiprokal yang tidak tepat Setyawati, 2010: 76. Berikut penjelasan dari kesalahan penggunaan frasa berdasarkan penyebab terjadinya. 1 Pengaruh Bahasa Daerah Situasi kedwibahasaan yang ada di Indonesia, menimbulkan pengaruh besar dalam pemakaian bahasa. Terdapat kecenderungan bahasa daerah merupakan B1, sedangkan bahasa Indonesia merupakan B2 bagi rakyat Indonesia atau pemakai bahasa. Tidak mengherankan apabila hampir dalam setiap tataran linguistik, pengaruh bahasa daerah dapat dijumpai dalam pemakaian bahasa Indonesia. Dengan kata lain, kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana sebagai akibat pengaruh bahasa daerah dapat dijumpai dalam bahasa Indonesia Setyawati, 2010: 76. Hal tersebut dapat diamati dalam pemakaian frasa yang tidak tepat berikut ini. 17 Siswa-siswi pada berlarian di dalam kelas. 18 Kalau harus disuruh menunggu, Ali sudah tidak sabaran lagi. Dalam ragam baku, unsur-unsur yang dicetak miring pada kalimat 17 dan 18 merupakan contoh pemakaian frasa yang salah. Kesalahan itu disebabkan oleh pengaruh bahasa daerah. Berturut-turut kedua frasa tersebut sebaiknya diganti dengan sedang berlarian dan tidak sabar. 2 Penggunaan Preposisi yang Tidak Tepat Sering dijumpai pemakaian preposisi tertentu dalam frasa preposisional tidak tepat. Hal ini biasanya terjadi pada frasa preposisional yang menyatakan tempat, waktu, dan tujuan. Perhatikan pemakaian preposisi yang salah dalam kalimat berikut ini. 19 Di hari bahagia ini aku memberikan sebuah kado untukmu. 20 Jika Pak Tomas tidak berada di rumah, surat itu bisa dititipkan ke istrinya. Kata-kata yang dicetak miring pada kedua kalimat di atas merupakan penggunaan preposisi yang tidak tepat. Kalimat 3 lebih tepat menggunakan preposisi yang menyatakan waktu, yaitu pada; dan pada kalimat 4 lebih tepat menggunakan preposisi yang menyatakan tujuan, yaitu kepada Setyawati, 2010: 78. 3 Susunan Kata yang Tidak Tepat Salah satu akibat pengaruh bahasa asing adalah kesalahan dalam susunan kata. Perhatikan contoh berikut ini. 21 Ini hari kita akan melaksanakan berbagai kegiatan untuk memperingati HUT Kemerdekaan. 22 Kamu sudah mengerjakan tugas-tugas itu? Susunan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat 5 dan 6 tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia. Hal tersebut berawal dari terjemahan harfiah dari bahasa asing itu ke dalam bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dengan bahasa asing yang berbeda tersebut menyebabkan terjadi kesalahan berbahasa Setyawati, 2010: 79. 4 Penggunaan Unsur Berlebihan atau Mubazir Sering dijumpai pemakaian kata-kata yang mengandung makna yang sama bersinonim digunakan sekaligus dalam sebuah kalimat. Perhatikan contoh berikut. 23 Kita pun juga harus menolong mereka.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA N GONDANGREJO Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas X Sma N Gondangrejo.

0 9 18

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA N GONDANGREJO Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas X Sma N Gondangrejo.

0 2 12

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA BIDANG SINTAKSIS DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK PELITA BANGSA BOYOLALI ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA BIDANG SINTAKSIS DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK PELITA BANGSA BOYOLALI.

0 2 16

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA BIDANG SINTAKSIS DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK PELITA BANGSA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA BIDANG SINTAKSIS DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK PELITA BANGSA BOYOLALI.

1 2 17

BAB 1 PENDAHULUAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA BIDANG SINTAKSIS DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK PELITA BANGSA BOYOLALI.

0 4 5

ANALISIS KESALAHAN PADA TATARAN SINTAKSIS DAN ORTOGRAFI DALAM TEKS FABEL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA ANALISIS KESALAHAN PADA TATARAN SINTAKSIS DAN ORTOGRAFI DALAM TEKS FABEL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA ANALISIS KESALAHAN PADA TAT

1 34 188

PENGARUH EFIKASI DIRI TERHADAP ASPIRASI KARIR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA.

5 32 141

KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 2 CIAMIS | Sari | DIKSATRASIA 623 2446 1 PB

0 0 6

ANALISIS KESALAHAN ORTOGRAFIS DAN SINTAKSIS PADA KARANGAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X MIPA SMA NEGERI 1 SOKARAJA TAHUN PELAJARAN 2017-2018 - repository perpustakaan

0 0 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Analisis Kesalahan Penulisan Ejaan pada Karangan Siswa Kelas VII SMP N 2 Depok, tahun 2012, Universitas Negeri Yogyakarta. - ANALISIS KESALAHAN ORTOGRAFIS DAN SINTAKSIS PADA KARANGAN TEKS EKSPOSISI SISWA KELA

0 0 29